Read More >>"> Salted Caramel Machiato (Kasih Putih ) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Salted Caramel Machiato
MENU
About Us  

"Kamu seperti tidak tahu bagaimana kalau aku bertemu Mama," kata Helene datar. Dia tidak berani mengangkat wajahnya, takut kebohongan akan tergambar jelas di wajahnya. Helene mengaduk teh manis, mencari kesibukan.

 

"Oh, Mama marah lagi?"

 

"Heh, marah? Kenapa harus marah?" Helene mengingat-ingat apakah dia ada keceplosan cerita tentang kencan buta dengan Aidan ke Ninit. Seingatnya terakhir kemarahan mama tentang kencan buta. Tetapi seingat Helene, dia tidak menceritakan apa pun pada Ninit, apalagi soal kencan buta itu sangat memalukan dan menyedihkan.

 

"Aku hanya mengira-ngira."

 

Helene mengucap syukur dalam hati bahwa kebohongannya belum terbongkar. Helene cepat mengajak Ninit kembali ke hotel. Dia tidak ingin Ninit tahu cerita yang sebenarnya.

 

"Kembali ke hotel, yuk! Semakin lama di sini perutku bisa meletus!" Helene berdiri, mengusap-usap perutnya.

 

***

 

"Kenapa sih dari tadi matamu ke arah pintu?" Davina berbisik ke telinga Dion, ketika Dion menyeruput kopinya. Dari tadi dia melihat Dion yang melirik ke pintu masuk, seperti sedang menanti kedatangan seseorang.

 

"...."

 

"Kamu menunggu Helene?" Davina menebak. Siapa lagi yang membuat Dion bersikap tidak tenang kalau bukan perempuan itu.

 

Kemarin Dion cerita soal pertemuannya dengan Helene. Ekspresinya terlihat bahagia, matanya berbinar. Walaupun Dion hanya bercerita sambil lalu, tapi Davina tahu Dion punya segudang perasaan bahagia di hatinya yang tidak bisa dia ungkapkan dengan kata-kata. Davina mengenal Dion, laki-laki yang irit dengan kata-kata. Perasaannya hanya bisa dilihat dari ekspresi wajah atau sikapnya.

 

"Kenapa kamu nggak menelepon atau mengiriminya pesan? Katamu sudah mendapatkan nomer ponselnya." Davina bicara lagi, dengan Dion Davina sudah terbiasa bicara atau bertanya tanpa mendapatkan jawaban. Davina seolah bermonolog. Paling hanya sekedar anggukan, senyuman atau sepatah kata. Davina sering merasa gemas dengan Dion.

 

"Mana ada perempuan yang mau pacaran sama kamu kalau irit bicara begitu?" protesnya suatu kali.

 

Dion tersenyum lebar, "Mending nggak ada yang mau daripada ada yang mau tapi cerewet kayak kamu."

 

Davina sukses melayangkan cubitannya ke perut Dion. "Kamu itu ya, sekalinya ngomong panjang bikin kesel!"

Dion hanya mengangkat pundaknya, berlalu.

 

***

 

Dion melihat ponselnya, ragu untuk menelepon Helene, untuk mengirimkan pesan menanyakan kabarnya pun Dion berpikir seribu kali. Kata Davina kalau rindu harus berani ambil langkah lebih dulu.

"Apalagi kamu cowok... dih, buang tuh gengsi!"

 

Davina itu nyinyirnya minta ampun kadang Dion tidak tahan dengan kenyinyiran Davina. Tetapi Dion tahu kalau itu bentuk perhatian Davina ke Dion.

 

Sudah satu minggu sejak pertemuan mereka terakhir, Dion tidak melihat Helene. Perempuan itu seolah hilang dibawa angin.

 

"Hai, apa kabar?" Dion tersenyum ketika mendengar suara Helene.

 

"Kabarku baik. Kamu apa kabar? Lagi sibuk ya?"

 

"Ya, dibilang sibuk banget juga nggak." Helene menjawab, suaranya terdengar seperti orang yang baru bangun tidur. Dion melihat jam dinding di tembok kamarnya, jam 10.00. Dion yakin itu waktu yang tidak terlalu pagi untuk menelepon seseorang di hari Minggu.

 

"Baru bangun? Aku mengganggu?" Dion khawatir mengganggu Helene.

 

"Ya, baru bangun. Oh, nggak nggak.... kamu nggak mengganggu! Memang sudah waktunya aku bangun." Helene terdiam sejenak, "mataharinya sudah tinggi," katanya lagi, rupanya dia melihat keluar.

 

"Aku senang kalau kabarmu baik. Sepertinya kamu kelelahan?"

 

"Iya, aku sedikit lelah." Helene mengakhirinya dengan tawa kecil.

 

"Aku menunggumu datang ke kafe, tapi sepertinya kamu terlalu sibuk." Dion berkata dengan suara pelan, dia merasa malu sudah terlalu jelas menunjukkan perasaannya.

 

"Ah, jadi kamu menungguku." Dion dapat merasakan di sana senyuman terbentuk di wajah Helene. Perempuan itu pasti terlihat menggemaskan.

 

"Aku sedang berada di luar kota selama dua minggu, ada pekerjaan kantor yang harus aku selesaikan." Suara Helene sudah terdengar seperti biasa, mungkin dia sudah sadar sepenuhnya dari kantuk.

 

"Apakah setelah kamu pulang dari luar kota kita bisa bertemu?" Dion bertanya dengan harap-harap cemas. Salah satu ketakutannya adalah harus menerima penolakan karena sesungguhnya dia tidak pernah siap dengan itu.

 

Davina bilang, "Badan aja boleh tinggi dan kekar, wajah terlihat jantan tapi takut ditolak cewek." Ingin rasanya dia menoyor kepala Davina saat itu.

 

"Kita akan ketemu, tapi aku nggak bisa menjanjikan waktunya."

 

"Aku akan menunggu."

 

Setelah berbasa-basi sedikit Helene menutup pembicaraan mereka. Dion tersenyum memandangi ponselnya.

 

***

 

"Siapa, Len?" Ninit bertanya sambil melongokkan kepalanya yang masih berbalut handuk ke ponsel Helene.

 

"Bukan siapa-siapa... bukan sesuatu yang penting."

 

"Kok senyum-senyum sendiri?"

 

"Ya, lebih baik senyum-senyum sendiri daripada marah-marah sendiri."

 

Helene beranjak dari tempat tidur, lebih baik mandi untuk menghindari pertanyaan Ninit. Helene belum ingin membagi ceritanya dengan Dion kepada siapa pun. Dia ingin menikmati perasaan bahagia ini sendiri. Sambil berjalan ke kamar mandi dengan leher berkalung handuk Helene bersenandung pelan, hatinya sedang gembira.

 

Biarkanlah kurasakan hangatnya sentuhan kasihmu...Bawa daku penuhi ku, berilah diriku kasih putih di hatimu

 

"Len, lagi jatuh cinta, ya?" Ninit bertanya dengan suara keras, sambil mengeringkan rambutnya dengan pengering rambut. Suara mesin pengering rambut yang berisik membuat Helene mempunyai alasan tidak menjawab pertanyaan Ninit. Helene sengaja menulikan telinganya. Kali ini dia bernyanyi lebih keras, tangannya memegang sikat gigi dengan erat seperti memegang mic.

 

Biarkanlah kurasakan hangatnya sentuhan kasihmu...Bawa daku penuhi ku dengan cinta...uwoooo

 

Helene bertingkah bagai seorang diva di atas panggung. Dia tidak peduli dengan teriakan Ninit yang menyuruhnya diam.

Gayanya semakin dibuat-buat, bibirnya sengaja dimonyong-monyongkan membuat Ninit semakin jengkel melihat tingkahnya.

 

Cu cu cu cururu

Cu cu cu cururu

Hari ini ku gembira, pak pos melayang di udara

 

Lagu Vina Panduwinata pun dinyanyikan oleh Helene dengan gaya yang semakin berlebihan. Bahkan sikat gigi dilempar berpindah tangan dari kanan ke kiri mirip Freddy Mercury saat melakukan aksinya di atas panggung.

 

Ninit sampai harus menghentikan mesin pengering rambut, berjalan mendekati Helene.

 

"Kalau Tante Vina dengar lagunya kamu acak-acak, bisa dijitak tuh kepalamu sampai benjol!"

 

Ah...cu cu cu cu cururu...

cu cu cu cururu...

 

Helene bernyanyi semakin keras, dia tidak peduli dengan protes Ninit. Helene hanya melirik Ninit sekilas lalu melangkah masuk ke kamar mandi. Suaranya semakin keras menyanyikan lagu Surat Cinta dengan lirik karangannya sendiri.

 

***

 

"Sepertinya kamu sudah menelepon Helene, wajahmu kelihatan cerah kayak baru terima gaji." Davina mengganggu Dion yang terlihat bahagia. Dion tidak pernah ahli menyembunyikan perasaan hatinya di depan Davina.

 

Laki-laki itu sibuk menyetem gitar, membunyikan setiap dawai gitarnya. Dion hanya tersenyum simpul, tidak perlu menjawab pertanyaan Davina.

 

Dion mengingat kembali percakapannya dengan Helene tadi pagi. Di merasa kagum dengan dirinya yang memiliki keberanian untuk bicara dan menunjukkan sinyal-sinyal perasaanya pada Helene. Saat ini Dion merasa

cukup begini dulu. Semua akan berjalan perlahan namun pasti. Dia ingin Helene menjadi miliknya, hanya untuknya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Bukan kepribadian ganda
8845      1700     5     
Romance
Saat seseorang berada di titik terendah dalam hidupnya, mengasingkan bukan cara yang tepat untuk bertindak. Maka, duduklah disampingnya, tepuklah pelan bahunya, usaplah dengan lembut pugunggungnya saat dalam pelukan, meski hanya sekejap saja. Kau akan terkenang dalam hidupnya. (70 % TRUE STORY, 30 % FIKSI)
Smitten With You
8650      2148     10     
Romance
He loved her in discreet… But she’s tired of deceit… They have been best friends since grade school, and never parted ways ever since. Everything appears A-OK from the outside, the two are contended and secure with each other. But it is not as apparent in truth; all is not okay-At least for the boy. He’s been obscuring a hefty secret. But, she’s all but secrets with him.
Wake Me Up With Amnesia
748      459     2     
Short Story
who would have thought that forgetting a past is a very difficult thing
Delapan Belas Derajat
10075      1896     18     
Romance
Dua remaja yang memiliki kepintaran di atas rata-rata. Salah satu dari mereka memiliki kelainan hitungan detak jantung. Dia memiliki iris mata berwarna biru dan suhu yang sama dengan ruangan kelas mereka. Tidak ada yang sadar dengan kejanggalan itu. Namun, ada yang menguak masalah itu. Kedekatan mereka membuat saling bergantung dan mulai jatuh cinta. Sayangnya, takdir berkata lain. Siap dit...
Ketika Takdir (Tak) Memilih Kita
532      296     8     
Short Story
“Lebih baik menjalani sisa hidup kita dengan berada disamping orang yang kita cintai, daripada meninggalkannya dengan alasan tidak mau melihat orang yang kita cintai terluka. Sebenarnya cara itulah yang paling menyakitkan bagi orang yang kita cintai. Salah paham dengan orang yang mencintainya….”
That Devil, I Love
3215      1319     0     
Romance
Tidak ada yang lebih menyakitkan bagi Airin daripada dibenci oleh seseorang yang sangat dicintainya. Sembilan tahun lebih ia memendam rasa cinta, namun hanya dibalas dengan hinaan setiap harinya. Airin lelah, ia ingin melupakan cinta masalalunya. Seseorang yang tak disangka kemudian hadir dan menawarkan diri untuk membantu Airin melupakan cinta masa lalunya. Lalu apa yang akan dilakukan Airin ? B...
Cinta dalam Hayalan Bahagia
639      420     3     
Short Story
“Seikat bunga pada akhirnya akan kalah dengan sebuah janji suci”.
The pythonissam
353      271     5     
Fantasy
Annie yang harus menerima fakta bahwa dirinya adalah seorang penyihir dan juga harus dengan terpaksa meninggalkan kehidupanannya sebagai seorang manusia.
PENYESALAN YANG DATANG TERLAMBAT
723      438     7     
Short Story
Penyesalan selalu datang di akhir, kalau diawal namanya pendaftaran.
Kinara
3492      1432     0     
Fantasy
Kinara Denallie, seorang gadis biasa, yang bekerja sebagai desainer grafis freelance. Tanpa diduga bertemu seorang gadis imut yang muncul dari tubuhnya, mengaku sebagai Spirit. Dia mengaku kehilangan Lakon, yang sebenarnya kakak Kinara, Kirana Denallie, yang tewas sebagai Spirit andal. Dia pun ikut bersama, bersedia menjadi Lakon Kinara dan hidup berdampingan dengannya. Kinara yang tidak tahu apa...