Read More >>"> Salted Caramel Machiato (Tak Ada Yang Disembunyikan ) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Salted Caramel Machiato
MENU
About Us  

"Len, hari Sabtu jalan, yuk! Kita ke mal. Udah lama banget kita nggak menjelajah mal. Ngopi-ngopi gitu." Ninit bicara sambil menatap Helene dengan tatapan penuh harap, dia menunggu.

 

"Wah, aku sudah ada janji hari Sabtu nanti...jadi someday lah kita ngopi-ngopi." Sebenarnya Helene tidak tega menolak Ninit, tapi dia ingat janjinya pada Dion. Lagi pula dia rindu pada laki-laki itu.

 

"Kan aku bakal ditinggal sama kamu satu bulan, lama banget. Tahu sendiri kan di divisi kita perempuan cuma dua biji. Ayolah Len, mau ya?"

 

"Begini aja deh, malam ini kita ngopi-ngopi...tapi kamu jangan lembur!"

 

"Aku mulai persiapan untuk menghitung payrol. Gimana dong?" Ninit mendekatkan tubuhnya ke Helene seolah-olah memohon pengertian dari Helene.

 

"Ya enggak usah ngopi...pilih salah satu!" kata Helene tegas.

 

"Lagian, kamu janjian sama siapa sih? Misterius banget. Akhir-akhir ini aku perhatikan kamu berbeda, lebih bahagia. Matamu terlihat lebih bersinar. Pokoknya beda! Kayak orang lagi jatuh cinta."

 

"Nanti aku ceritakan. Bagaimana, jadi nggak?" Helene mendesak Ninit.

 

Ninit tampak berpikir, menimbang-nimbang. Sebentar dia melihat ke arah Helene, sebentar dia menutup matanya.

 

"Lama banget sih mikir kayak gitu, kayak mikir diajak kencan sama Togap." Helene mulai tak sabar.

 

"Helene!" Ninit berteriak dengan suara tertahan. Ninit menatap Helene dengan pandangan tajam. Helene terkekeh melihat cara Ninit menatapnya, dia tak peduli.

 

"Oke, kita ngopi di kafe mas gondrong, yuk! Aku suka dengar suara penyanyinya."

 

"Suka dengar suara penyanyinya atau suka sama penyanyinya?"

 

"Dua-duanya...paket komplit!"

 

"Aku nggak mau disitu, terlalu ramai dan berisik. Aku pengen kita ngopi di tempat yang tenang. Mau?" Malam ini Helene bertekad akan menceritakan tentang hubungannya dengan Dion pada Ninit. Dia sudah tak bisa menyimpannya lagi. Dan itu tidak akan bisa diceritakan dengan enak dan mudah di kafe yang berisik dan banyak pengunjung.

 

Sebenarnya Helene lebih suka mengajak Ninit ke apartemennya. Di sana adalah tempat yang tepat untuk bicara hal seperti ini, tapi Helene tidak tega menolak ajakan ngopi-ngopi Ninit.

 

"Oke, kita ke kafe dekat kantor aja. Tempatnya enak tuh."

 

***

 

Sekarang di sinilah mereka berdua, duduk di sudut kafe yang beratmosfer tenang. Hanya terdengar suara musik lembut dan beberapa pengunjung yang tidak terlalu ramai. Dulu Helene lebih suka datang ke kafe ini kalau sedang malas lembur tapi belum ingin lekas pulang ke apartemennya yang sepi. Dia suka suasananya yang tenang.

 

Sedari tadi Helene hanya mendengarkan Ninit bicara, otaknya sedang berpikir dari mana memulai cerita tentang Dion. Cerita itu sudah berada di ujung lidah, tapi tidak mudah untuk mengatakannya.

 

"Len, serius kamu lagi dekat sama seseorang?" Helene langsung menegakkan duduknya begitu mendengar pertanyaan Ninit. Ternyata Ninit yang memberikan umpan, Helene tinggal memakannya.

 

"Ya dan kamu mengenalnya sebagai Mas gondrong."

 

Tidak perlu berputar-putar untuk mengatakan siapa orangnya. Helene nyaris meledak tertawa melihat ekspresi Ninit. Helene yakin Ninit tak akan percaya kalau laki-laki itu adalah penyanyi kafe idolanya, Mas gondrong alias Dionisius.

 

"Namanya Dionisius, kamu bisa memanggilnya Dion. Kami pacaran belum lama. Apakah aku perlu menceritakan secara lengkap dan runut?" Helene bertanya dengan nada geli karena dia melihat raut wajah Ninit yang terlihat sangat lucu.

 

Ninit mengangguk, "Kita masih punya banyak waktu," kata Ninit sambil melihat jam tangannya.

Sahabatnya ini sungguh tak terduga.

 

Helene bercerita dari awal kedekatannya dengan Dion. Dia merasa malu karena menerima Dion tanpa berpikir panjang, merasa bahagia setelah menjalin hubungan dengan laki-laki yang menurut Helene sangat baik hati. Helene merasa beruntung mengenal Dion. Tak ada yang dia sembunyikan dari Ninit. Malam ini Helene menumpahkan segalanya.

 

Ninit ikut tersenyum bahagia melihat binar di mata Helene. Ninit merasa senang, Helene tidak memilih laki-laki yang salah. Malam itu Ninit menggenggam jari-jari Helene, sebagai bentuk dukungan untuk Helene.

 

"Ada yang membuatku khawatir, Nit?" Ekspresi Helene berubah dari bahagia menjadi sedih.

 

"Apa? Mama kamu?" Ninit menebak dengan tepat.

 

"Pekerjaan Dion, usia Dion dan dia juga masih kuliah. Kamu tahu kan mama seperti apa?"

 

"Aku tahu ketakutanmu...jalani saja hubunganmu yang sekarang. Nikmati saja perasaan bahagia dan cinta yang ada. Biarlah besok memiliki rahasianya sendiri. Yang pasti aku akan ada untuk kamu, kalau kamu butuh teman untuk cerita. Cuma itu yang aku bisa. Kalau kamu butuh teman untuk menangis, aku akan menyediakan pundakku untukmu. Nggak apa-apa deh, bajuku basah dengan air mata dan ingusmu." Ninit tertawa kecil.

 

Dia tahu kegundahan Helene. Apalagi setelah malam ini Ninit mendengar soal kencan buta yang diatur oleh mama Helene. Ninit tak menduga sedemikian menyedihkan nasib percintaan Helene. Sahabatnya yang cantik itu hanya diam sambil memandang Ninit.

 

"Eh, kamu tahu nggak? Info soal perjalanan dinas mu sama Bayu jadi rame di divisi finance." Ninit mencoba mengalihkan pikiran Helene.

 

"Kenapa? Digosipkan apa lagi aku sama perempuan-perempuan di divisi finance? Banyak yang nggak rela ya aku pergi sama Bayu? Dion ku masih lebih cakep dari Bayu." Helene merasa gemas juga.

 

"Ih, mana mereka tahu soal Dionmu! Makanya sekali-kali diajak dong dia ke kantor. Pakai alasan jemput kamu kan bisa."

 

"Itu tetap tidak akan menghentikan mulut orang-orang yang pada dasarnya suka bergosip. Biarkan saja! Aku tidak peduli, yang penting hubunganku dengan Dion baik-baik saja." Helene tersenyum lebar.

 

"Iya...iya, yang sudah punya pacar. Di finance ada yang naksir Bayu, makanya pada nggak rela. Lagian kenapa nggak perginya sama aku aja sih? Kan kita bisa seru-seruan bareng!" Ninit berubah menjadi sewot.

 

"Sana protes sama si bos! Aku sih sama siapa aja nggak masalah. Sebenarnya aku malas harus keluar kota, rasanya sangat melelahkan."

 

"Lagakmu bilang melelahkan! Waktu sama aku nggak bilang begitu! Bilang aja karena nggak bisa meninggalkan Dion." Ninit memajukan bibirnya sekian senti. Helene menahan tawanya.

 

"Len, pulang, yuk!" Ninit mengajak Helene pulang.

 

"Kamu duluan deh, aku masih mau di sini sebentar lagi. Nggak perlu kamu temani dan nggak perlu merasa tidak enak. Aku memang perlu waktu untuk sendiri." Helene cepat menegaskan keinginannya pada Ninit. Dia memang ingin sendiri. Suasana kafe ini yang membuatnya tak ingin beranjak.

 

"Oke, aku pulang dulu!"

 

***

 

Matanya tak lepas memandang perempuan yang sedang bicara dengan temannya di sudut sana.

 

Dia sangat mengingat perempuan itu. Pertemuan pertama mereka yang tidak menyenangkan, yang membuat dia tidak bisa melupakan perempuan itu. Dan satu lagi wajah perempuan yang sedang duduk di sudut itu sangat cantik. Dengan hal seperti itu, bagaimana bisa dia melupakannya.

 

Ketika melihat perempuan itu duduk sendiri, ingin rasanya dia menghampiri. Namun, sepertinya perempuan cantik itu sedang tak ingin diganggu. Dia melihat cara perempuan itu menyesap perlahan kopinya sambil memandang keluar, ke jalanan yang masih dipenuhi kendaraan bermotor.

Namun, hasratnya tak terbendung untuk datang mendekat. Dia sedang berpikir, apa yang sebaiknya dia lakukan?

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Bloody Autumn: Genocide in Thames
8696      1981     54     
Mystery
London, sebuah kota yang indah dan dikagumi banyak orang. Tempat persembunyian para pembunuh yang suci. Pertemuan seorang pemuda asal Korea dengan Pelindung Big Ben seakan takdir yang menyeret keduanya pada pertempuran. Nyawa jutaan pendosa terancam dan tragedi yang mengerikan akan terjadi.
Secarik Puisi, Gadis Senja dan Arti Cinta
1154      764     2     
Short Story
Sebuah kisah yang bermula dari suatu senja hingga menumbuhkan sebuah romansa. Seta dan Shabrina
Kuncup Hati
620      424     4     
Short Story
Darian Tristan telah menyakiti Dalicia Rasty sewaktu di sekolah menengah atas. Perasaan bersalah terus menghantui Darian hingga saat ini. Dibutuhkan keberanian tinggi untuk menemui Dalicia. Darian harus menjelaskan yang sebenarnya terjadi. Ia harus mengungkapkan perasaan sesungguhnya kepada Dalicia.
G E V A N C I A
924      520     0     
Romance
G E V A N C I A - You're the Trouble-maker , i'll get it done - Gevancia Rosiebell - Hidupnya kacau setelah ibunya pergi dari rumah dan ayahnya membencinya. Sejak itu berusaha untuk mengandalkan dirinya sendiri. Sangat tertutup dan memberi garis keras siapapun yang berniat masuk ke wilayah pribadinya. Sampai seorang cowok badboy selengean dengan pesona segudang tapi tukang paksa m...
Dialog Hujan
511      363     3     
Short Story
Tak peduli orang-orang di sekitarku merutuki kedatanganmu, aku akan tetap tersenyum malu-malu. Karena kau datang untuk menemaniku, untuk menenangkanku, untuk menyejukkanku. Aku selalu bersyukur akan kedatanganmu, karena kau akan selalu memelukku di dalam sepiku, karena kau selalu bernyanyi indah bersama rumput-rumput yang basah untukku, karena kau selalu menyebunyikan tangisku di balik basahmu.
How to Love
1182      475     3     
Romance
Namanya Rasya Anggita. Sosok cewek berisik yang selalu penasaran dengan yang namanya jatuh cinta. Suatu hari, dia bertemu cowok aneh yang mengintip pasangan baru di sekolahnya. Tanpa pikir panjang, dia menuduh cowok itu juga sama dengannya. Sama-sama belum pernah jatuh cinta, dan mungkin kalau keduanya bekerja sama. Mereka akan mengalami yang namanya jatuh cinta untuk pertama kalinya. Tapi ter...
That Devil, I Love
3215      1319     0     
Romance
Tidak ada yang lebih menyakitkan bagi Airin daripada dibenci oleh seseorang yang sangat dicintainya. Sembilan tahun lebih ia memendam rasa cinta, namun hanya dibalas dengan hinaan setiap harinya. Airin lelah, ia ingin melupakan cinta masalalunya. Seseorang yang tak disangka kemudian hadir dan menawarkan diri untuk membantu Airin melupakan cinta masa lalunya. Lalu apa yang akan dilakukan Airin ? B...
Bismillah.. Ta\'aruf
779      482     0     
Short Story
Hidup tanpa pacaran.. sepenggal kalimat yang menggetarkan nurani dan menyadarkan rasa yang terbelenggu dalam satu alasan cinta yang tidak pasti.. Ta\'aruf solusi yang dia tawarkan untuk menyatukan dua hati yang dimabuk sayang demi mewujudkan ikatan halal demi meraih surga-Nya.
JAR OF MEMORIES
563      378     1     
Short Story
and story about us a lot like a tragedy now
The Alpha
1511      728     0     
Romance
Winda hanya anak baru kelas dua belas biasa yang tidak menarik perhatian. Satu-satunya alasan mengapa semua orang bisa mengenalinya karena Reza--teman masa kecil dan juga tetangganya yang ternyata jadi cowok populer di sekolah. Meski begitu, Winda tidak pernah ambil pusing dengan status Reza di sekolah. Tapi pada akhirnya masalah demi masalah menghampiri Winda. Ia tidak menyangka harus terjebak d...