Jun yakin dirinya tak pernah bisa lepas dari rumah lamanya. Ia bekeliling kota setelah sekian lama dan menemukan pedal mobilnya terus bergerak ke jalan lama yang selalu ia tempuh dari dulu.
Malam semakin gelap karena mendung, ia tak mengira hujan akan lebih cepat turun sesampainya ia di sana. Kali itu pun gorden di kamar yang sama masih bergoyang. Saat gorden tersibak, ia menemui gadis itu menatap jauh ke langit. Sekejap kemudian ia berjalan entah ke mana, lalu kembali lagi melihat keluar dari jendela.
Mata mereka berdua bertemu, tapi Jun yakin gadis itu tak bisa mengenalinya karena bagian luar mobil di pasang agar tidak tembus pandang
Jun menyenderkan kepalanya ke setir mobil, ia terus menatap gadis itu sambil mendengar suara hujan yang jatuh di atas atap mobilnya. Sejenak kemudian ia segera memacu kencang mobilnya melintasi pepohonan tinggi tak terbatas yang semakin menyeramkan saat hujan.
Sesampainya di apartemen, lelaki itu membaringkan tubuh letihnya di tempat tidur, ia langsung terlelap sesaat kepalanya menyentuh bantal.
Di dalam mimpinya yang sadar, ia menemukan piyama yang sama dengan gadis itu. Piyama berwarna ungu dengn motif bunga-bunga kecil memenuhi punggungnya. Kepala gadis itu di dongakkan ke atas, melihat langit-langit luas.
Ia segera bergerak mendekat dan mendapati wajahnya yang berjarak hanya setengah meter dengan wajah gadis itu. Jun segera berjalan mendahuluinya yang kemudian diikuti oleh gadis itu.
Ia tak pernah mengira akan bertemu orang yang sama untuk kedua kalinya. Sistem mimpi biasanya dibuat se-acak mungkin hingga peluang untuk muncul didekat gadis itu ialah nihil. Tapi, terkadang selalu ada keajaiban yang terjadi saat ia mulai khawatir tidak melihat gadis itu di lain mimpi
Jun melihat mata Bambi yang tidak sengaja berpapasan dengannya. Sial! Serunya dalam hati, kalau tadi ia sempat menutup mata sebelum memelototi adegan penyemprotan pintu itu, maka mereka berdua tidak perlu terus-terusan melarikan diri lagi.
Tapi mata Bambi yang tajam segera menemukan Jun serta gadis di sebelahnya itu
“Kalau tidak lari sekarang, kita akan terkena masalah.
Seperti biasa, gadis itu tak cekatan memahami apa yang terjadi. Jadi Jun memutuskan untuk menarik kerah baju gadis itu dan menyeretnya menjauh
Terdengar suara seperti khek- khek-.
“Le-paskan, aku ter-cekik!” Suara gadis itu keluar dengan susah payah
Jun gelagapan dan bertingkah malu. Ia berdehem beberapa kali lalu meminta maaf dengan suara lirih
Gadis itu merapikan kerah bajunya. “Kalau kau ingin membunuhku, tolong pakai cara lain.” Matanya menatap marah ke arah Jun
“Maaf, itu benar-benar reflek.
Mereka berhenti pada suatu titik sampai gadis itu mulai menyadari kehadiran Bambi.
“Kena kalian!” Senyum merekah di wajah bambi terlihat mengerikan.
Keduanya menatap Bambi ngeri, keringat bercucuran dari wajah keduanya. Jun berusaha melihat ke atas dan ke bawah mencari pertolongan tapi tidak ada yang bisa ia lakukan. Tidak ada celah untuk lari
Jun tanpa sadar menarik kerah baju gadis itu lagi dan berlari lebih kencang memasuki salah satu pintu yang tidak tertutup rapat. Pintu itu sudah berubah warna menjadi kuning keunguan. Tidak ada pintu lain yang terbuka, Jun terpaksa melangkah lemas ke dalamnya
Ia menahan daun pintu dengan tangannya lalu melempar gadis itu serta dirinya ke dalam. Berharap mimpi orang lain tidak seburuk yang ia kira. Setidaknya tidak lebih buruk ketimbang mimpi miliknya.
Pintu tertutup, celah cahaya sudah hilang, di dalam ruangan gelap gulita. Wewangian bunga serta asap dari lilin yang dihidupkan remang-remang menusuk hidung keduanya. Sesaat kemudian, terlihat bingkai foto di tengah-tengah, serta orang- orang menunduk mengenakan pakaian hitam di kanan dan kiri mereka.
“Mimpi... tentang kematian,” ucap Jun lirih
-
Setelah masuk ke dalam sebuah ruangan, Joanne merasa lega, setidaknya tidak ada orang yang akan mencekik lehernya lagi dengan menarik kerah bajunya.
Ia hampir mati kehabisan napas karena lehernya terus-terusan ditarik paksa. Ia kira pertemuan pertama mereka tidak seburuk pertemuan kedua ini. Meskipun keduanya sama-sama melarikan diri dari Bambi
“Kematian?
Lelaki itu mengangguk
“Bagaimana bisa seseorang memimpikan kematiannya sendiri?
Mereka masih berdiri di tengah-tengah kegelapan
“Mimpi adalah perwujudan dari bentuk pikiran kita. Misalnya kau tidur setelah menonton film yang mengerikan, pikiranmu yang masih belum pulih dari kenangan mengerikan akan terus mengikutimu. Hingga terjadilah sebuah perwujudan mimpi yang terealisasikan dari pikiranmu. Itu juga terjadi setelah kau mengalami hal yang menyenangkan, maka hanya hal menyenangkan yang akan menjadi mimpimu. Karena itu, kau tidak boleh merasa stress, ketakutan, memikirkan trauma atau bahkan berpikir yang tidak-tidak sebelum terlelap.” Jelas lelaki itu runtut.
“itu artinya.. pemilik ruangan ini takut akan kematiannya sendiri?” Joanne menutup mulutnya tanda tak percaya. Selama ini, ia mengira mimpi hanyalah hal-hal menyenangkan sampai ia sendiri melihat mimpi orang lain
“Jangan dipikirkan, kau tidak boleh terlalu membawa perasaanmu sendiri pada mimpi orang lain. Kalau kau melakukannya, pemilik mimpi ini bisa merasakannya.
“Tapi, aku mengira selama ini mimpi adalah perwujudan menyenangkan. Kembalinya kenangan-kenangan serta banyak hal yang tidak bisa dilakukan di dunia nyata.
Lelaki itu mengusap perlahan kepala Joanne sembari tersenyum, “Kau pasti selalu bahagia selama ini.
“Mungkin...
“Baiklah, ayo duduk di kursi yang ada. Tidak mungkin kita terus berdiri sampai mimpi selesai.
Joanne melirik sekilas ke belakang, ke arah pintu. “Apa kita tidak bisa keluar secara paksa?
Lelaki itu menggeleng lemah, “Tidak bisa karena kita sudah masuk ke dalam mimpi orang lain, lagipula diagram di atas kepala kita sudah hampir menyentuh pertengahan. Artinya kita harus menyelesaikan mimpi ini sampai diagram itu dipenuhi cairan mewah.” Lelaki itu melangkah maju terlebih dahulu, diikuti Joanne
“Diagram?” Joanne mendongakkan kepalanya, ia tidak menemukan diagram apapun. Kemudian matanya samar-samar melihat ke atas kepala lelaki itu. Diagram terlihat samar-samar di dalam kegelapan, Joanne tak menyadarinya sebelumnya
“Apa gunanya-“ belum selesai Joanne berbicara, wajahnya menabrak punggung lelaki itu
Tiba-tiba sekelebat cahaya menusuk matanya, suara lirih berbisik di telinganya. “Aku tidak takut mati, tapi...”