Loading...
Logo TinLit
Read Story - Mic Drop
MENU
About Us  

“Jadi… ini planet Aresia? Kenapa semua orang di sini kayak baru saja mengalami kegagalan dalam UTBK?”

"Serana ..., Serana, kamu nggak apa-apa?" tanya MarJuki sembari berulang kali mengguncang pelan tubuh gadis yang masih terbaring di sisinya.

Meskipun tampak terlelap dengan nyenyak, tetapi wajah Serana menunjukkan raut yang gelisah dengan mata terpejam dan peluh membasahi dahi sang gadis. Hal ini membuat MarJuki merasa sangat khawatir. Refleks, ia meraba dahi Serana dan juga dahinya sendiri. Ia menghela napas lega, mendapati suhu tubuh Serana ternyata normal.

Serana tersentak, lalu terbangun dengan posisi duduk napas yang memburu. Bergegas MarJuki menyodorkan sebotol air mineral yang tutupnya telah dibuka terlebih dahulu olehnya. Gadis itu dengan tergesa mengambil botol itu dan meneguknya hingga isinya tersisa tinggal setengah. 

"Kamu mimpi buruk?"

"Iya .., buruk dan juga aneh," jawabnya dengan nada bergetar seraya berusaha mengatur napasnya yang masih terengah-engah.

"Ya sudah, kamu istirahat lagi aja. Perjalanan kita masih panjang."

"Jadi, kita belum sampai di Aresia?"

"Belum sampai di pusatnya, kita baru setengah perjalanan."

Serana menghela napas berat. Jemarinya menyeka bulir keringat yang membasahi kening. Adegan demi adegan yang muncul dalam mimpinya semalam sungguh sangat nyata. Apa, nanti setelah tiba di tujuan, dia akan menemui kekuatan dahsyat yang sma dengan yang tergambar dalam mimpinya?

"Kamu mimpi apa semalam? Sampai bikin bengong begini?"

Serana menggeleng, bahkan untuk mengingat kembali mimpinya saja, ia merasa ngeri. Tentang sosok yang sangat mirip dengannya, tentang mic merah yang menyatu dengan mic ungu, membentuk warna magenta, serta tentang dirinya yang tak berdaya untuk melawan sosok asing dalam mimpinya itu. Serana tak dapat membayangkan, bila harus benar-benar menghadapi sosok misterius itu. Sungguh, ia tak sanggup.

"Hello, anybody home?" teriak MarJuki membuyarkan lamunan Serana.

"Aku udah nggak capek, jalan lagi, yuk." Merasa sangat penasaran dengan hal mengerikan apa yang akan dihadapi, semangat Serana kembali bangkit. Gadis itu menarik tangan MarJuki mengajaknya melangkah lebih jauh lagi, untuk mengungkap misteri yang masih tersembunyi.

****

SCENE 1: MENDARAT DI TANAH DATAR DAN DATARAN TINGGI

Serana dan MarJuki akhirnya tiba di tempat yang mereka tuju. Aresia, dunia berwarna abu-abu, kering, dan juga sunyi. Bahkan terlalu senyap untuk disebut sebagai dunia. Hening, seperti tak ada tanda-tanda kehidupan. Tak terdengar kicau sekumpulan burung di yang bercengerama di dahan pohon. Tidak ada musik. Bahkan angin pun seakan takut untuk membuat suara.

"Kok, sepi banget, ya? Apa kalau bersuara bisa bikin kita dihukum?" bisik Serana.

MarJuki merentangkan tangannya, mencoba merasakan resonansi suara di sekeliling. “Tempat ini membungkam getaran. Sepertinya, dunia ini menolak nada.”

Serana meneguk ludah. “Berarti kalau aku nyanyi ....?”

“Kamu bisa kehilangan lebih dari sekadar tenaga.”

Langkah mereka terhenti di depan gerbang logam besar yang  terdapat tulisan di atasnya. Diukir dengan huruf melengkung keperakan

TERRATON: KOTA ANTI-MUSIK

"Rasanya kayak masuk konser rock tapi semua pakai earplug," gumam MarJuki, lalu terkekeh.

"Rasanya seperti nonton konser boyband Ethereal, tapi dilarang teriak-teriak dan hanya boleh bergerak saja," timpal Serana.

MarJuki tersenyum tipis. Teringat momen konsernya bersama keenam pangeran saat wabah covid melanda dunia. Konser pada waktu itu, digelar dengan pedoman dan aturan yang cukup ketat untuk menghindari penyebaran virus. Penggemar mereka, tak diizinkan untuk bersorak, tak boleh ikut bernyanyi, dan tak dapat berdiri selama pertunjukan berlangsung. Lucunya, para fans mereka, hanya bisa menunjukkan antusiasme dengan menggunakan clappers. Saat itu, MarJuki sama sekali tak merasakan euforia keriuhan yang atmosfernya selalu terasa dalam setiap konser Ethereal.

"Rasanya aku tak akan sanggup tinggal di dunia tanpa suara ini."

Suara lembut Serana mengembalikan MarJuki dari lamunannya. Kedau matanya menyipit, mencoba melihat dengan jelas pemandangan yang terhampar di depan meraka. Dari kejauhan, tampak bayangan samar sebuah kota. Gedung-gedung yang berdiri di sana, sama seperti kota-kota lain pada umumnya. Hanya bedanya, kota ini berdiri tegak dalam kesunyian.

****

KOTA TANPA SUARA, TAPI PENUH BISIK

Di dalam kota, semua orang berkomunikasi dengan bahasa isyarat dan tulisan. Tidak ada tawa. Tidak ada gumaman. Semua ekspresi dipaksa diam. Setibanya di kota itu, Serana dan MarJuki menyeret langkah mereka memasuki sebuah kafe yang meskipun banyak pelanggan, tetapi semuanya larut dalam kesunyian. Saat keduanya telah duduk, seorang pelayan menghampiri meja mereka lalu menyodorkan menu tanpa terucap sepatah kata pun dari bibirnya. Di bagian bawah buku menu, terdapat beberapa petunjuk yang bernada peringatan.

❌ BICARA = DITAHAN

❌ BERNYANYI = DIUSIR

❌ BERGETAR = DIHUKUM

✅ TULIS, TUNJUK, DIAM

Serana menunjuk ke buku menu, tapi matanya tidak lepas dari orang-orang di sekitar yang seakan-akan terlihat hidup, tetapi tanpa jiwa. Mereka tak ubahnya seperti raga yang bergerak serupa robot. Terasa dingin dan kaku.

"Kenapa dunia ini segini bencinya sama suara?" bisik Serana sangat pelan

Menyaksikan Serana berbisik, pelayan itu memandang tajam ke arahnya, lalu pergi meninggalkan meja mereka dan melayani pelanggan di meja yang terletakdi seberang meja MarJuki dan Serana. 

Sebelum MarJuki sempat menjawab, tiiba-tiba saja, seorang anak kecil menyelipkan secarik kertas ke tangan Serana, membuat dahi gadis itu mengernyit. Meskipun penasaran, sayangnya, Serana tak bisa bertanya langsung. Bisa-bisa ia ditahan, seperti ancaman yang tertera di buku menu. Serana perlahan-lahan membuka kertas di tangannya dengan hati-hati, khawatir suara kertas itu terdengar. Untungnya tidak. Satu kalimat dalam surat itu berhasil menjawab tanda tanya besar dalam benak Serana.

Mereka takut. Mic Merah pernah menyanyikan Lagu Kejatuhan di sini. Dan semuanya pun lenyap tak bersisa.

Lalu, Serana menyerahkan kertas itu pada MarJuki. Setelah membacanya sejenak, bibir MarJuki membulat, seperti mendapat pencerahan. Keduanya mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kafe, mencari keberadaan anak tersebut. Namun, anak itu lenyap di kerumunan sebelum mereka sempat bertanya lebih lanjut.

****

LAGU KEJATUHAN DAN LEGENDA MERAH

Malam itu MarJuki dan Serana menginap di penginapan yang lagi-lagi suasananya terlalu senyap. Serana tidur di kamar, sementara MarJuki di sofa ruang tengah. Suara napas pun terasa seperti ledakan. Ketika jam menunjukkan waktu yang tidak diketahui (karena semua jam di Aresia tak berdetak), seorang perempuan tua dengan jubah robek mengetuk pintu kamar pelan-pelan. MarJuki dan Serana saling pandang. Seperti bisa saling membaca pikiran, keduanya menebak hal yang sama.

"Bisa jadi itu anak kecil yang kita temui di kafe," bisik Serana.

"Ya, aku juga berpikir begitu."

Bergegas keduanya serempak mencoba membukakan pintu untuk sang tamu, hingga tubuh mereka pun sempat saling beradu. Saat pintu terbuka, sosok yang tak mereka kenal tengah berdiri di ambang pintu sembari memasang senyum.

“Maaf malam-malam mengganggu. Aku Whisperia,” bisiknya, “Penjaga Lagu yang Dihapus.” Wanita itu mengintip sebentar ke arah kamar penginapan. "Boleh aku masuk?" lanjutnya.

Meskipun kebingungan, MarJuki dan Serana pun mempersilakan sosok asing itu untuk masuk. Siapa tahu, ia bisa memberi banyak petunjuk. Benar saja, dugaan mereka tak meleset, Whisperia ternyata benar-benar membawa cukup banyak informasi yang dibutuhkan.

Wanita itu menunjukkan lukisan kuno tersembunyi di balik selendangnya. Sebuah lukisan tentang seorang perempuan bersuara luar biasa yang menghancurkan kota hanya dengan satu lagu.

“Namanya Zhara. Pemilik Mic Merah. Dulu dia pahlawan dan penyembuh. Namun, suaranya ..., terlalu kuat. Ia bernyanyi untuk menghapus perang, tapi Lagu Kejatuhan yang dibawakannya malah membuat semua orang kehilangan emosi. Lalu kehilangan suara mereka.”

Serana bergidik ngeri. “Tapi kenapa aku merasa ..., suara itu cukup akrab?”

Whisperia menatap Serana dalam-dalam. “Kau adalah gema dari nyanyiannya. Tapi bukan gema pasif. Kamu bisa memilih untuk melanjutkan atau malah ingin menghentikan.”

****

PENCARIAN DI BALIK PUSAT KOTA

Dipandu oleh Whisperia, MarJuki dan Serana tiba di reruntuhan gedung konser kuno yang hancur. Dindingnya penuh retakan seperti bekas dentuman tak terdengar. Di bawah panggung, tersembunyi pintu logam berkarat. MarJuki membukanya dengan susah payah. Angin dingin seperti napas kuno menyambut mereka. Di dalam ruang bawah tanah yang gelap, mereka menemukan rekaman suara asli Zhara. Itu adalah berupa rekaman hidup yang hanya bisa dimainkan sekali, lalu menghilang selamanya. Tanpa ragu, Serana bergegas menyalakan pemutar. Sebuah nyanyian lirih mulai terdengar. Indah. Penuh harapan. Nada-nadanya seperti memeluk jiwa. Namun tiba-tiba saja, suara itu pun berubah. Menjadi jeritan. Tangisan. Lalu suara tawa. yang membuat tercengang, suara yang muncul itu adalah suara Serana sendiri.

“Itu ..., sungguh ..., itu aku?” Wajah gadis itu memucat, tak percaya dengan pendengarannya sendiri.

“Tidak mungkin ...,” gumam MarJuki ragu. Hatinya mulai merasakan sesuatu.

Sebuah suara memanggil nama seseorang, nama dirinya.

“Juki…”

MarJuki dan Serana saling berpandangan. Napas kedaunya sama-sama tertahan. Suara itu ..., terdengar familiar dan terlalu akrab. Bukan sekadar rekaman, melainkan gema dari masa depan yang belum terjadi.

****

NYANYIAN YANG BISA MEMBUNUH

Langit Aresia bergemuruh. Getaran tak bersuara terasa dari dalam tanah. Di kejauhan, siluet bertudung merah berdiri di atas menara. Tangannya menggenggam mic yang menyala merah darah. Perlahan-lahan, ia membuka mulut, lalu bernyanyi.

“Seranaku~ hilang daridaku~ tapikaukankembali~ jikakubunuhyangitu~”

Seketika, MarJuki terhuyung. Dadanya bergetar hebat, matanya membelalak.

“Juki!” teriak Serana dengan lantang, hingga urat-urat di lehernya terlihat dengan kentara. Namun, sungguh aneh, meskipun ia berteriak sekuat tenagan, suaranya senyap, nyaris tak terdengar. Aresia telah menyerap suaranya. Mic ungunya mulai bergetar. Bukan dengan kekuatan, tapi dengan rasa takut.

“Dia mengambil alih suaramu ...,” bisik Whisperia yang tiba-tiba ada di sampingnya. “Mic Merah mengenalmu, Serana. Bahkan ..., lebih dari kau mengenal dirimu sendiri.”

"Siapa?" bisik Serana sembari memegangi lehernya yang mendadak terasa sakit. Seperti sesuatu yang kuat tengah mencekiknya dengan keras.

"Zhara ..., dirimu dari masa depan," jawab Whisperia membuat Serana semakin merasa ketakutan.

****

GEMURUH TERDALAM - FAKE LOVE

Serana menutup matanya, mencoba mendengar suara hatinya sendiri. Namun yang terdengar hanya gema suara Zhara, yang menurut keterangan Whisperia sebagai sosok Serana di masa depan.

“Kamu ingin dicintai? Maka berhentilah mencintai dirimu. Hapuskan suaramu. Maka semua akan mencintaimu.”

Itu adalah lirik dari Fake Love, lagu terlarang yang hanya bisa dinyanyikan dengan harga yang tak bisa dibayar, jiwa sendiri.

Whisperia menangis. “Itulah kutukan Mic Merah. Suara yang bukan mencintai, tapi menelan cinta.”

Serana berlutut di samping MarJuki. Ia memegang tangannya yang mulai dingin.

“Juki… jangan tinggalkan aku ....”

Namun saat itu, sesuatu muncul  dan berpendar dari dada MarJuki, seberkas cahaya jingga. Sebuah mic oranye yang selama ini tersembunyi. Mic itu bersinar terang, lalu mengeluarkan suara.

“Serana ..., lagu cinta yang palsu hanya bisa dilawan dengan kebenaran yang kau nyanyikan sendiri.”

Lalu, cahaya dari mic oranye itu pun lenyap. Perlahan-lahan, jemari Serana terulur dan meraih mic oranye itu, kemudian mengeluarkan mic warna ungu yang tak henti-hentinya bergetar dari saku celananya. Ketika menggenggam kedua mic itu di tangan, Serana merasakan sebuah kekuatan pelan-pelan kembali bangkit di tubuhnya. Rasa takut yang menghantui, peralahn-lahan mulai sirna, berganti dengan keberanian. Berani untuk bersuara kembali, setelah beberapa lama dibungkam oleh sunyi.

****

DUA SUARA, SATU TAKDIR

Serana berdiri sembari memegang mic warna ungu di tangan kanan, serta mic oranye di tangan kirinya.

Sementara di menara, si bertudung merah melantunkan bait terakhir yang bernada mmengancam.

“Kau bukan Zhara.  Tapi aku tahu kau akan jatuh seperti dia…”

Dan saat Serana hendak membuka mulut untuk bernyanyi, langit pun mendadak terbelah. Seseorang jatuh dari langit. Tubuh sosok misterius itu terbakar cahaya biru. Ia mendarat di antara mereka. Di tangannya memegang mic berwarna biru langit.

“Cukup!” katanya. “Pertarungan ini belum waktunya.”

Serana menatapnya dengan terpana, masih berusaha mencerna semuanya. Sosok itu berambut acak-acakan, tetapi memiliki sorot mata yang tajam. Rasanya Serana pernah berjumpa dengan sosok itu. Saat teringat mimpinya, sekujur tubuh Serana membeku. Sosok itu adalah yang ia lihat dalam mimpi semalam.

"Arsha," gumam Serana, membuat bulu kuduknya meremang dan sekujur tubuhnya bergidik ngeri.

Sosok yang selama ini dunia kira telah menghilang. Namun kini muncul kembali. Dengan suara yang lebih kuat dan mampu menggetarkan seluruh penjuru Aresia.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • azrilgg

    Ini juga bikin ngakak

    Comment on chapter Lost
Similar Tags
Night Stalkers (Segera Terbit)
707      576     4     
Horror
Ketika kematian misterius mulai menghantui sekolah di desa terpencil, Askara dan teman-temannya terjebak dalam serangkaian kejadian yang semakin tak masuk akal. Dimulai dari Anita, sahabat mereka yang tiba-tiba meninggal setelah mengalami kejang aneh, hingga Ifal yang jatuh pingsan dengan kondisi serupa. Mitos tentang kutukan mulai beredar, membuat ketakutan merajalela. Namun, Askara tidak per...
Mengejarmu lewat mimpi
2183      874     2     
Fantasy
Saat aku jatuh cinta padamu di mimpiku. Ya,hanya di mimpiku.
Wanna Be
6230      1719     3     
Fan Fiction
Ia dapat mendengar suaranya. . . Jelas sekali, lebih jelas dari suara hatinya sendiri. Ia sangat ingin terus dapat melihatnya.. Ia ingin sekali untuk mengatakan selantang-lantangnya Namun ia tak punya tenaga sedikitpun untuk mengatakannya. Ia sadar, ia harus segera terbangun dan bergegas membebaskan dirinya sendiri...
Dream of Being a Villainess
1422      809     2     
Fantasy
Bintang adalah siswa SMA yang tertekan dengan masa depannya. Orang tua Bintang menutut pertanggungjawaban atas cita-citanya semasa kecil, ingin menjadi Dokter. Namun semakin dewasa, Bintang semakin sadar jika minat dan kemampuannya tidak memenuhi syarat untuk kuliah Kedokteran. DI samping itu, Bintang sangat suka menulis dan membaca novel sebagai hobinya. Sampai suatu ketika Bintang mendapatkan ...
UnMate
1053      613     2     
Fantasy
Apapun yang terjadi, ia hanya berjalan lurus sesuai dengan kehendak dirinya karena ini adalah hidup nya. Ya, ini adalah hidup nya, ia tak akan peduli apapun meskipun...... ...... ia harus menentang Moon Goddes untuk mencapai hal itu
ALMOND
1106      636     1     
Fan Fiction
"Kamu tahu kenapa aku suka almond?" Anara Azalea menikmati potongan kacang almond ditangannya. "Almond itu bagian penting dalam tubuh kita. Bukan kacang almondnya, tapi bagian di otak kita yang berbentuk mirip almond." lanjut Nara. "itu amygdala, Ra." Ucap Cio. "Aku lebih suka panggilnya Almond." Nara tersenyum. "Biar aku bisa inget kalau Almond adalah rasa yang paling aku suka di dunia." Nara ...
GEMINI
6445      1591     4     
Fantasy
Sang Raja tak terhentikan. Dia bermaksud menggunakan Blood Moon untuk menghidupkan istrinya dari kematian. Kehancuran total dipertaruhkan. Hanya keturunan asli kerajaan yang dapat menghentikannya. Namun, putra mahkota menghilang. Seorang gadis misterius muncul dan menyelamatkan nyawa putra mahkota tanpa tahu takdir mereka terkait. Siapa dia? Akankah gadis ini berperan penting untuk menghentik...
Dimensi Kupu-kupu
14362      2783     4     
Romance
Katakanlah Raras adalah remaja yang tidak punya cita-cita, memangnya hal apa yang akan dia lakukan ke depan selain mengikuti alur kehidupan? Usaha? Sudah. Tapi hanya gagal yang dia dapat. Hingga Raras bertemu Arja, laki-laki perfeksionis yang selalu mengaitkan tujuan hidup Raras dengan kematian.
Kalopsia
746      549     2     
Romance
Based of true story Kim Taehyung x Sandra Sandra seharusnya memberikan sayang dan cinta jauh lebih banyak untuk dirinya sendiri dari pada memberikannya pada orang lain. Karna itu adalah bentuk pertahanan diri Agar tidak takut merasa kehilangan, agar tidak tenggelam dalam harapan,  agar bisa merelakan dia bahagia dengan orang lain yang ternyata bukan kita.  Dan Sandra ternyata lupa karna meng...
BlueBerry Froze
3436      1071     1     
Romance
Hari-hari kulalui hanya dengan menemaninya agar ia bisa bersatu dengan cintanya. Satu-satunya manusia yang paling baik dan peka, dan paling senang membolak-balikkan hatiku. Tapi merupakan manusia paling bodoh karena dia gatau siapa kecengan aku? Aku harus apa? . . . . Tapi semua berubah seketika, saat Madam Eleval memberiku sebotol minuman.