Loading...
Logo TinLit
Read Story - Unexpected Wedding
MENU
About Us  

“Pagi Bu Idha.”

Meskipun tidak akan dianggap di keluarga Sailendra, tapi Lintang harus bisa bersikap baik demi menjaga nama baik keluarganya sendiri. Demi keluarga yang telah membesarkan dan memberi semua fasilitas hingga Lintang bisa seperti sekarang. 

“Pagi, Mbak Lintang,” balas Idha yang tengah mengangkat ayam goreng dari wajan. “Ngapain ke dapur?”

“Ada yang bisa saya bantu, nggak, Bu?” tanya Lintang sudah berdiri di samping Idha dan memperhatikan apa yang wanita itu lakukan. “Saya nggak bisa masak, tapi kalau bantu-bantu nyiapin apaa, gitu, saya bisa.”

“Eh! Jangan, Mbak!” tolak Idha sedikit terkejut. “Nanti saya dimarahi ibu, sama mas Raga.”

“Mereka nggak bakal marah.” Sadar dirinya tidak dianggap, maka Lintang memiliki pemikiran seperti itu.

“Marah, Mbak!” Idha mengulangi ucapannya dengan penuh penekanan. “Dulu, almarhumah istrinya mas Raga sempat dimarahi waktu bantu-bantu saya di dapur. Jadi, saya nggak mau dimarahin lagi sama ibu.”

Lintang tercenung dan berpikir. Kira-kira, dirinya akan dapat perlakuan sama dengan almarhumah istri Raga?

“Almarhumah istri mas Raga … namanya siapa, Bu?”

“Mbak Tiwi,” jawab Idha sambil mengangkat piring berisi ayam goreng lalu meletakkannya di kitchen island. “Anaknya … itu, lho, Mbak. Pak Eko, wakil ketua MPR periode kemarin.”

Bibir Lintang membulat, tapi tidak mengeluarkan suara sama sekali. Sekarang, Lintang baru tahu jika keluarga Sailendra memang teliti dan secermat itu dalam menikahkan anak-anaknya. Harus ada hal yang menguntungkan dari pernikahan tersebut. Begitulah kesimpulan Lintang untuk saat ini.

“Apa … mas Raga dulu juga dijodohkan, Bu?” selidik Lintang.

“Nggak, Mbak,” jawab Idha cepat. “Mas Raga sama almarhumah sudah pacaran dari zaman kuliah, sebelum nikah sudah sering diajak main ke sini.”

Sudahlah. 

Memang tidak ada lagi yang bisa diharap Lintang dari keluarga Sailendra, terutama Raga. Posisinya saat ini hanya untuk mempererat ikatan politik, sampai dua kubu bisa mendapatkan apa yang mereka mau.

Anwar bisa melenggang ke dalam kancah politik dengan bantuan Ario. Begitu pula dengan Ario, akan mendapatkan pencitraan yang bertubi-tubi lewat perusahaan media yang dimiliki oleh Anwar.

Akan tetapi, kedua orangtua itu tidak tahu, bila Raga dan Lintang sudah membuat perjanjian untuk bercerai setelah semua rencana mereka terwujud.

“Oh … ya, udah.” Lebih baik Lintang mengakhiri pembicaraan pagi ini, daripada nantinya Idha terkena masalah karenanya. “Saya, ke depan dulu, Bu.”

“Iya, Mbak.”

Lintang berjalan lesu memasuki ruang keluarga. Ketika hendak menaiki tangga, Lintang berhenti karena melihat Raga sedang melangkah turun. 

“Mas, bisa bicara sebentar?” pinta Lintang.

“Hm, bicaralah.” Raga melewati Lintang lalu membuka pintu yang berada di sebelah tangga. Terus melangkah memasuki ruang perpustakaan dan berbelok menuju ruang kerjanya.

Lintang menghela napas, dan buru-buru menyusul Raga di belakang. Ketika sudah memasuki ruang kerja pria itu, Lintang hanya berdiri di tengah ruang tanpa berniat untuk duduk karena belum dipersilakan.

“Mau bicara apa?” tanyta Raga yang sudah duduk di kursi kerja dan baru saja membuka laptopnya. Tanpa menatap Lintang. Raga menyalakan benda persegi tersebut, dan sibuk mengeluarkan beberapa berkas dari dalam laci meja kerjanya.

“Masalah toko buku yang sempat kita obrolin waktu itu.” Meskipun ragu, tapi Lintang harus mengutarakan niatnya. Jika Anwar dan Ario bisa mengambil keuntungan dari pernikahan ini, mengapa Lintang tidak? “Apa aku bisa pinjam uang buat sewa tempat?”

“Tergantung.”

“Tergantung?” Lintang mengulang ucapan Raga penuh kebingungan.

“Ajukan proposalmu, dan nanti aku lihat bagai—”

“Hah?” Lintang agak terkejut sehingga langsung memotong ucapan pria itu. “Proposal? Kenapa aku harus ajuin proposal?”

“Business is business,” sahut Raga yang sedari tadi belum menatap Lintang sama sekali. Setelah mendapat berkas yang dicarinya, Raga justru memusatkan matanya ke layar laptop. “Kalau sekiranya menguntungkan, aku mau jadi investormu. Tapi, kalau—”

“Makasih.”

“Apa?” Satu ucapan itu akhirnya membuat Raga mengangkat wajah untuk melihat Lintang. “Makasih?”

“Ya, makasih,” ulang Lintang sekali lagi lalu menarik napas dalam-dalam.

“Aku bahkan belum setuju untuk jadi—”

“Nggak perlu, Mas.” Dengan perasaan yang sudah tidak bisa Lintang jelaskan dengan kata-kata, akhirnya ia segera membuat rencana lain saat itu juga. “Kalau semuanya harus dihitung berdasarkan untung rugi, itu berarti, hati nurani Mas Raga sudah benar-benar mati. Saya permisi.”

~~~~

“Tante Lintang! Ayo main sama aku!”

Lintang menghentikan langkah sebentar ketika sudah berada di lantai dua. Ia melihat Rama yang tengah memegang remote control dan tengah memainkannya. 

“Kita balapan Tante!” seru Rama sangat antusias sambil terus menggeser tuas remote controlnya.

“Kamu belum mandi?” Setelah melihat Rama masih mengenakan piyama tidur, akhirnya Lintang menghampiri bocah itu dan duduk bersila di sebelahnya. “Emang nggak sekolah?”

“Tunggu sus Eni.”

Bibir Lintang membulat dengan anggukan. Rupanya, Rama memiliki seorang suster yang merawat kesehariannya. Namun, pergi ke mana wanita yang merawat Rama, karena Lintang belum melihatnya sama sekali pagi ini.

“Ngapain nunggu sus Eni?” tanya Lintang lagi.

“Mandi.”

“Ha? Kamu belum bisa mandi sendiri?”

“Aaa …” Rama berhenti menekan tuas remote controlnya, lalu menatap Lintang dengan menggeleng. 

Paham dengan jawaban Rama, Lintang kembali memberi bocah itu pertanyaan. “Kenapa nggak belajar mandi sendiri?”

“Nggak bisa!”

“Ya, belajar,” sahut Lintang. “Coba nanti minta diajarin sus Eni mandi sendiri.”

Rama terdiam dan meletakkan satu jari telunjuknya di pelipis, seolah tengah berpikir. “Nanti aku tanya sama sus Eni.”

“Nah, gitu dong!” Lintang segera berdiri setelah berbasa-basi dengan bocah tampan tersebut. Setidaknya, pagi ini ada sosok makhluk menggemaskan yang bisa membuat hatinya merasa bahagia. “Tante ke kamar dulu, ya.”

“Ayo main!” Rama mencekal tangan Lintang agar wanita itu tidak meninggalkannya. 

“Nggak mau,” tolak Lintang sambil menjepit hidungnya dengan ibu jari dan telunjuknya. “Rama bauk, belum mandi.”

Wajah Rama seketika berubah datar, terlihat sedih. Rama pun sudah melepas gengaman tangannya, dan berbalik memunggungi Lintang. 

Melihat kesedihan tersebut, Lintang buru-buru berjongkok di depan Rama. Lintang tiba-tiba teringat dengan kesendirian yang sudah menjadi temannya sedari kecil. Rama bahkan lebih beruntung karena masih memiliki satu orang suster yang dipekerjakan khusus untuk merawatnya. Sementara Lintang, hanya mengandalkan asisten rumah tangga yang bekerja di kediaman Dewantara.

“Tante ajarin mandi, mau?”

Rama mengangguk penuh keraguan. “Mau.”

“Ayok!” Lintang berdiri sambil mengulurkan tangan pada Rama.

Rama mengangguk dengan senyum kecilnya. Ia meraih tangan Lintang dan bersiap untuk menarik wanita itu menuju kamarnya. Namun, belum ada dua langkah kaki kecilnya itu terayun, suara Safir tiba-tiba memanggilnya.

“Mau ke mana, Ram?”

Rama berhenti dan tidak jadi melangkah. “Mandi.”

“Sus Eni belum datang.” Safir menghampiri Rama, lalu melepas tangan keponakannya yang tertaut pada telapak Lintang. 

“Aku mau mandi sama Tante Lintang,” sahut Rama menarik tangannya dari genggaman Safir.

“Tunggu sus Eni aja,” titah Safir dengan menatap sinis pada Lintang. Jika melihat wanita itu, Safir jadi teringat dengan Biya yang tiba-tiba saja meninggalkannya di hari pernikahan. Seketika itu juga, rasa benci Safir pun lantas ia lampiaskan seluruhnya pada Lintang. “Nanti kamu dimarahin papa kalau mandi sama orang lain.”

Orang lain?

Lintang memejam sebentar sambil menarik napas dalam-dalam. Baru sehari berada di kediaman Sailendra, tapi hatinya seolah sudah dibanting dan pecah berkali-kali. 

“Kan—”

“Nggak ada, kan, kan,” potong Safir. “Sekarang turun, terus tunggu sus Eni di bawah.”

Sambil mengerucutkan bibir merah nan mungilnya, Rama menatap Lintang dengan kecewa. “Aku ke bawah dulu, ya, Tan.”

“Oke!” Lintang berjongkok di depan Rama, lalu mengangkat telapak tangannya yang terbuka di depan wajah bocah tampan itu. “Tos dulu!”

Rama langsung melakukan apa yang diminta oleh Lintang. Setelahnya, ia segera pergi menuruni tangga untuk melaksanakan titah Safir.

“Jangan cari muka di sini,” ucap Safir setelah melihat Rama menuruni tangga. “Sadar diri, kamu itu cuma pengganti, bukan pemeran utama.”

“Aku tahu,” jawab Lintang lalu menghela pendek. “Tapi, satu yang kamu lupa, kalau pengganti yang ada di depanmu sekarang, sudah jadi pemeran utama sejak dia masuk ke dalam keluarga Sailendra. Ingat itu, baik-baik.”

 


 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
The Last Mask
477      310     3     
Short Story
mimpi itu seperti nyata. gadis itu selalu berusaha bersembunyi. namun waktu membawanya pada hal yang sama seperti perempuan-perempuan di keluarganya
EPHEMERAL
137      123     2     
Romance
EPHEMERAL berarti tidak ada yang kekal, walaupun begitu akan tetap kubuktikan bahwa janji kita dan cinta kita akan kekal selamanya walaupun nanti kita dipisahkan oleh takdir. Aku paling benci perpisahan tetapi tanpa perpisahan tidak akan pernah adanya pertemuan. Aku dan kamu selamanya.
Mic Drop
753      447     4     
Fan Fiction
Serana hanya ingin pulang. Namun, suara masa lalu terus menerus memanggilnya, dan tujuh hati yang hancur menunggu untuk disatukan. Dalam perjalanan mencari mic yang hilang, ia menemukan makna kehilangan, harapan, dan juga dirinya sendiri. #bangtansonyeondan #bts #micdrop #fanfiction #fiction #fiksipenggemar #fantasy
The haunted Galleon
400      275     1     
Short Story
The Galleon ship that sailed the sea for 5 years was haunted and crewed by cursed men. And only one pirate that can end the curse
Cintaku cinta orang lain
363      298     0     
Romance
"Andai waktu bisa diulang kembali ,maka aku gak akan mau merasakan apa itu cinta" ucap Diani putri dengan posisi duduk lemah dibawah pohon belakang rumahnya yang telah menerima takdir dialaminya saat merasakan cinta pertama nya yang salah bersama Agus Syaputra yang dikenalnya baik, perhatian, jujur dan setia namun ternyata dibalik semua itu hanyalah pelarian cintanya saja dan aku yang m...
Nyanyian Laut Biru
2227      820     9     
Fantasy
Sulit dipercaya, dongeng masa kecil dan mitos dimasyarakat semua menjadi kenyataan dihadapannya. Lonato ingin mengingkarinya tapi ia jelas melihatnya. Ya… mahluk itu, mahluk laut yang terlihat berbeda wujudnya, tidak sama dengan yang ia dengar selama ini. Mahluk yang hampir membunuh harapannya untuk hidup namun hanya ia satu-satunya yang bisa menyelamatkan mahluk penghuni laut. Pertentangan ...
REASON
9392      2274     10     
Romance
Gantari Hassya Kasyara, seorang perempuan yang berprofesi sebagai seorang dokter di New York dan tidak pernah memiliki hubungan serius dengan seorang lelaki selama dua puluh lima tahun dia hidup di dunia karena masa lalu yang pernah dialaminya. Hingga pada akhirnya ada seorang lelaki yang mampu membuka sedikit demi sedikit pintu hati Hassya. Lelaki yang ditemuinya sangat khawatir dengan kondi...
Ghost Hunter
3080      1403     2     
Horror
sekelompok pemuda masih berstatus mahasiswa yang menyukai kegiatan mistis, kerap melakukan penelusuran tiap malam Selasa dan malam Jumat Kliwon. Mereka ditemani oleh Mbah Susilo sang sesepuh desa yang mempunyai kemampuan yang tak biasa.
Sadness of the Harmony:Gloomy memories of Lolip
647      361     10     
Science Fiction
mengisahkan tentang kehidupan bangsa lolip yang berubah drastis.. setelah kedatangan bangsa lain yang mencampuri kehidupan mereka..
THE DAY'S RAPSODY
10857      1423     8     
Mystery
Sebuah pembunuhan terjadi di sebuah tempat yang bisa dibilang tempat teraman di kota ini. Banyak barang bukti ditemukan. Namun, pelaku masih belum tertangkap.