Raut wajah MarJuki tampak kusut semendung cuaca pagi di luar sana. Sesekali dia menunjukkan tampang nge-bug, seperti sedang mengingat-ingat dan memikirkan sesuatu. Kondisi kamarnya saat ini sudah seperti kapal pecah. Telah hampir satu jam lamanya ia mondar-mandir dengan pikiran kacau sembari menahan rasa lapar dan kantuk. Padahal di hari Minggu seperti ini, dia biasanya selalu bangun di atas pukul 12 siang. Sambil memperlihatkan wajah nge-bug-nya, MarJuki membayangkan betapa nikmatnya menyantap kudapan favoritnya, Makguksu, dan setelahnya meneguk minuman kesukaan, susu pisang. Mantap jiwa rasanya.
MarJuki menepuk dahi ketika tersadar kembali akan hal yang membuatnya harus terbangun sepagi ini. Dia kembali terlihat sibuk seraya mengeluarkan seluruh isi lemari. Lelaki tampan dengan piercing di bibir bawah itu, menghela napas lelah sembari terduduk lemas, lalu kembali bertampang nge-bug. Padahal, dia sudah mengerahkan segenap tenaga yang belum terisi makanan, tetapi usahanya ternyata sia-sia belaka. Apa karena usahanya kali ini tidak disertai asupan makanan? Merasa sudah putus asa dan pusing 7 keliling, akhirnya MarJuki memutuskan untuk menempuh jalan ninja saja. Buru-buru MarJuki mencari ponselnya dan mulai mengirim pesan di grup Chat Ethereal (7 Raga 1 Asa). Dia berharap keenam Hyungnya sudah pada bangun dan memberi jawaban atas permasalahan yang sedang dihadapinya saat ini yang belum juga bertemu jalan keluarnya.
MarJuki: Hyungs, Heeellllp!
MarViTae: Woooi, Bontot, kenapa pagi-pagi udah tantrum?
MarJinnie: Kenapa Juki, lapar?
MarYoonGa: Ada apa? Hyung masih ngantuk, nih.
MarJayHop: Hyung Jay said, be happy, keep smile, and don't cry. Selalu ada harapan bagi yang mau berusaha dan bekerja keras.
MarJoonie: Yooo, What's up, Dude?
MarJuki: (Mengirim foto lagi nyanyi pake mic ungu)
MarVitae: Yaelah, ditanya malah kirim PAP. Bontot mau adu kegantengan sama Hyung yang paling tampan ini? Cakepnya gue udah bersertifikat, diakui seluruh dunia. Fix, no debat!
MarJinnie: Don't forget, Hyung yang ini World wide handsome. Asli no kaleng-kaleng.
MarChimmy: Gue Hyung yang paling mempesona. Fix, no tipu-tipu.
MarJuki: Yaelah, Hyungs, please, Juki lagi serius mode on, nih. Malah dibercandain.
MarYoonGa: Serius apa, nih? Juki mau married? Elo harus inget, pemegang tahta tertinggi YoonGa marry me masih tetep gue.
MarJuki: Bukan, ih, masih jauh itu mah. Juki belum kepikiran ijab kabul di KUA. Mic ungu Juki hilang.
MarJoonie: What? Are you serious?
MarYoonGa: Beneran, nih, elo nggak lagi ngeprank?
MarVitae: Elo nggak lagi bercanda, kan? Coba cari lagi yang bener, kali aja elo lupa nyimpen di mana.
MarChimmy: (Kirim gambar IU dan Jungkook lagi nyanyi, masing-masing memegang mic ungu). Gue lihat ada yang share editan foto ini di sosmed. Mic elo dipinjem Mbak Ayu kali, terus doi lupa balikin.
MarJuki: Hyungs, Juki baca chat-chat kalian malah makin nge-bug. Capek, nih, dari Subuh nyari-nyari melulu, masih juga nggak ketemu.
MarVitae: Ah, ya, gue baru inget. Jangan-jangan pas kemarin habis konser kita main-main ke bumi, mic elo ada yang ngambil.
MarJinnie: Bisa jadi. atau mungkin juga ketinggalan di bumi.
MarYoonGa: Wah, wah, gawat,dong. Maha Guru bisa ngambek, nih.
MarJoonie: That's too bad
MarChimmy: @MarYoonGa: Udah tahu Bontot kita lagi bingung, Hyung malah buat dia tambah panic.. @MarJuki: Terus gimana dong?
MarJayHop: Harap tenang semuanya. Selalu ada harapan dan jalan keluar di setiap permasalahan. Kita tanya Bang MarHyuk aja, beliau pasti bisa menerawang keberadaan mic ungu itu.
MarJuki: Iya, Hyungs. Tapi temenin, ya. Jadi kalau beliau marah, kita kena semuanya.
MarVitae: Boleh, deh. Kebetulan gue lagi nggak ada jadwal pemotretan hari ini. tapi elo bikinin makanan buat kita-kita, ya.
MarJuki: Beres, Hyung, soal masakkin makanan mah kecil. Asal jangan pada minta dibeliin barang di mall aja, ya. Juki lagi ngehemat buat beli tiket konser Mbak Ayu.
MarJinnie: Kalau Hyung sih, yes. Yang lain gimana, nih. Kok pada diem-diem bae?
MarJayHop: Demi melihat senyuman Bontot kita, gue,pasti ikut, dong.
MarYoonGa: Lihat cuaca mendung begini, gue mager, sih. Tapi demi Si Bontot, oke, lah.
MarChimmy: Hayu, lah, Gaskeun
MarJoonie: @MarJuki Oke, no problem. Of course I'll accompany you.
MarViTae: Oke, kita kumpul di basecamp habis zuhur, ya.
MarJayHop: Sepakat
MarJoonie: Okay, deal
MarChimmy: Idem
MarYoonGa: Setuju
MarJinnie: Akur
Setelah berembug di Grup chat, wajah MarJuki kembali cerah. Masih ada harapan baginya untuk bisa menemukan mic ungu miliknya yang hilang. Otaknya kembali relaks, tidak setegang tadi. Dia sangat yakin, benda kesayangannya itu akan mudah ditemukan, karena penerawangan sang maha guru Bang MarHyuk memang selalu tepat sasaran. Ibarat, Mbah Google, beliau memang serba tahu segalanya.
Sebelum menuju kamar mandi, langkah Marjuki berbelok ke arah kulkas berada. Dia meraih sebotol susu pisang dan menghabiskannya dengan hanya sekali teguk saja. Tenggorokannya yang sedari tadi kering, kini terasa segar. MarJuki lalu mengambil sepotong gimbap tuna sisa nyemil semalam, lantas melahapnya.
“Lumayan, buat ngeganjal untuk sementara. Elo harus bisa diajak kerjasama, ya. Jangan nagih dulu jatah makan sebelum urusan gue kelar,” ujarnya seraya mengelus-elus perut yang berotot sixpack kebanggaannya dan menjadi daya tarik di mata kaum perempuan.
MarJuki lalu mengedarkan pandangan ke setiap penjuru kulkas, mencari bahan-bahan makanan yang akan ia masak sesuai permintaan MarViTae Hyung. Ternyata, di lemari pendinginnya, hanya tersisa bahan-bahan untuk membuat gimbap dan sandwich saja. MarJuki memang belum sempat belanja, akibat kecapekan sehabis konser dua hari yang lalu.
“Gue buat camilan yang sederhana aja, deh.”
Sembari bersiul, MarJuki mengeluarkan bahan-bahan itu dan membawanya ke meja dapur. Tak lama kemudian, dia sudah terlihat berkutat mengolah bahan-bahan makanan sederhana itu menjadi camilan enak untuk para Hyungnya. Aksi memasaknya itu sesekali diiringi suara nyanyian MarJuki yang terdengar sangat merdu.
“Nae sone teuropi a neomu manhaneomu heavy nae du soni mojalla
MIC Drop MIC Drop bal bal josimneone mal mal josim.
Rodi dodi a neomu bappaneomu busy nae onmomi mojalla
MIC Drop MIC Drop bal bal josimneone mal mal josim.”
Di akhir senandung merdunya, MarJuki kembali berpikir keras, sembari berusaha mengingat-ingat. Makin keras berpikir, dahinya makin berkerut. Bibirnya tampak komat-kamit menggumamkan sesuatu sambil mengacung-acungkan pisau dalam genggaman tangan kanannya.
“Ternyata mic gue beneran drop, dong. Kira-kira jatuh di mana, ya?”