Read More >>"> Bintang Pelosok
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Bintang Pelosok
MENU
About Us  

               Deringan jam weker pemberian bapak membangunkanku di pagi hari,tepat pukul enam pagi. di desaku yang tentram Aku terbangun di atas ranjang ku yang kusam.  Aku membuka  jendela, dengan sambutan pancaran sinar matahari pagi. Terlihat dedaunan masih basah, menyelimuti embun membuat mata segar  melihatnya. Akupun beranjak dari ranjang untuk membasuh wajahku dan ku tatap wajah ku di cermin yang nampak semangat, siap untuk menuju kesekolah.  “nak ayo pergi makan, sarapannya telah siap”. Akupun langsung bergegas menuju ke dapur dengan penuh semangat. Setelah menghabiskan makanan yang telah dibuat oleh Mamak, dan berpamitan. Akupun bergegas untuk berangkat ke sekolah dengan bapak. Tiap pagi bapak mengantar ku  ke sekolah yang jaraknya 5 kilometer dari rumah. Dalam perjalanan, aku melihat para petani yang mengendarai sepeda menuju ke sawah, ada juga yang berjalan kaki. Dari balik pundak bapak Aku bisa melihat gerbang sekolah ku yang begitu kecil semakin dekat. Tak lama Aku sudah sampai disekolah bergegas turun dari sepeda dan menatap gerbang sekolah dengan senyum sabitku, Aku berpamitan dengan bapak dan segera melangkah masuk namun Aku merasa kedua tangan hangat itu memegang kedua pundakku  “ belajarlah dengan sungguh sungguh agar kau dapat meraih cita cita mu yang setinggi langit itu, buatlah bapak dan mamak serta seluruh warga desa bangga padamu”.  kata yang selalu bapak ucapkan saat aku ingin belajar, aku mengangguk dan tersenyum.

            Aku melangkahkan kaki menuju ke kelas, "Assalamualaikum" kataku dengan penuh semangat, menuju bangku terdepan, Aku memang suka duduk di bangku terdepan,tepat disamping jendela, Seraya memandangi hijaunya alam, sejuknya udara yang membuatku selalu bersemangat untuk mengikuti pelajaran.  "hei Basyir, Ayo kesini ada sesuatu yang menarik ingin aku berhitahukan padamu" kata Haikal. Haikal adalah sahabatku, dia baik dan banyak yang mengatakan dia mempunyai senyum yang manis khas orang Bugis Makassar. dia mempunyai cita-cita ingin menjadi koki. "Ada apa? Kau nampak bersemangat" kataku sembari berjalan santai menghampiri bangkunya "Bujang punya tempat yang bagus untuk kita belajar kelompok, letaknya tak jauh dari sekolah, nanti akan kuperlihatkan sepulang sekolah" kata Haikal  "disana juga kita bisa bersenang senang" lanjut Bujang. Bujang adalah sahabat ku juga kami bertiga berteman sejak kecil. Haikal dan Bujang bertetangga jadi, mereka sering berangkat bersama ke sekolah mengendarai sepeda tua milik Bujang. Bujang termasuk orang yang senang membaca, Aku banyak memperoleh ilmu pengetahuan yang luas dari Dia, Ayahnya sering pergi ke kota untuk membawa hasil panen, sepulangnya ke desa Ayahnya sering membawakan Bujang koran, ataupun buku-buku bekas dari kota, katanya dia ingin menjadi Professor. Meskipun kami tinggal di pelosok, kami juga ingin tahu ilmu pengetahuan yang lebih luas, karena kami ingin menjadi Bintang dari pelosok. Kami berbincang dengan serunya, sembari menunggu guru yang akan masuk.

 ”Assalamualaikum”. Seorang wanita berjalan santai ,sembari membawa buku tebal di tangan kanannya. Ia mengenakan kemeja lengan panjang berwarna putih dengan rok payung berwarna hitam, kecantikannya bertambah karena Ia  juga mengenakan kerudung yang bermotifkan bunga. Beliau adalah guru pengajar di sekolahku,beliau berusia 30 tahun. Jadi ia lulusan s1 jurusan pendidikan. dan beliau adalah puteri dari kepala desa. Katanya, ia ingin mencari pegalaman dulu, juga ingin membantu warga desa yang dipimpin oleh Ayahnya. Beliau sudah  4 tahun mengajar di sini, mulai dari terbentuknya sekolah ini. Dialah yang mengusulkan ke ayahnya agar di desa ini harus di dirikan sekolah. Namanya ialah Ibu ida, dan dian akan mengajar dikelas kami pagi ini. Kami bangga mempunyai guru seperti Ibu Ida,  karena satu satunya guru dari desa kami. Sekolah kami tidaklah besar, hanya mempunyai 3 kelas, dan masing masing kelas terdiri dari 10 siswa. Sekolah kamipun tidak mewah seperti layaknya sekolah yang berada di perkotaan. Kami masih menggunakan kapur saat guru memberi pelajaran, tapi kita tidak pernah iri, karena kesuksesan kami bukanlah diukur dari sebatang kapur yang kami habiskan tiap harinya, tapi seberapa besar kita memahami apa yang diajarkan, seberapa besar kita mengenali bakat kita, dan seberapa besar kita percaya pada indahnya masa depan kelak.

 3 jam pun berlalu Tak teresahkan

lonceng pulang telah dibunyikan, para siswa berhamburan keluar, termasuk Aku, Bujang, dan Haikal. Kami bergegas menuju sepeda ontel milik Bujang dan  bergegas ketempat yang di katakan olehnya. Kami menempuh perjalanan dengan mengenakan sepeda milik Bujang, Kami bergonceng tiga, Aku yang  mengayuh sepedanya, Bujang berdiri di belakang, sedangkan haikal duduk di depanku dengan gaya menyamping dengan batang sepeda sebagai tempat duduknya.

“Akhirnya, kita hampir sampai.  Disana!!” bujang yang berada di belakang mengangkat tangannya sembari menujuk. Aku dan haikal terkejut.  Akupun mengangkat bahu  menggayung sepeda bujang lebih cepat. Akhirnya, kami pun sampai dan segera turun dari sepeda. Tempatnya sangat indah. Tempat yang di penuhi rerumputan hijau, terdengar desiran air tak jauh dari tempat kami berdiri, ada sungai di pinggirannya. “Disana kita akan melakukan segala aktivitas, di bawah pohon rindam serta besar itu” Bujang mengangkat tangannya sembari menunjuk. Kami berjalan menuju pohon besar tersebut, aku menggereng sepeda bujang.

“ dimana kau menemukan tempat seperti ini” tanyaku

 “Tettaku yang memberitahunya, Aku juga cukup kaget ketika mengetahui ada tempat sebagus ini di desa Kita" kata Bujang

"Tempat yang Indah" sambung Ku

"Tentu saja, Yaah sekalian Aku juga bisa mandi disungai,pasti menyegarkan" tambah Haykal, "Ya sudah Ayo, kebawah pohon itu" ajak Bujang

Kami bertiga segera ke bawah pohon itu.

Aku menyandarkan badanku dibawah pohon. Aku mengambil buku ku di dalam tas dan selembar kertas kosong. Selain Aku senang membaca, jadi Aku juga sangat senang menulis atau membuat karangan cerita. belum sempat aku menulis, “Basyir ada yang ingin aku perlihatkan padamu" seketika Aku menoleh kearah Bujang, ia nampak mencari sesuatu di dalam tasnya. “Aku rasa  lomba ini sangat cocok untukmu. Ayahku yang membawakannya” Bujang memberikan sepucuk kertas sejenis brosur. Aku pun mengambilnya lalu ku lihat sejenak “ ini sangat kereeeen bujang!! kau memang sabahatku yang pengertian” ini adalah pamflet sekaligus formulir lomba membuat cerpen yang di adakan di kota, hadiahnya sangat luar biasa. Tapi, Aku cemas apakah anak pelosok sepertiku mampu bersaing dengan orang-orang kota, Aku memandangi pulpen dan selembar kertas dihadapanku  " senjataku hanyalah pulpen, selembar kertas, dan imajinasi yang akan kutuangkan diatasnya, sementara mereka disana hanya tinggal memainkan jari diatas mesin, mencari imajinasi lewat canggihnya internet, Aku merasa kecil diantara mereka Bujang" aku tersimpu “sudahlah Basyir, kau harus tetap semangat, kau harus membuktikan bahwa kita anak pelosok, bukanlah orang dibalik gunung yang hanya bisa bersembunyi, tapi kita adalah Bintang pelosok, hanya saja kita belum bersinar, nah disinilah kau harus membuktikan, bahwa kau adalah bintang pelosok yang bisa bersinar”. “baiklah Aku akan mencobanya dan mungkin Aku akan menanyakan ke Bu Ida terlebih dahulu" kata ku

Aku mencoba menuangkan imajinasi ku  "bismillahirrahmanirrahim". Aku mulai membuat tulisan di selembar kertas, ternyata  pohon ini juga sangat mendukung, hawanya sangat sejuk membuat imajinasi ku berjalan dengan mulus. Ini sangat luar biasa. Bujang memang sangat  jenius dalam memilih tempat. sementara Aku menulis Bujang dan Haikal sibuk melakukan sesuatu. Bujang sedang membaca  novel yang di bawakan ayahnya, sedangkan haykal sedang bermain di sungai sambil menangkap ikan, katanya untuk makanan sebentar.

3 jam berlalu, siang menjelang sore. Terlihat kepulan asap membumbung, dengan bau yang tak biasa.

“ basyiir! Bujang! Ayo kesini, makanan telah aku siapkan’’ haykal memanggilku juga bujang dengan suara yang lantang. “iyaa, tunggu” aku dan bujang menjawab panggilan haykal bersamaan. “kelihatannya enak” kami menoleh bersamaan lalu tertawa. Aku dan bujang pun beranjak menghampiri haykal. “wow ikan bakar, aku rasa ini enak” Kataku “tentu saja, siapa dulu dong” haykal tersenyum lebar menatapi kami “ini sangat sangat lezat haykal! Kau sangat cocok menjadi koki yang hebat” ucap bujang. Haykal tersipu malu dengan pujian bujang.

Senja pun datang, setelah makan dan berseru seruan kamipun bergegas pulang ke rumah masing masing. Aku tiba dirumah,menaiki setiap anak tangga rumah panggungku seperti ada beban yang sedang kupikirkan “assalamualaikum!” "walaikumsalam, kamu dari mana saja nak” tanya mamak “belajar kelompok mak” aku tunduk “ohh, ayo masuk, lalu bersihkan dirimu"  sambung mamak aku mengganguk sambil tersenyum. Setelah mandi, badan ku terasa lebih segar setelah seharian belajar dan berseru seruan bersama sahabatku. Aku duduk di kamar sambil melamun menatap keluar jendela. Dan bertanya dalam hatiku "apakah karya ku bisa mendunia? Hanya dengan pulpen, serta kertas sebagai wadah menuangkan imajinasi ku?" Kataku sendiri "Aku percaya Tuhan akan mengabulkan doaku" tekanku dalam hati.

            Pada malam itu, Akupun kembali menyelesaikan ceritaku, Aku harus menyelesaikannya dengan segera agar besok Aku bisa meminta pendapat ke Bu Ida. Jam menujukkan pukul 00.30 WITA aku telah menyelesaikan karanganku, Aku segera membereskan peralatan, lalu segera merebahkan, malam yang panjang dengan sejuta angan yang kuinginkan. keesokan paginya di sekolah, aku langsung bergegas ke ruangan guru untuk menemui ibu idha. Karena pengumpulan cerita 2 hari lagi. “permisi, apakah ibu idha absen hari ini?” aku masuk di ruangan guru dan bertanya pada salah satu guru relawan “maaf nak hari ini ibu idha tidak absen,  ia akan pergi ke kota untuk melanjutkan pendidikankannya” ucap dari salah satu guru relawan. “makasih ibu”. Aku langsung lari ke kelas untuk meminjam sepeda bujang. “ bujang! aku pinjam sepedamu ya!” aku langsung bergegas kerumah ibu idha. Dari jauh terlihat, ibu idha  sedang berpamitan.  Aku mengangkat bahu lalu menggayung lebih kencang. “ibu tunggu!”  ibu idha terkejut melihatku. Dengan tertatih-tatih Aku lari mengahmpiri Ibu Ida“ada  apa nak?” tanpa sepatah kata pun, aku mengeluarkan brosur serta karya ku yang  tersusun sebanyak 10 lembar. Ibu idha tersenyum simpul melihatku.

"Aku kan melihatnya dulu. Aku akan mengoreksinya lalu Aku berangkat" kata Bu Ida, seketika tawa ku lepas mendengar ucapan Bu Ida. Ibu Ida mengoreksi tulisanku, tidak banyak yang Ia koreksi. "kau tau, tulisanmu Indah, kau pasti menang" kata Bu Ida,

"Tapi, Bu tulisan itu haruslah dikirimkan lewat email, sedang komputer pun Aku tak punya, Aku harus segera ke kota untuk mencari warung internet" kata ku

"Ibu yang akan mengirimkan tulisanmu, ibu berjanji" kata Bu ida.

4 minggu berlalu, Hari ini adalah pengumuman hasil perlombaan Karya tulis yang ku ikuti, ada perasaan cemas yang ku rasakan, Aku masih menunggu telpon Bu Ida dirumah Pak Kepala Desa, dirumah ku tidak mempunyai telpon rumah, jadi Bu Ida akan memberikan kabar lewat telpon di rumah Pak Kepala desa, Aku menunggu telpon dari Ibu Ida selama 1 jam hanya sekedar ingin tau hasil dari karya ku yang ku buat. Tak lama telpon berdering, dan itu dari Bu Ida Aku mengambil gagang telpon, ada perasaan cemas yang kurasa sebelum berbicara.

"Assalamualaikum Bu'"

"Wa'alaikumsalam Basyir hasil lombamu sudah keluar, Ibu bangga padamu nak" Isaknya

"Mengapa Ibu menangis? Aku tidak masalah bila harus kalah, Aku sudah berusaha yang terbaik Bu, mungkin untuk sekarang bukanlah jalanku" jelas ku

"Tidak Basyir, kau berhasil... kau menang... maka dari itu Ibu menangis, Ibu bangga Basyir" kata Ibu Ida

"Benarkah? Alhamdulillah... terimakasih Bu" Aku menangis mendengar kabar tersebut Aku senang, dan ingin segera memberitahu mamak "terima Kasih Bu" sambung ku.

"Sekarang kau hanya perlu datang ke kota, untuk mengambil hadiahmu,seperti laptop, dan yang paling penting kau harus menghadiri wawancara di suatu penerbit, karena karya mu akan segera diterbitkan. Ya sudah kau cepatlah pulang dan beritahu orang tuamu, Ibu tutup telponnya" tutup Bu Ida

"Iya Bu" tutup ku. Aku segera berpamitan kepada Pak Kepala Desa dan mengucapkan terima Kasih, Pak kepala desa pun memberiku selamat. Aku segera bergegas pulang.....

Sesampainya dirumah Aku segera memberitahu kedua orang tuaku, dan tentu saja mereka sangat bahagia, hanya saja ketika Aku mengatakan Aku akan ke kota mereka nampak bingung. "Ada apa Mak, Pak?" Tanya ku " mamak tidak melarangmu ke kota, hanya saja mamak dan bapak tidak mempunyai uang untuk membiayai keberangkatanmu" jelas bapak. Aku hanya terdiam, dimana Aku harus mencari uang untuk ongkos ke kota. "Mak, Pak, Aku ke kamar dulu" kata ku. Aku hanya diam sembari duduk di tepi jendela, sepertinya anganku terlalu tinggi" kata ku dalam hati. Tak lama ada yang mengetuk pintu kamarku, mamak segera masuk "kau harus pergi ke kota" kata mamak, "tidak perlu mak, tak apa" jelasku. Tiba-tiba mamak memberikan ku uang, ternyata Pak Kepala desa yang memberinya. Pak kepala Desa hanya berpesan agar Aku bisa mencapai sukses ku dan membawa harum nama desaku, membuktikan pada semua mata bahwa ada desa kecil yang mampu melahirkan sebuah bintang.

Aku pun berada di Kota membawa harapan semua orang di pundakku, mengejar kesuksesan ditengah banyaknya keramaian, namun Aku berjanji sukses ku adalah untuk kedua orangtuaku, Bujang dan Haykal, serta calon-calon Bintang yang akan lahir dari pelosok tak pernah mundur.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Aku & Sahabatku
15971      2160     4     
Inspirational
Bercerita tentang Briana, remaja perempuan yang terkenal sangat nakal se-SMA, sampai ia berkenalan dengan Sari, sifatnya mengubah hidupnya.
Revenge
1414      741     1     
Inspirational
Di pagi yang indah di Tokyo, Azurinee Forcas dan kakaknya, Kak Aira, mengalami petualangan tak terduga ketika hasrat Rinee untuk menikmati es krim bertabrakan dengan seorang pria misterius. Meskipun pertemuan itu berakhir tanpa tanggung jawab dari pria itu, kekecewaan Rinee membuka pintu bagi peluang baru. Saat melihat brosur pertukaran pelajar gratis di tepi jalan, Rinee merasa tertarik untuk me...
NADA DAN NYAWA
13214      2512     2     
Inspirational
Inspirasi dari 4 pemuda. Mereka berjuang mengejar sebuah impian. Mereka adalah Nathan, Rahman, Vanno dan Rafael. Mereka yang berbeda karakter, umur dan asal. Impian mempertemukan mereka dalam ikatan sebuah persahabatan. Mereka berusaha menundukkan dunia, karena mereka tak ingin tunduk terhadap dunia. Rintangan demi rintangan mereka akan hadapi. Menurut mereka menyerah hanya untuk orang-orang yan...
Adiksi
5394      1908     2     
Inspirational
Tolong ... Siapa pun, tolong aku ... nafsu ini terlalu besar, tangan ini terlalu gatal untuk mencari, dan mata ini tidak bisa menutup karena ingin melihat. Jika saja aku tidak pernah masuk ke dalam perangkap setan ini, mungkin hidupku akan jauh lebih bahagia. Aku menyesal ... Aku menyesal ... Izinkan aku untuk sembuh. Niatku besar, tetapi mengapa ... mengapa nafsu ini juga sama besarnya!...
Help Me
5197      1587     6     
Inspirational
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Jika manusia berfikir bahwa dunia adalah kehidupan yang mampu memberi kebahagiaan terbesar hingga mereka bangun pagi di fikirannya hanya memikirkan dunia yang bersifat fana. Padahal nyatanya kehidupan yang sesungguhnya yang menentukan kebahagiaan serta kepedihan yakni di akhirat. Semua di adili seadil adilnya oleh sang maha pencipta. Allah swt. Pe...
Dimensi Kupu-kupu
11701      2375     4     
Romance
Katakanlah Raras adalah remaja yang tidak punya cita-cita, memangnya hal apa yang akan dia lakukan ke depan selain mengikuti alur kehidupan? Usaha? Sudah. Tapi hanya gagal yang dia dapat. Hingga Raras bertemu Arja, laki-laki perfeksionis yang selalu mengaitkan tujuan hidup Raras dengan kematian.
Listen To My HeartBeat
416      254     1     
True Story
Perlahan kaki ku melangkah dilorong-lorong rumah sakit yang sunyi, hingga aku menuju ruangan ICU yang asing. Satu persatu ku lihat pasien dengan banyaknya alat yang terpasang. Semua tertidur pulas, hanya ada suara tik..tik..tik yang berasal dari mesin ventilator. Mata ku tertuju pada pasien bayi berkisar 7-10 bulan, ia tak berdaya yang dipandangi oleh sang ayah. Yap.. pasien-pasien yang baru saja...
STORY ABOUT THREE BOYS AND A MAN
12700      2505     34     
Romance
Kehidupan Perkasa Bagus Hartawan, atau biasa disapa Bagus, kadang tidak sesuai dengan namanya. Cintanya dikhianati oleh gadis yang dikejar sampai ke Osaka, Jepang. Belum lagi, dia punya orang tua yang super konyol. Papinya. Dia adalah manusia paling happy sedunia, sekaligus paling tidak masuk akal. Bagus adalah anak pertama, tentu saja dia menjadi panutan bagi kedua adiknya- Anggun dan Faiz. Pan...
Berawal dari Hujan (the story of Arumi)
980      530     1     
Inspirational
Kisah seorang gadis bernama Arumi Paradista, menurutnya hujan itu musibah bukan anugerah. Why? Karena berawal dari hujan dia kehilangan orang yang dia sayang. Namun siapa sangka, jika berawal dari hujan dia akan menemukan pendamping hidup serta kebahagiaan dalam proses memperbaiki diri. Semua ini adalah skenario Allah yang sudah tertulis. Semua sudah diatur, kita hanya perlu mengikuti alur. ...
Secercah Harapan Yang Datang
7019      2805     5     
Short Story
Ini adalah cerita yang dipinta aurora diterbitkan sang fajar ditenggelamkan sang makar sebuah kisah terkasih dalam dunia penuh cerita, dan ini adalah kisah yang dibawa merpati untuk sebuah kisah persahabatan yang terakhir. #^_^