Loading...
Logo TinLit
Read Story - Salted Caramel Machiato
MENU
About Us  

Mari ikut denganku, aku katakan, dan tiada yang tahu di mana atau bagaimana rasa sakit berdenyut menyiksa,

tidak ada serangkaian kembang atau tembang untukku,

semata ada satu kelopak luka yang direkahkan cinta.

 

Kukatakan lagi : Mari ikut denganku, seolah aku sekarat, bulan berdarah di mulutku dan tiada siapa yang melihat atau darah yang mengembang menjelma menjadi sunyi.

 

Pablo Neruda ( Soneta Cinta)

 

***

 

Mengapa dia pergi? Tidak ingin kah dia melihatku? Tidak ingin kah dia bertemu dengan ku? Aku rindu... tunggu aku Helene!

 

Lalu semua menjadi gelap, rasa sakit itu tak terasa lagi.

 

***

 

Entah apa yang membuat malam ini begitu kelam, melangut. Helene memeluk tubuhnya, menggigil, begitu dingin. Helene menjadi resah, dia tidak mengerti mengapa bisa begini. Firasatnya mengatakan ada yang tidak beres... tapi apa?

 

Selama ini firasatnya tidak pernah salah, yang pasti bukan tentang Ares, laki-laki itu baru saja meneleponnya. Semua baik-baik saja, dia bahkan mendengar nada riang suara Ares dan Helene bersyukur ketika Ares menelepon, dia sudah berada di kamar kos. Helene tidak perlu berbohong terlalu banyak pada Ares.

"Kamu benar-benar kelelahan ya?" tanya Ares memastikan.

 

"Hmm, ya... aku kelelahan," jawab Helene dengan suara lesu. Bukan, dia bukan sedang bermain drama dengan berpura-pura lesu agar Ares percaya. Dia benar-benar merasakan raganya tak berdaya.

 

"Baiklah sayang, beristirahat lah. Besok aku akan menemui kamu... aku harap kamu sudah baikan." Ares berkata dengan nada biasa, tetapi Helene tak suka mendengar Ares berkata seperti itu. Ares seolah memaksakan kehendak. Atau aku saat ini terlalu sensitif?

 

Helene merasa lega usai Ares mengucapkan selamat malam lalu menutup telepon. Helene menghela napas... dia memilih untuk tidur saja.

 

***

 

"Halo Davina, saya papanya Dion! Om pernah minta nomor telepon kamu ke Dion untuk berjaga-jaga." Papa Dion terdengar panik.

 

"Ya Om, ada yang bisa Vina bantu?"

 

"Vin, Om baru ditelepon kalau Dion kecelakaan. Om sedang berada di luar negeri. Kamu bisa bantu untuk lihat Dion. Om akan pulang besok dengan penerbangan paling awal. Tolong ya Vin!"

 

***

 

Davina mendengar kronologi yang menyebabkan Dion mengalami kecelakaan dan koma. Dion ditabrak seorang pengendara motor saat menyeberang, kasus tabrak lari. Kepala Dion terbentur trotoar.

 

Davina hanya berharap Dion bisa bangun dari koma. Davina menggenggam tangan Dion lembut, "Aku yakin kamu belum mengatakan padanya. Kamu belum menyampaikan permintaan maaf mu padanya, kan? Cepatlah bangun, agar kamu bisa bertemu dengannya dan mengatakannya langsung. Kamu masih cinta padanya, kan?"

 

Davina bicara pelan, air matanya mengalir. Dia tahu tadi Dion akan bicara dengan Helene. Dion meneleponnya, "Vin, aku melihat dia di kafe itu... aku yakin dia sedang sendiri. Vin, dengar! Malam ini akan ku katakan padanya. Aku tidak mau selamanya menjadi laki-laki pengecut!"

 

"Ya, " Davina menjawab sambil tertawa kecil. Dia senang mendengar suara Dion yang optimis.

 

"Vina, kamu dengar kan?" ulangnya untuk memastikan.

 

"Ya, aku dengar! Nanti ceritakan padaku semua secara lengkap ya... aku menunggu. Dion, semoga dia mau mendengar." Davina mendengar suara bising. Ah, benar Dion sedang berada di pinggir jalan.

 

Malam itu Davina berdoa untuk Dion. Dia ingin yang terbaik untuk sahabatnya. Dia ingin Dion bahagia bersama Helene.

 

***

 

Siang ini Davina menunggu di lobi, menunggu kedatangan Helene. Dia ingin bertemu Helene, menyampaikan soal keadaan Dion. Andaikan waktu Dion tak panjang lagi, Davina berharap Helene masih sempat melihat Dion. Helene juga harus tahu cerita yang sebenarnya. Dari tadi malam Davina berpikir keras. Apakah harus menemui Helene? Apakah Helene mau menerima semua?

Ah, aku tak peduli bagaimana nanti akhirnya... yang aku inginkan untuk bertemu Helene lebih dulu.

 

Davina melihat Helene berjalan dengan ekspresi wajah yang bingung. Helene melihat ke arahnya, lalu tersenyum samar. Davina masih mengingat wajah Helene, tak ada yang berubah dari perempuan itu. Hanya terlihat lebih kurus. Davina membalas senyum Helene.

 

"Kamu masih ingat aku?" Davina bertanya ragu.

 

"Ya, aku ingat... tadi begitu operator menghubungi aku dan menyebutkan namamu, aku langsung membayangkan wajahmu." Helene memegang siku Davina, tersenyum tipis lalu mempersilakan Davina duduk.

 

"Ada sesuatu yang penting?" tanya Helene.

 

"Ya, aku tidak tahu nomor teleponmu dan alamat kosmu makanya aku nekat mencari mu di kantor. Ada yang penting yang akan aku sampaikan." Davina menatap lurus mata Helene. Dia mencoba membaca ekspresi Helene.

 

"Kalau ini tentang Dion, lebih baik tidak." Helene bicara dengan nada sedikit ketus.

 

"Apalagi yang membawaku kemari kalau bukan karena Dion. Tapi aku tidak ingin mengatakannya sekarang, rasanya tidak pas kalau membicarakan hal ini di kantor. Kamu ada waktu sepulang kerja?" Davina mendesak.

 

"Aku sudah katakan lebih baik tidak." Helene menunduk, dia menatap telapak tangannya yang berada di pangkuannya.

 

"Aku tidak mau ada penyesalan bagi kalian berdua dikemudian hari, makanya aku memaksa agar kamu mau bicara dengan ku." Davina berusaha untuk meyakinkan Helene. Perempuan itu diam membisu.

 

"Len, aku mohon." Davina nyaris putus asa. Dia mulai berdoa di dalam hati, semoga Tuhan mau melembutkan hati Helene.

 

Helene mendongak, menatap Davina lekat, "Oke, jam 17.30 di kafe seberang kantor," katanya sambil berdiri lalu berjalan meninggalkan Davina yang tersenyum.

 

***

 

"Oh, aku berharap semoga pembicaraan dengan Davina tidak memakan waktu lama." Helene bicara sendiri dengan suara pelan di kubikelnya. Dia ingat janjinya dengan Ares. Laki-laki itu pasti ngambek kalau aku membatalkan janji. Kemarin dia sudah menolak bertemu Ares, kali ini Ares pasti tidak mau mengerti.

 

Helene menjadi bingung. Di satu sisi, sebenarnya dia sangat penasaran dengan cerita Davina. Apa berita yang begitu penting sampai Davina mencari dirinya setelah bertahun-tahun. Apa dia ingin bilang kalau Dion akan menikah dengan perempuan yang pernah dilihatnya dulu? Bayangan Dion memeluk perempuan itu kembali hadir. Di dalam hati tanpa sadar Helene berharap, bukan kabar itu yang akan di dengarnya nanti.

 

Di tengah lamunannya, mendadak ponselnya berdering. Membuat Helene tersentak dan kembali ke dunia nyata. Nama Ares muncul di layar ponselnya. "Hai, sedang apa? Lagi sibuk?" Suara bariton Ares terdengar begitu merdu di telinganya.

 

"Biasa, lagi mengerjakan laporan." Sambil menjawab, Helene memandangi layar kosong di depannya. Tak ada satu angka atau huruf yang di ketik olehnya.

 

"Oh, aku mengganggu ya? Baiklah, aku akan bicara dengan cepat. Sayang, nanti malam aku tidak bisa menemui kamu. Mendadak ada tamu yang harus aku temui dan mengajak beliau makan malam. Aku harap kamu mengerti. Maafkan aku." Nada suara Ares seperti bersalah.

 

Helene nyaris mengembuskan napas lega. Tuhan memberikan jawaban atas kegundahannya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Tepian Rasa
1380      687     3     
Fan Fiction
Mencintai seseorang yang salah itu sakit!! Namun, bisa apa aku yang sudah tenggelam oleh dunia dan perhatiannya? Jika engkau menyukai dia, mengapa engkau memberikan perhatian lebih padaku? Bisakah aku berhenti merasakan sakit yang begitu dalam? Jika mencintaimu sesakit ini. Ingin aku memutar waktu agar aku tak pernah memulainya bahkan mengenalmu pun tak perlu..
Alex : He's Mine
2447      923     6     
Romance
Kisah pemuda tampan, cerdas, goodboy, disiplin bertemu dengan adik kelas, tepatnya siswi baru yang pecicilan, manja, pemaksa, cerdas, dan cantik.
Arini
1056      612     2     
Romance
Arini, gadis biasa yang hanya merindukan sesosok yang bisa membuatnya melupakan kesalahannya dan mampu mengobati lukanya dimasa lalu yang menyakitkan cover pict by pinterest
Ketika Kita Berdua
37257      5372     38     
Romance
Raya, seorang penulis yang telah puluhan kali ditolak naskahnya oleh penerbit, tiba-tiba mendapat tawaran menulis buku dengan tenggat waktu 3 bulan dari penerbit baru yang dipimpin oleh Aldo, dengan syarat dirinya harus fokus pada proyek ini dan tinggal sementara di mess kantor penerbitan. Dia harus meninggalkan bisnis miliknya dan melupakan perasaannya pada Radit yang ketahuan bermesraan dengan ...
IKRAR
18185      3192     3     
Romance
Ikrar berarti janji yang bersungguh-sungguh. Moira telah berikar kepada sang ayah yang mengidap kanker paru-paru untuk memenuhi permintaan terakhirnya, yaitu menikah dengan anak sahabatnya. Pria itu bernama Ibram Ganinta Miyaz. Namun, sayangnya Ibram bukanlah pria single, dia mempunyai kekasih bernama Anindira yang tak kunjung menerima pinangannya. Akan tetapi, setelah mendengar berita Ibram meni...
Archery Lovers
4715      2006     0     
Romance
zahra Nur ramadhanwati, siswa baru yang tidak punya niat untuk ikut ekstrakulikuler apapun karena memiliki sisi trauma saat ia masih di SMP. Akan tetapi rasa trauma itu perlahan hilang ketika berkenalan dengan Mas Darna dan panahan. "Apakah kau bisa mendengarnya mereka" "Suara?" apakah Zahra dapat melewati traumanya dan menemukan tempat yang baik baginya?
Puisi, Untuk...
20094      3262     10     
Romance
Ini untuk siapa saja yang merasakan hal serupa. Merasakan hal yang tidak bisa diucapkan hanya bisa ditulis.
Story Of Chayra
12834      3140     9     
Romance
Tentang Chayra si cewek cuek dan jutek. Sekaligus si wajah datar tanpa ekspresi. Yang hatinya berubah seperti permen nano-nano. Ketika ia bertemu dengan sosok cowok yang tidak pernah diduga. Tentang Tafila, si manusia hamble yang selalu berharap dipertemukan kembali oleh cinta masa kecilnya. Dan tentang Alditya, yang masih mengharapkan cinta Cerelia. Gadis pengidap Anstraphobia atau phobia...
Gerhana di Atas Istana
21730      5411     2     
Romance
Surya memaksa untuk menumpahkan secara semenamena ragam sajak di atas kertas yang akan dikumpulkannya sebagai janji untuk bulan yang ingin ditepatinya kado untuk siapa pun yang bertambah umur pada tahun ini
Sanguine
5530      1695     2     
Romance
Karala Wijaya merupakan siswi populer di sekolahnya. Ia memiliki semua hal yang diinginkan oleh setiap gadis di dunia. Terlahir dari keluarga kaya, menjadi vokalis band sekolah, memiliki banyak teman, serta pacar tampan incaran para gadis-gadis di sekolah. Ada satu hal yang sangat disukainya, she love being a popular. Bagi Lala, tidak ada yang lebih penting daripada menjadi pusat perhatian. Namun...