“Tidak ada yang abadi di duniayang fan aini, semua rasa hanya sementara, semua keadaan pasti aka nada akhirnya. Maka, saat sakit tunggulah, saat sulit jangan tergesa. Seperti musim, semua akan berlalu, kamu hanya perlu melewatinya dengan cara terbaik, tetaplah berada di jalan-nya.”
_Ustadzah Halimah Alaydrus_
***
Beberapa saat gus Azmir akhirnya berhasil menenangkan Rara, begitu ketakutan nya Rara jika Bersama Raihan. Gus Azmir jadi mmenerka-nerka jika dulunya hubungan mereka mempunyai masalah besar.
“Sayang cerita sama abang, apa yang di lakukan pria tadi kepada mu?”
“Ta-di dia mau meluk Rara.”
“Ta-di ju-ga dia pe-gang Pundak Rara.” Cicit Rara sambil sesenggukkan.
“Astaghfirullahhaladzim, sayang maafkan abang karena tidak bisa menjagmu dengan baik.” Sauth gus Azmir merasa bersalah.
Namun dalam hatinya juga begitu marah dengan Raihan, karena berani lancing menyentuh istrinya begitu saja.
“Rara gak mau pergi keluar lagi, banyak yang jahat sama Rara.”
“Rara pengen pulang, Rara takut.” Lirih Rara dengan mata yang berembun sambil sesengukkan.
Begitu bersalahnya gus Azmir terhadap dirinya sendiri karena telah meninggalkan Rara sendirian tadi, banyak orang yang menatap kea rah gus Azmir dan Rara mungkin karena sikap Rara dan usinya sangat bertolak belakang.
“Kaya nya itu Perempuan gila.”
“Sayang bangetkan cantik-cantik gila.”
“Tapi gue kasihan ama yang laki, masa ia Perempuan itu istrinya?”
“Hah? Gue sih gak yakin kalau Perempuan itu istri nya.”
Gus Azmir tidak menghiraukan ucapan para pengunjung mall yang membicarakan keduanya. Gus Azmir segera memita penjaga tokoh untuk membungkus boneka yang di inginkan Rara.
“Kita pulang Sekarang ya.”
“E’em.” Sauth Rara sambil mengangguk.
Gus Azmir menghapus sisa air mata Rara, ia juga merapikan rambut Rara yang kelihatan. “Ayo pulang cantik nya bang Az.” Ucap gus Azmir sambil menjulurkan tangan nya.
Ragu-ragu Rara menggapai tangan gus Azmir, namun dari dalam hatinya lah Rara tergerak untuk menggerakan tangan nya. Begitu terasa nyaman saat tangan nya di genggam oleh gus Azmir.
Gus Azmir juga merasakan ada hal yang berbeda dalam hatinya, mungkin kah ini cinta yang sesungguh nya?? Dimana cinta akan hadir di saat kata ijab telah di lantunkan.
“Ya Allah, hati ini telah sepenuh nya mencintai salah satu hamba mu, segera sembuhkan lah istri hamba agar kehidupan nya Kembali bahagia dan berwarna lagi.” Monolog gus Azmir dalam hatinya sambil menggenggam tangan Rara.
Sedangkan semua orang terus menatap kea rah Rara dan gus Azmir, Rara merasa tidak nyaman karena tatapan semua orang kea rah nya.
“Jangan menunduk sayang.” Guman pelan gusAzmir.
“Ta-pi Rara tidak suka dengan tatapan mereka semua.” Cicit Rara.
“Mereka mentap kamu, karena istri bang Az sangat cantik.”
“Ta-pi…”
Rara menjeda ucapan nya kemudian mengangkat kepala nya, meskipun Rara mengangkat kepala nya tapi tatapan mata Rara tidak lurus ke depan melainkan menatap kea rah wajah gus Azmir.
“Bang Az.” Panggl Rara dengan suara lembut nya.
“Hmm.” Deheman gus Azmir.
“Bang Az dengar panggilan Rara?”
“Dengar sayang, ada apa? Mau membeli sesuatu lagi?”
Rara menggelengkan kepala nya pelan, ia takut mau meminta di belikan balon karena ia sudah membeli 2 boneka.
“Sayang mau membeli apa? Bilang saja, mumpung masih ada di sini.”
Rara tetap menggelengkan kepala nya sambil berjalan, ia berharap jika gus Azmir mengingat dengan ucapan nya tadi. Keduanya segera Kembali ke parkiran mobil dengan membawa 2 boneka saja, karena Rara tidak jadi membeli 3 boneka.
Terlihat sekali wajah Rara sedikit cemberut karena ada satu keinginan nya yang belum di belikan oleh gus Azmir. Keduanya segera melanjutkan perjalanan ke pesantren, selama perjalanan Rara tertidur mungkin karena merasa Lelah sekali hari ini.
Jadi gus Azmir mengemudikan mobil nya pelan agar tidak membangunkan Rara dari tidurnya. Selama perjalanan gus Azmir melihat pedang balon, ia segera menepikan mobilnya untuk membelikan balon karena ia tidak lupa belum membeli nya.
***
Sekitar pukul 8 malam Rara masih tertidur pulas, untung saja tadi gus Azmir masuk ke dalam pesantren bersama’an dengan jama’ah sholat maghrib jadi tidak ada orang yang melihat kedatangan nya menggendong Rara masuk ke ndalem.
Sebenarnya malam ini jadwal gus Azmir mengajar nahu shorof di pondok putra, namun gus Azmir sengaja tidak mengajar dan meminta ustadz lain yang menggantikan nya.
Walaupun harus berbohong tapi ini semua demi Rara, gus Azmir takut nanti di saat Rara terbangun kebingungan karena tidak ada siapa pun di dalam kamar.
Gus Azmir keluar dari kamar untuk membicarakan menegani istrinya kepada abah dan umi nya. Besok pasti para santri ndalem juga akan melihat Rara, lalu apa yang harus mereka katakana.
“Kamu tidak perlu khawatir biar umi yang menjelaskan pada mereka, sekarang lebih bak kamu makan Az.” Ucap bu nyai Maryam.
“Umi yakin? Apa sebaiknya kita mengatakan saja jika Rara istri Azmir.”
“Abah juga sependapat, tapi setelah mendengar cerita mu tadi abah jadi berpikir dua kali nak.”
“Bagaimana baiknya aja bah, Azmir ngikut apa kata kalian.”
“Sudah lah jangan terlalu di pikirkan, makan dulu.” Sauth bu nyai Maryam.
“Rara belum bangun juga?”
“Belum mi, kelelahan mungkin.”
Bu nyai Maryam mengangguk pelan, lantas mereka segera makan malam bersama. Setelah usai makan gus Azmir kemali ke dalam kamar nya, menecek kondisi Rara.
“A-yah jangan pergi ninggalin Rara…”
“Ayah tolong jangan pergi…”
“Rara takut sendirian ayah…”
Celetuk Rara mengiggau sambil menutup mata nya dan bergerak gelisah kesana kemari dalam tidurnya. Gus Azmir pun segera membangunkan Rara.
“Ra, bangun...”
“Ra, ayo bangun dulu.” Ucap gus Azmir sambil menepuk pipi Rara pelan.
“AYAH.” Teriak Rara sambil membuka mata nya.
“Istighfar, kamu mimpi buruk.”
Mata Rara tergerak kesana kemari seolah mencari sosok keberadaan sang ayah. “Ayah Dimana?? Ayah jangan pergi hikss…”
“Ayah…” lirih Rara sambil menangis.
Kemudian di detik berikutnya Rara tertawa namun mata nya mengeluarkan cairan bening.
“Hahahhh ayah beneran ninggalin Rara.”
“Hahahhhh….”
Berulang kali gus Azmir menekan dada nya sambil beristighfar, Namanya juga mentalnya sedang terganggu jadi kita tidak bisa menebak bagaimana sikap Rara.
Gus Azmir mencoba untuk bersabar menghadapi kejiwaan Rara saat ini. Gus Azmir tidak tahu bagaimana caranya untuk membuat Rara tenang, namun bibirnya terus menuntun Rara untuk melafadzkan istighfar, tiada yang bisa menenangkan hati kecuali mengingat Allah.
Setelah Rara tenang, gus Azmir segera mengambil air putih di atas nakas. Rara meminumnya dengan pelan-pelan agar tidak tersedak, setelah itu Rara seolah mayat hidup dia hanya bengong saja tanpa memperdulikan di sekitar nya ada orang atau tidak.
“Rara.” Panggil gus Azmir lembut.
“Jangan melamun, lebih baik gunakan untuk beristighfar.”
Rara tetap tidak merespon apa pun yang di katakana oleh gus Azmir kepada nya, sampai dalam pikiran gus Azmir terbesit untuk berdzikir menggunakan jemari Rara.
Lambut laun hati Rara Kembali merasakan ketenangan Bersama hadirnya gus Azmir di sampig nya. “Rara ada di mana?” Tanya Rara terlihat bingung.
“Alhamdulillah, kamu berada di pesantren.”
“Ta-pi kenapa hanya ada Rara dan bang Az disini?”
“Karena Rara berada di ndalem bukan pesantren.” Sauth gus Azmir begitu lembut.
“Gak aka nada yang jahat dengan Rara?”
Gus Azmir menggelengkan kepala nya pelan, “Rara aman berada di sini.”
“Bang Az, juga sudah membelikan Rara balon tadi.”
“Balon Rara.”
Gus Azmir mengangguk pelan, “Rara suka?”
Rara langsung turun dari atas ranjang dan berlari kea rah sofa di mana di sana ada dua boneka dan seikat balon berwarna warni. Rara kegirangan melihat begitu banyak balon berwarna warni disana.
“Bang Az ambilkan makan dulu.”
“Rara ikut.”
“Sebaiknya kamu mandi, bang Az hanya sebentar setelah itu Kembali lagi.”
“Air nya dingin.”
“Rara gak pernah mandi malam, Rara mandinya sore.”
“Air nya gak dingin sayang, ayo bang Az antar.”
“Tapi Rara…”
“Kenapa hmm?”
Rara menggelengkan kepala nya pelan, karena gus Azmir sudah menarik lengan nya kea rah kamar mandi. Setelah berada di dalam kamar mandi, gus Azmir segera keluar dan mengambilkan makan malam untuk Rara.
10 menit kemudian Rara keluar tanpa menggunakan hijab yang menutupi kepala nya, padahal tadi gus Azmir sudah mengabilkan gamis beserta hijab nya juga.
Sejenak gus Azmir begitu terpesona dengan kecantikan Rara yang natural, tanpa ada riasan make up yang menempel di wajah nya, apa lagi rambut indah Rara yang tergerai.
“Astaghfirullahhaladzim, sadar Az jangan memanfaatkan kondisi lemah istrimu.” Batin gus Azmir menyadarkan dirinya sendiri.
“Kenapa tidak pakai hijab?” Tanya gus Azmir.
Sedangkan Rara menunduk, “Hijab Rara basah karena tidak sengaja jatuh.” Cicit nya pelan, karena takut jika gus Azmir akan marah kepada nya.
Gus Azmir menghela nafas dalam, “Sini duduk bang Az suapin.”
“Ta-pi hijab Rara?” Sauth Rara sambil menatap kea rah gus Azmir.
“Nanti bang Az ambilkan lagi.”
Rara mengangguk pelan kemudian segera duduk di hadapan gus Azmir, kemudian gus Azmir menyuapi Rara dengan lembut dan pelan. Mata gus Azmir tak sedikitpun berpaling dari menatap wajah cantik Rara.
Gus Azmir berharap jika suatu saat nanti kejiwaan Rara telah Kembali membaik Rara bisa menerima dirinya sebagai suaminya, karena dirinya telah jatuh cinta kepada sosok Rara Asyifa Putri yang kini telah sah secara hukum dan agama nya menjadi istri nya.
Kesindir ka AQ suka nunggu datang ny hidayah🤭 padahal harus ny d'cari ya kak?
Comment on chapter Bab 19- Keresahan HatiTerima kasih atas ilmu yg d'sampaikn lewat novel ini 🥰