Loading...
Logo TinLit
Read Story - KASTARA
MENU
About Us  

Di dalam sebuah cinta,

Terdapat sebuah bahasa yang mengalun indah mengisi jiwa.

Merindukan kisah kita berdua,

Yang tak pernah bisa akan terlupa.

 

Bila rindu ini masih milikmu,

Kuhadirkan sebuah tanya untukmu. 

Harus berapa lama … aku menunggumu?

Aku menunggumu.

*

*

*

"Kastara Madhava! Apa kau tidak mendengarku?" teriakku tepat di hadapan pria yang duduk di sofa dengan kaki terangkat ke atas, menggenggam ponsel dan mata yang kosong menatap layarnya. Meski begitu, ibu-ibu jarinya terus bergerak di sisi kanan dan kiri layar ponsel tersebut.

Akhirnya aku berhasil membuat wajahnya menengadah padaku, tatapannya selalu sama, tajam. Aku berdecak pinggang dengan bibir manyun dan dahi mengkerut. Lantas bibir pria itu mengembang lebar menunjukkan gigi taring sempurnanya. Kemudian dia melepas sesuatu dari telinganya. Astaga, jadi dari tadi dia memakai TWS? Pantas aku panggil-panggil tidak dengar.

"Kau sedang bermain game atau mendengar lagu itu lagi?" tanyaku kesal.

Pria itu menaruh semua barangnya di sofa dan bangkit membuatku terhuyung ke belakang karena dia terlalu dekat. Pria berkaus hitam dan jeans senada yang sobek di bagian kaki-katanya itu memang modelnya-menunduk menatap wajahku dari dekat.

"Kenapa Tara, Sayang? Kapan kau datang?" tanyanya dengan suara lembut.

Aku berdecak. "Sayang, sayang! Dari tadi! Aku sudah memanggilmu berkali-kali, menyebalkan sekali!"

"Ahaha … Uuu, anak kucing, kasihan …." Kastara memelukku dan mengelus-elus kepala serta punggungku dengan gemas.

"Ish! Jangan peluk-peluk!" bentakku mendorong tubuhnya.

Dia melepaskan pelukannya dan mengacak rambutku yang sudah kutata seindah mungkin sejak dari rumah. 

"Kau itu kakak yang paling menyebalkan yang pernah kumiliki!" hardikku lagi.

Kemudian aku pergi keluar dari ruangan tersebut dengan membanting pintu. Beberapa kawannya yang duduk di depan teras langsung menoleh padaku. Namun, mereka tidak banyak bertanya seperti sudah biasa melihatku ribut dengan Kastara.

Seorang wanita berambut panjang bergelombang yang dicat ash-pink menghampiriku. Jalannya selalu anggun, wajahnya yang jutek tapi penuh sayang itu selalu disegani oleh kawan-kawan Kastara dan semua anggotanya. Jujur, dia terlihat sangat keren, apalagi dengan jaket kulit hitamnya.

"Ada apa, Tara sayang? Bertengkar lagi dengan Kasta?" tanyanya lembut mengelus pipiku.

Tubuhnya yang semampai bak model, bibirnya yang merah muda, dan kulitnya yang halus seputih susu itu membuatku ikut menyeganinya. Tapi, dari sekian kawan perempuannya, hanya aku yang berani bermanja-manja padanya.

Aku hanya mengembungkan pipi dengan kesal. Kemudian pintu di belakangku terbuka.

"Biasa, ngambek terus dia. Aku tidak salah apa-apa, Yang!" Ucapan Kastara di belakang sana membuatku kembali naik darah.

Aku pun menoleh dan memukul perutnya sampai dia mengaduh. "Kau berjanji mau mengajakku beli es krim kemarin! Katanya sebagai permintaan maaf karena telah menarikku tiba-tiba untuk melawan Phantasm, padahal aku baru menyuap satu sendok makan siang! Tapi, sampai matahari terbenam kau tak kunjung muncul di Plaza! Sekarang, aku datang memanggilmu, tapi tidak mendengar sampai aku harus teriak-teriak. Kau tidak menepati janjimu!" Seketika aku menarik napas yang dalam.

Kastara menunjukkan raut ingin tertawa, tapi juga bersalah. "Aaa … i-iya, maaf Tara. Kemarin–"

"Sudah-sudah! Biar aku yang urus Kastara," potong gadis cantik di depanku ini.

"Hmm, terima kasih, Kak Isva. Pokoknya pukul saja dia sampai babak belur! Kalau perlu tinggalkan dia sendirian di Dungeon 6!"

"Hei! Jangan! Jangan, Sayangku, Isvaraku yang cantik. Tara itu yang salah, kenapa terus menungguku?" bela Kastara meraih lengan gadis yang bernama Isvara itu.

Lantas Isvara menoyor kepala Kastara dan berkata, "Bagaimanapun kau yang salah sudah berjanji, tapi tidak ditepati! Tidak boleh seperti itu!"

Aku pun tersenyum penuh kemenangan. Kastara hanya terdiam seperti anak kucing yang habis dimarahi oleh majikan.

"Kamu mau beli es krimnya sekarang?" tanya Isvara padaku.

Aku pun menggeleng. "Aku harus pergi, mungkin nanti sore lagi."

"Sekolah? Iya, anak kecil tidak boleh terlambat sekolah!" ejek Kastara cengengesan.

Aku hanya tersenyum. Kemudian meraih ransel kecil yang kutaruh di atas meja teras dan berpamitan pada mereka. Kakiku melangkah lebih cepat keluar dari area basecamp Maverick yang berada di sebuah perumahan tak jauh dari Plaza kota. 

Isvara adalah kekasih Kastara sejak tahun lalu. Gadis itu adalah ketua serikat Maverick yang cukup besar di kota Karawang. Tahun lalu, aku dan Kastara masih berada di suatu serikat kecil bernama SCAM. Cerita ini sangat panjang, karena SCAM terlahir dari pria yang bernama Anggasta Gentala. Pria itu menemukanku sebelum akhirnya Kastara bergabung. Setelah suatu kejadian buruk terjadi, Kastara membawaku pergi bersama beberapa kawan kepercayaannya untuk bergabung bersama Maverick. Beberapa bulan kami menyesuaikan diri di sana sampai dia mendapatkan hati sang ketua. Isvara pun dengan mudah menyerahkan posisi ketuanya pada Kastara. Sampai sekarang, Kastara adalah ketua Maverick dan Isvara adalah wakilnya. Aku? Kata mereka, aku adalah Babby Guild. Aku adalah anak emas yang harus selalu dilindungi, selain itu, tugasku adalah sebagai seksi konsumsi dan pertolongan pertama untuk para anggota. Katanya, karena aku memiliki keahlian sebagai penyembuh. Selain itu, sejak di SCAM, aku selalu memperhatikan keselamatan para anggota. Jadilah, aku berada di posisi ini.

Aku tidak akan pernah melupakan bagaimana aku bisa ada di titik ini. Dari mana aku muncul, oleh siapa aku bangkit, dan bagaimana perjuanganku untuk bisa ada di Maverick tanpa dia lagi. Air mataku selalu menggenang tiap kali mengingat itu. Aku sudah berjanji untuk tidak menangisi orang itu lagi di hadapan Kastara. 

Aku pun mengembuskan napas berat sembari celingukan menuju gang sempit dan sepi, lalu kuangkat tangan kanan ke atas aspal bersamaan dengan mantra yang kurapal. "Mouvere."

Lantas sebuah lingkar sihir berwarna putih muncul di bawah kakiku. Aku pun memejamkan mata, dan sepersekian detik, aku sudah berada di sebuah gang kecil di samping Universitas Saturn. Aku berjalan dengan santai keluar dari gang dan berbaur dengan para mahasiswa/i memasuki gerbang kampus.

Aku kembali celingukan dan memasang tudung hoodie. Berjaga-jaga supaya tidak ada orang dari beberapa serikat di kota ini mengenaliku. Kenapa? Karena aku sangat menjunjung tinggi privasi. Aku tidak mau sampai mereka menerorku sampai ke kehidupan pribadiku jika terjadi sesuatu, apalagi sampai keluargaku terbawa-bawa. Ya, memang aku dan keluargaku juga tidak sedekat itu sampai aku begitu khawatir. Tetapi, bagaimanapun aku masih terikat dengan keluargaku. Lagipula, semua orang langsung menilai bahwa aku masih SMA. Biarlah, mungkin karena tubuhku yang kecil, suaraku juga seperti anak-anak. Mereka selalu menganggapku gadis di bawah umur yang butuh dilindungi. Ck, menyebalkan, bukan?

Kampusku berada cukup jauh dari Plaza kota dan basecamp Maverick, begitupun SCAM. Maverick ada di bagian Selatan Karawang, sedangkan SCAM ada di Utara. Plaza adalah pusat kota, lalu Universitas Saturn ada di bagian Timur. Jaraknya cukup berjauhan. Meski begitu, aku tetap saja waspada. Mereka semua terpencar di seluruh kota ini. Belum lagi serikat dari berbagai belahan Jawa Barat yang sewaktu-waktu bisa datang kemari.

***

Akhirnya jadwal kuliah beres, untung hari ini hanya sampai pukul dua siang. Aku menuruni anak tangga lantai tiga bersama teman-teman sekelasku. Koridor juga sudah mulai ramai. Banyak yang pulang atau pindah ke kelas berikutnya.

"Ra, main dulu, yuk!" ajak Vida, salah satu sahabatku yang paling kupercayai. Dia tahu semua tentang organisasi aktif di sini dariku. Dia juga tahu semua kisah tentangku, orang itu, dan semuanya.

"Ke mana?" tanyaku sembari terus menuruni anak tangga dengan lebih cepat.

"Mall? Atau … kau sudah ada janji sore ini?"

Aku pun berhenti di lantai dasar, melihat jam tangan, kemudian menatap Vida. "Ayo! Mungkin jam empat aku ke basecamp."

Wajah Vida jadi semringah. Kami bergegas pergi halte depan kampus.

"Kenapa tidak pakai sihir teleportasimu saja? Kan lebih cepat," sleetuk Vida.

"Hussst! Kau lupa? Tidak semua orang tahu tentang itu."

"Oh, iya. Aku lupa. Habisnya lebih enak pakai itu. Hehe …."

Aku menggeleng, bertepatan dengan bus yang datang. Kami pun langsung naik ke dalamnya.

Mall Antara tidak jauh dari kampus. Sekitar 10 kilometer saja. Cukup ditempuh dalam waktu sepuluh menit jika tidak  macet.

"Ra, bagaimana kabar si itu, kalian masih berhubungan?" bisik Vida.

Aku terdiam menatap jendela menatap lalu lalang orang di pinggir jalan. Masih berharap menemukannya di sana. Namun, akhirnya aku hanya bisa menggeleng.

"Sejak kami pindah ke Maverick, kami masih berhubungan selama kurang lebih enam bulan. Tepat ketika Kastara diangkat sebagai ketua, aku dan orang itu mulai renggang. Kebetulan aku juga jadi lebih disibukkan dengan kegiatan Maverick yang cukup aktif daripada SCAM. Ditambah lagi, mereka seolah sengaja membuatku melupakannya. Terutama Kastara."

Vida mengangguk menyimak jawabanku.

"Lalu, terakhir aku cerita padamu itu, dua bulan lalu. Itu kali terakhir kami saling berhubungan melalui pesan singkat. Sampai sekarang, aku tidak tahu dia ke mana. Maksudku, aku bisa saja mengirimi pesan WA padanya. Dia terlihat masih aktif. Tapi, aku tidak mau mengganggunya, aku tidak mau menyakitinya lebih dari ini," lanjutku meremas ransel yang kupangku sejak duduk di bus ini.

"Aku … merindukannya, Vid." Rasanya ingin menangis.

"Sudah, lupakan! Maaf, aku malah bertanya lagi. Kau harus menahannya. Mungkin kau memang sangat menyukai semua yang ada pada dirinya. Tapi, faktanya, secara psikologis, dia tidak baik. Sudah benar Kastara membawamu menjauh darinya. Sudah ya, jangan dipikirkan lagi. Kita senang-senang dulu!" ucap Vida berusaha menghiburku.

Aku menghargai itu, dia memang ada benarnya. Maka aku tersenyum dan mulai menunjukkan rasa tidak sabar untuk jalan-jalan, makan, dan karaokean. Meski sisi terdalamku masih terus meringkuk dalam ruangan gelap, berharap orang itu kembali menarikku dalam cahayanya, seperti pertama kali kami bertemu.

Sesampainya di mall Antara, kami langsung pergi menuju area makan lebih dulu karena kami sudah sangat lapar. Namun, mataku membelalak melihat seseorang yang kukenali di depan sana. Sialnya lagi, mata kami bertemu.

Junda Ganendra. Ketua dari serikat Dynamite, salah satu laki-laki yang pernah membuat keributan dengan orang itu sampai terpecahnya SCAM.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Cinta Sebatas Doa
607      426     0     
Short Story
Fero sakit. Dia meminta Jeannita untuk tidak menemuinya lagi sejak itu. Sementara Jeannita justru menjadi pengecut untuk menemui laki-laki itu dan membiarkan seluruh sekolah mengisukan hubungan mereka tidak lagi sedekat dulu. Padahal tidak. Cukup tunggu saja apa yang mungkin dilakukan Jeannita untuk membuktikannya.
Meja Makan dan Piring Kaca
57148      8411     53     
Inspirational
Keluarga adalah mereka yang selalu ada untukmu di saat suka dan duka. Sedarah atau tidak sedarah, serupa atau tidak serupa. Keluarga pasti akan melebur di satu meja makan dalam kehangatan yang disebut kebersamaan.
Reaksi Kimia (update)
5779      1533     7     
Romance
》Ketika Kesempurnaan Mengaggumi Kesederhanaan《 "Dua orang bersama itu seperti reaksi kimia. Jika kamu menggabungkan dua hal yang identik, tidak ada reaksi kimia yang di lihat. Lain halnya dengan dua hal yang berbeda disatukan, pasti dapat menghasilkan percikan yang tidak terduga" ~Alvaro Marcello Anindito~
Tiba Tiba Cinta Datang
474      327     0     
Short Story
Cerita tersebut menceritakan tentang seorang lelaki yang jatuh cinta pada seorang gadis manis yang suka pada bunga mawar. Lelaki itu banyak belajar tentang cinta dan segala hal dari gadis dan bunga mawar
Hidden Words Between Us
1405      631     8     
Romance
Bagi Elsa, Mike dan Jo adalah dua sahabat yang paling disayanginya nomor 2 setelah orang tuanya. Bagi Mike, Elsa seperti tuan putri cantik yang harus dilindunginya. Senyum dan tawa gadis itu adalah salah satu kebahagiaan Mike. Mike selalu ingin menunjukkan sisi terbaik dari dirinya dan rela melakukan apapun demi Elsa. Bagi Jo, Elsa lebih dari sekadar sahabat. Elsa adalah gadis pertama yang ...
Perfect Love INTROVERT
10697      1995     2     
Fan Fiction
Dunia Sasha
6414      2178     1     
Romance
Fase baru kehidupan dimulai ketika Raisa Kamila sepenuhnya lepas dari seragam putih abu-abu di usianya yang ke-17 tahun. Fase baru mempertemukannya pada sosok Aran Dinata, Cinta Pertama yang manis dan Keisha Amanda Westring, gadis hedonisme pengidap gangguan kepribadian antisosial yang kerap kali berniat menghancurkan hidupnya. Takdir tak pernah salah menempatkan pemerannya. Ketiganya memiliki ...
Enemy's Slave
1530      710     7     
Romance
Kesha Ayu Shakira dan Leon Bima Iskandar. Keduanya saling bermusuhan. Bahkan generasi sebelumnya--alias mama dari Kesha dan mama dari Leo--keduanya juga sudah menjadi musuh bebuyutan. Berujung saat mama masing-masing saling menyumpah ketika kehamilan masing-masing; bahwa anak mereka akan saling jatuh cinta dan saling menjatuhkan. Apakah sumpah-serapah itu akan menjadi kenyataan?
Another Word
625      364     2     
Short Story
Undangan pernikahan datang, dari pujaan hati yang telah lama kamu harap. Berikan satu kata untuk menggambarkannya selain galau.
JURANG
1007      497     5     
Short Story
Adikku memang orang yang aneh. Adikku selalu beri pertanda aneh untuk kehidupanku. Hidupku untuk siapa? Untuk adikku atau calon suamiku tercinta?