Loading...
Logo TinLit
Read Story - Peri Untuk Ale
MENU
About Us  

Setelah sebulan menghilang, Ale kembali ke kampus ini. Kampus tercinta yang bisa dia masuki kapanpun dia ingin. Dan seperti biasa. Kedatangan Ale tentu bukan untuk gelar, apalagi mencari ilmu. Baginya gelar hanyalah sebuah huruf tak berarti yang terkapar di belakang nama. Dan Ale menolak menghabiskan empat tahun untuk mendapatkannya.

Pria itu datang hanya untuk kesenangan. Mencari mangsa yang bersedia menjadi selingan, menemaninya pada malam-malam tertentu yang menggairahkan. Karena ia sadar, kampus ini adalah tempat terbaik mencari hiburan.

“Siapa sih yang gak tertarik sama gue? Bentar lagi dia juga bakalan jadi milik gue.”

Lihat? Belum berapa langkah Ale berjalan, seorang perempuan sudah menarik perhatiannya.

Semudah itu.

Walau mereka tahu Ale begitu sialan, menganggap wanita murahan dan menggonta-ganti perempuan seperti celana dalam, tetap tidak ada yang menyerah.

Mereka merentangkan tangan dengan sukarela.

Senyum Ale pun mengembang lebar, kakinya melangkah mendekati cewek berkulit susu tersebut. “Yakin bener?” bisiknya sensual. “Gue punya beberapa kriteria kalau lo mau tau.”

“Gue bisa kasih apa yang lo mau.”

Tantangan itu tentu saja di sambut Ale dengan tangan terbuka. “Wow.” siulnya. “Lo cantik, sih.” lalu dielusnya pipi gadis itu sensual.

Ale sangat paham apa daya tariknya.

Alis tebal yang selalu ia dambakan, ataupun lesung pipi tipis yang mampu membuat orang menahan getar. “Tapi lihai gak? Soalnya gue paling suka yang goyangannya mantap.”

“Siapa bilang gue gak jago goyang? Gue bahkan bisa buat lo ketagihan kalau gue mau.”

Seruan orang sekitar mulai menjadi backsound secuil kejadian di pagi hari ini. Tapi kedua pemeran tidak merasa terganggu sama sekali.

Hampir satu bulan Ale merasa kering. Sedikit bermain-main tentu menyenangkan. Karena itu disentuhnya leher jenjang didepannya tanpa ragu. Layaknya predator, Ale mendekat hanya untuk sebuah kecupan singkat di pipi, “Kalau gitu, kita bisa tes sekarang.”

Tidak perduli dengan berpuluh pasang mata yang melihat. Atau sahabatnya yang sejak tadi menontonnya malas. Untuk Ivan, yang terjadi saat ini hanyalah film lawas yang membosankan.

Totonan Ibu-ibu pejabat yang alur ceritanya hanya tentang perempuan miskin jatuh cinta dengan lelaki kaya lalu menikah dan tidak di setujui oleh mertua.  

“Gue gak keberatan. Lo bebas mau ngelakuin apapun.”

Tentu diakhiri dengan ending yang menyenangkan semua orang.

Hampir saja klimaks itu terjadi, satu sentakan kuat menarik Ale kebelakang. Pria itu mengumpat kesal di barengi dengan desahan kecewa penonton. Ale menyadari gadis itu yang pucat pasi, tapi ia tidak terkejut. Kebanyakan perempuan hanya berani memberikan omongan bual, sekali di tantang sudah pasti nyalinya ciut.

“Puas bos? Ntar lanjut di privat room aja ye.” celetuk Ivan dan merangkul sahabatnya itu semakin menjauh.

Si pembuat onar malah tertawa, “Gue cuma gak mau nolak rejeki.” dikedipkannya sebelah matanya pada si pucat.

Semboyan Ale sederhana. Bersedia mengangkang, maka Ale siap menggenjot.

Tentu Dodi setuju kegirangan. Satu-satunya orang yang mendukung kebiadaban Ale. Orang itu dengan senang hati menemani Ale dan mengantre di belakang jika Ale sudah puas. Sobatnya menuju kesesatan bersama. “Habis itu bagi-bagi gue ya ga, anjay. Mulus juga tu cewek gue liat-liat.” si iblis kedua menambahi.

Ivan melongos malas melihat dua iblis itu.

“Padahal gue akan meluangakan satu minggu waktu gue, free! Buat ngajarin lo tentang gaya-gaya yang bikin fwb lo puas.” tawaran yang menggiurkan, tapi Ivan tidak tertarik.

Doggy style is one of my favorite baby!”

“And blow job was soo good.”

“Of course babyyy! We’re have fun tonight br-anjing!”

Satu pukulan kuat mendarat di punggung Dodi.

“Apa sih, lo?”

Ale tertawa di buatnya.

“Masih pagi, otak lo gak usah kotor banget.” Ivan berujar geram.

“Suka-suka gue lah. Sok suci lo upik abu.”

“Gak ada upik abu yang secakep Michelle Morrone”

“Haha.” Dodi mengejek jijik. “Michelle Morrone you’r ass!”

Selanjutnya terjadi perdebatan antara kedua manusia itu sementara Ale mulai berjalan lebih dulu, terlihat fokus dengan fikirannya sendiri. Dan perasaan kacau itu pun datang lagi. Perasaan kacau yang disebabkan oleh dunianya yang berantakan.

Katakan Ale memiliki kekuasaan untuk melakukan hal sesukanya seperti yang terjadi barusan. Tidak perlu diperjelas. Anzale Nugraha. Putra dari pemilik Universitas Nugraha. Sebuah fakta yang membuat Ale begitu ditakuti dikalangan mahasiswa maupun dosen.

Sebenarnya Ale tidak begitu bangga dengan semua hal tersebut. Lebih tepat, dia tidak menyukai fakta bahwa dirinya adalah anak tunggal dari seorang lelaki yang menempati urutan kedua dari pengusaha paling kaya seIndonesia. Membuatnya jijik, bahkan tidak bisa bernafas untuk memberikan jeda bagi jantungnya yang terpompa begitu cepat.

Ah, Ale perlu tenaga lebih untuk membicarakan Ayahnya saat ini. Ada baiknya dia mengalihkan fikiran dengan rokok. Maka dikeluarkannya sebatang rokok kesayangan untuk dihisap. Namun baru saja abu itu muncul satu jeritan kuat menghentikan kegiatannya. Ale mengernyit, pada perempuan yang mengerang sakit di bawahnya.

“Gue gak masalah kalau lo mau satu malam dari gue. Tapi minta baik-baik, bukan dengan nabrak gue begini.”

Ivan dan Dodi menyaksikan bingung. Beralih memandang sekeliling yang kembali terlihat antusias. Wajar saja. Pertunjukan Ale adalah salah satu hal yang paling menyenangkan di kampus.

Namun tidak ada kata yang terucap. Gadis itu hanya menghela nafas dan mengambil tas nya yang tergeletak tak bernyawa. Kemudian bangkit dan pergi meninggalkan Ale begitu saja.

Membuat sang iblis melongo, lalu bergerak cepat menarik pergelangannya. “Lo bisu atau gak punya mulut?” ucap Ale berang, dan semakin emosi karena ekspresi acuh dari gadis berkemeja biru itu mengusik egonya.

Ale bisa saja memakinya habis-habisan, atau yang lebih sadis menariknya untuk dipermalukan sampai puas. Bahkan bisa langsung di bawa ke kamar untuk menemani satu malam yang penuh penyiksaan. Namun urung ketika suara gadis itu terdengar, mengatakan satu kata yang membuat Ale terpana tak percaya.

“Sori.” ucap si bisu yang ternyata tidak bisu.

Cowok dengan rambut rapi itu mengernyit, “Sori? Lo sadar gak udah ngelakuin apa?” berulang kali Ale mencoba meyakinkan dirinya bahwa dia salah dengar. Namun kalimat selanjutnya membuat Ale mati gaya.

“Gue udah bilang sori, jadi lepasin tangan gue!”

Seketika suasana menegang. Penonton menahan nafas penasaran.

Ale pun terdiam kaku ditempatnya-membiarkan Ivan dan Dodi yang tertawa dibalik punggung. Diusapnya pelipisnya frustasi, “Oke gue anggap lo gak lagi nawarin badan. Minta maaf!” geramnya.

“Gue anggap lo udah gila. Jadi apapun yang keluar dari mulut lo itu gak ada yang guna.”

“Sori?”

Si bisu yang ternyata tidak bisu itu mengangguk. “Kalau lo nyadar, sekarang lepasin tangan gue.”

Ale mengernyit, “Lo tau gue siapa?” pertanyaan sederhana yang seharusnya semua orang tau.

“Emang itu hal yang wajib gue ketahui?”

Tangannya terkepal disisi tubuh, dan jangan tanya betapa marahnya Ale saat ini. “Minta maaf dengan cara yang sopan.”

“Minta maaf kalau lo laki!”

“Minta maaf atau lo bakalan nyesal.” Ale tidak mau kalah.

“Lepas!”

Namun genggamannya malah menguat. “Lo buat mood gue ancur abis.”

Gantian si bisu yang ternyata tidak bisu tapi pintar membalasnya itu mengernyit, “Trus gue harus berlutut di kaki lo karena udah menghancurkan mood yang lo agung-agungkan itu?”

“Kalau perlu.” jawab Ale tandas, “Dan gue putuskan itu perlu.”

“Tapi keputusan gue bilang itu gak perlu.” di tepisnya tangan Ale, “Dan gue menolak melakukan hal yang gak guna.”

Demi tuhan, ini mungkin menjadi salah satu hari yang paling buruk dalam sejarah Ale di kampus ini. Ketika Ale hanya diam melihat kepergiannya yang begitu bebas. Bahkan membiarkannya menghilang di balik gedung fakultas Ilmu Komunikasi dan tersadar mendengar teriakan heboh dua sahabatnya.

“DEMI!” Dodi histeris menggelegar, “Lo kalah anjing!” sambungnya yang mengembalikan kewarasan Ale.

“Diem bangsat!”

“Gila sih! Rekor. Gue harus cari tau nama tu cewek.”

“Berisik!” Ale kesal setengah mati. Apalagi saat pandangannya beralih ke para mahasiswa-mahasiswi yang masih menyaksikan kekalahan Ale dengan kepuasan. “Ngeliatin apa goblok! Bubar ga lo semua!”

Dan tidak perlu teriakan kedua untuk membuat mereka menurut.

“Namanya siapa njir, penasaran.” Dodi masih penasaran.

“Gila sih seorang Ale gak berkutik sama dia.” Ivan ikut antusias. “Ini pertama dalam empat tahun gue ngeliat lo planga-plongo kek anak autis.”

“Diem gak!”

Dodi terbahak, “Puas banget anjing.” dan bertos ria bersama Ivan.

Ale menolak marah. pria itu berjalan meninggalkan kedua sahabatnya, langsung menuju gedung Fakultas Ilmu Komunikasi seperti orang yang dikejar hutang. Pagi ini benar-benar kesialan untuk Ale. Dia harus segera mengetahui nama gadis yang mulutnya sadis itu.

Kalau tidak, mungkin Ale bisa gila di buatnya.

How do you feel about this chapter?

1 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Dear You
15729      2714     14     
Romance
Ini hanyalah sedikit kisah tentangku. Tentangku yang dipertemukan dengan dia. Pertemuan yang sebelumnya tak pernah terpikirkan olehku. Aku tahu, ini mungkin kisah yang begitu klise. Namun, berkat pertemuanku dengannya, aku belajar banyak hal yang belum pernah aku pelajari sebelumnya. Tentang bagaimana mensyukuri hidup. Tentang bagaimana mencintai dan menyayangi. Dan, tentang bagai...
Kebugaran cinta
469      334     0     
Romance
Meskipun sudah memiliki harta kekayaan yang berlimpah tidak membuat martia merasakan ketulusan dan bahagia. Orang tua martia selalu sibuk mengejar karir dan kesuksesan sampai-sampai martia dari kecil sampai besar harus dirawat oleh asisten rumah tangganya. Kebiasaan buruk martia selalu melampiaskan kekesalan, kekecewaan, dan juga kesedihan nya dengan cara ngemil makanan sehingga tanpa sadar bera...
C L U E L E S S
752      543     5     
Short Story
Clueless about your talent? Well you are not alone!
(L)OVERTONE
2433      859     1     
Romance
Sang Dewa Gitar--Arga--tidak mau lagi memainkan ritme indah serta alunan melodi gitarnya yang terkenal membuat setiap pendengarnya melayang-layang. Ia menganggap alunan melodinya sebagai nada kutukan yang telah menyebabkan orang yang dicintainya meregang nyawa. Sampai suatu ketika, Melani hadir untuk mengembalikan feel pada permainan gitar Arga. Dapatkah Melani meluluhkan hati Arga sampai lela...
Bittersweet Memories
65      65     1     
Mystery
Sejak kecil, Aksa selalu berbagi segalanya dengan Arka. Tawa, rahasia, bahkan bisikan di benaknya. Hanya Aksa yang bisa melihat dan merasakan kehadirannya yang begitu nyata. Arka adalah kembarannya yang tak kasatmata, sahabat sekaligus bayangan yang selalu mengikuti. Namun, realitas Aksa mulai retak. Ingatan-ingatan kabur, tindakan-tindakan di luar kendali, dan mimpi-mimpi aneh yang terasa lebih...
Holiday In Thailand
116      104     1     
Inspirational
Akhirnya kita telah sampai juga di negara tujuan setelah melakukan perjalanan panjang dari Indonesia.Begitu landing di Bandara lalu kami menuju ke tempat ruang imigrasi untuk melakukan pengecekan dokumen kami pada petugas. Petugas Imigrasi Thailand pun bertanya,”Sawatdi khrap,Khoo duu nangsue Daan thaang nooi khrap?” “Khun chwy thwn khatham di him?” tanya penerjemah ke petugas Imigras...
Because We Are Family
438      338     0     
Short Story
Frasa Berasa
66984      7436     91     
Romance
Apakah mencintai harus menjadi pesakit? Apakah mencintai harus menjadi gila? Jika iya, maka akan kulakukan semua demi Hartowardojo. Aku seorang gadis yang lahir dan dibesarkan di Batavia. Kekasih hatiku Hartowardojo pergi ke Borneo tahun 1942 karena idealismenya yang bahkan aku tidak mengerti. Apakah aku harus menyusulnya ke Borneo selepas berbulan-bulan kau di sana? Hartowardojo, kau bah...
Kejar Mika!
3605      1148     5     
Romance
Sudah bukan rahasia lagi kalau Pinky jatuh cinta setengah mati dengan Mikail Angelo, pemuda tampan paling populer di sekolahnya yang biasa dipanggil Mika. Jungkir balik dan jatuh bangun mengejar cintanya sedari SMP, yang ia dapat adalah penolakan. Lagi, lagi dan lagi. Pantang menyerah, Pinky berjuang keras demi bisa masuk SMA yang sama dengan pemuda itu. Dan ketika ia berhasil berada di ...
Semu, Nawasena
10148      3156     4     
Romance
"Kita sama-sama mendambakan nawasena, masa depan yang cerah bagaikan senyuman mentari di hamparan bagasfora. Namun, si semu datang bak gerbang besar berduri, dan menjadi penghalang kebahagiaan di antara kita." Manusia adalah makhluk keji, bahkan lebih mengerikan daripada iblis. Memakan bangkai saudaranya sendiri bukanlah hal asing lagi bagi mereka. Mungkin sudah menjadi makanan favoritnya? ...