Read More >>"> KUROTAKE [SEGERA TERBIT] (Chapter 18 : Persiapan Ujian) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - KUROTAKE [SEGERA TERBIT]
MENU 0
About Us  

"Oi, oi, oi,oi," ujar Raiji, menirukan gaya bicara karakter Kenny Ackerman. "Apa ini? Pasangan-yang-sedang-banyak-dibicarakan-di-SMA-Sakura mampir ke kafe-ku?"

Hari itu pukul 4 sore. Mamoru dan Chihaya mampir ke kafe SABISU. Raiji menjadi pegawai paruh waktu di sana. Ia membantu mengelola usaha kafe milik kedua orangtuanya itu. 

Kafe itu dibangun tepat di samping rumah keluarga Asagiri. Bangunannya tidak terlalu besar, tertutup oleh pagar kayu tinggi. Dinding luarnya bercat abu-abu, sementara di dalamnya dicat broken white. Di dalam hanya terdapat lima buah meja, dengan sepuluh buah kursi. Di salah satu dindingnya tergantung tiruan lukisan Ombak Kanagawa. Di sudut samping pintu masuk, terdapat rak untuk pajangan berbagai action figure karakter anime, di antaranya Nezuko Kamado dan Shinobu Kocho dari anime Demon Slayer.

"Kau bicara apa, sih, Raiji?" Mamoru membalas ucapan sahabatnya sejak kelas 10 itu sambil pura-pura berlagak bodoh. 

"Kenapa kau bawa Chihaya ke sini?" tanya Raiji. "Kalau mau pacaran, cari tempat lain saja. Aku tidak tertarik melihat orang bermesraan,"

 "Alah, bilang saja kau iri melihat orang yang berpacaran," 

Raiji melotot.

"Bercanda, Raiji. Aku dan Haya-chan benar-benar ingin belajar, kok," ujar Mamoru sambil tertawa. "Lagipula, aku dan dia sedikit trauma ke kafe sejak...kau tahu, foto kami diambil diam-diam,"

"Ah, ya sudah, silakan masuk!" Raiji yang memahami maksud perkataan Mamoru akhirnya mengizinkan mereka masuk ke dalam kafe. 

"Terima kasih, Senpai," ucap Chihaya sambil tersenyum pada Raiji. Gadis berkacamata itu lalu mengikuti Mamoru, sementara matanya sibuk menelusuri ruangan kafe itu. Mereka memilih meja yang sejajar dengan tempat barista dimana Raiji berjaga. Pemuda itu memakai baju kaos berwarna biru gelap dengan tulisan SABISU COFFEE dan celana jeans panjang, serta celemek hitam. 

"Kau sendirian?" tanya Mamoru pada Raiji.

Raiji mengangguk. Wajahnya tampak malas melihat dua orang yang kini digosipkan berpacaran di sekolah itu. "Sekarang, ya, aku sendiri. Malam nanti pegawai kafe yang lain baru datang,"

Lelaki yang rambutnya dicat pirang itu kemudian menyodorkan buku berisi daftar menu pada mereka. 

"Menu yang paling laris di sini apa?" tanya Mamoru lagi. 

"Itu, kopi susu," Raiji menunjuk kopi susu dalam kemasan botol yang ia pajang di meja barista.

"Hm, ya, kurasa nanti aku akan membelinya sepulang dari sini," janji Mamoru. "Haya-chan, mau pesan apa?"

"Matcha latte," putus Chihaya. "Mamoru-senpai?"

"Aku pesan raspberry cocktail saja," 

Raiji mengangguk paham. Ia lalu berjalan ke meja barista, dan membuatkan pesanan mereka. Mamoru kemudian mengobrol dengan Chihaya.

"Besok kau ada ujian bahasa Jepang, ya?" 

Chihaya yang sedang mengeluarkan buku bahasa Jepang dari dalam tas mengangguk.

"Bab berapa?" tanya Mamoru.

"Bab tentang membaca surat," jawab Chihaya.

"Oh," Mamoru manggut-manggut. "Mari kulihat, sudah sampai mana kau menguasai materinya. Kau harus dapat nilai bagus, ya,"

Chihaya mengangguk. Mamoru selalu berharap begitu setiap kali mendengar Chihaya berkata akan melaksanakan ujian bahasa Jepang. Selama belajar bahasa Jepang bersama pemuda itu, nilainya pun meningkat, begitu juga dengan kemampuan bahasa Jepangnya.

Mamoru pun mulai mengajari Chihaya. Pertama, ia meminta Chihaya untuk membaca salah satu contoh surat yang ada dalam buku cetak bahasa Jepangnya. Surat itu ditulis menggunakan huruf Jepang. Ada beberapa kata yang menggunakan huruf kanji. Setelah membaca surat itu dari awal hingga akhir, Chihaya menanyakan arti dari huruf kanji yang ia temukan di dalam surat itu pada Mamoru. Mamoru menjelaskan artinya.

"Kalian benar-benar belajar,ya," ujar Raiji yang tiba-tiba muncul sambil menyajikan minuman pesanan Mamoru dan Chihaya. 

"Memangnya kau berpikir apa yang mau kami lakukan?" tanya Mamoru. 

"Ah, kau seperti tidak tahu saja," Raiji tertawa. "Kurasa sebaiknya kita mengobrol di belakang saja,"

"Haya-chan, kau tunggu di sini sebentar, ya," kata Mamoru sambil menaruh tas sekolahnya di kursinya. "Aku mau bicara sebentar dengan Raiji di belakang. Kalau kau sudah selesai mengerjakan soal, panggil aku,"

Chihaya mengangguk. "OK, Senpai,"

"Semangat belajarnya, Chihaya," kata Raiji.

****

Kini Raiji dan Mamoru berdiri di belakang sambil mengobrol.

"Yang benar saja, Mamoru?" tanya Raiji sambil tertawa. "Jadi selama ini kegiatan yang kau lakukan berdua dengan Chihaya hanya belajar bahasa Jepang?"

"Iya," jawab pemuda berambut ikal itu. Ia memiringkan kepala, heran dengan pertanyaan Raiji. "Memangnya kau berharap aku dan dia melakukan apa?"

"Kau ini seperti tidak paham orang pacaran saja," ucap Raiji untuk kedua kalinya. "Bertukar kata-kata mesra, menyentuh fisik...bukannya orang yang sedang jatuh cinta melakukan hal semacam itu,ya?"

 "Mana mungkin aku melakukan itu! Bukankah kau sudah tahu aku dan Haya-chan hanya pura-pura?" balas Mamoru. "Aku sudah pernah memberitahu rencananya padamu, kan. Aku dan dia juga sudah sepakat. Aku tidak pernah melakukan apapun padanya murni atas dasar mengandalkan perasaan,"

"Yakin kau melakukannya tanpa perasaan?" ulang Raiji sambil menatap Mamoru dengan senyum menggoda. Detik kemudian ia berubah serius. "Kau pura-pura pacaran dengan Chihaya untuk melindunginya, juga dirimu sendiri setelah foto kalian tersebar. Kau tetap menjalani hubungan seperti itu, walau kau tahu itu beresiko. Tapi, entah mengapa aku berpikir, apa mungkin... kau sebenarnya ingin berada di dekat gadis itu?"

Mamoru mengerjap. Ia melihat ke dalam melalui jendela. Chihaya masih di sana, mengerjakan soal dengan serius. 

Melindunginya. Ingin berada di dekatnya. Kalimat-kalimat itu berputar dalam otak Mamoru. Ia diam sebentar, berusaha mencerna semua itu. Perkataan Raiji berhasil menyadarkan Mamoru tentang perasaan sesungguhnya.

"Menurutmu, apa yang sebaiknya kulakukan?" tanya Mamoru bingung. "Bagaimana aku mengatakannya pada Haya-chan?"

"Soal itu, kau yang harus mencari tahu sendiri lebih dulu," jelas Raiji. "Kalau memang kau punya perasaan itu, baru kau sampaikan padanya. Paham?"

Menyampaikannya? Mamoru mendadak cemas. Memori-memori menyakitkan yang pernah ia coba lupakan kembali menghantui pikirannya. Rasa sakit yang pernah ia alami karena pernah ditolak harus kembali ia rasakan. Perasaan Mamoru menjadi campur aduk.

Dan kini, mau tak mau ia harus menghadapi kejadian itu sekali lagi. 

Kali ini, apakah akhirnya akan sama atau berbeda?

Tangan Raiji yang menepuk bahu Mamoru menyadarkan lelaki itu dari lamunannya. 

"Kau sebaiknya kembali ke dalam saja. Chihaya sepertinya sudah selesai, tuh,"

****

 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Premium
KLIPING
2982      1527     1     
Romance
KLIPING merupakan sekumpulan cerita pendek dengan berbagai genre Cerita pendek yang ada di sini adalah kisahkisah inspiratif yang sudah pernah ditayangkan di media massa baik cetak maupun digital Ada banyak tema dengan rasa berbedabeda yang dapat dinikmati dari serangkaian cerpen yang ada di sini Sehingga pembaca dapat memilih sendiri bacaan cerpen seperti apa yang ingin dinikmati sesuai dengan s...
A D I E U
1960      736     4     
Romance
Kehilangan. Aku selalu saja terjebak masa lalu yang memuakkan. Perpisahan. Aku selalu saja menjadi korban dari permainan cinta. Hingga akhirnya selamat tinggal menjadi kata tersisa. Aku memutuskan untuk mematikan rasa.
Love Invitation
542      377     4     
Short Story
Santi and Reza met the first time at the course. By the time, Reza fall in love with Santi, but Santi never know it. Suddenly, she was invited by Reza on his birthday party. What will Reza do there? And what will happen to Santi?
Oh, My Psychopaths CEO!
694      491     2     
Romance
Maukah kau bersama seorang pembunuh gila sepertiku?
Batagor (Menu tawa hari ini)
359      225     4     
Short Story
Dodong mengajarkan pada kita semua untuk berterus terang dengan cara yang lucu.
Trasfigurasi Mayapada
170      124     1     
Romance
Sekata yang tersurat, bahagia pun pasti tersirat. Aku pada bilik rindu yang tersekat. Tetap sama, tetap pekat. Sekat itu membagi rinduku pada berbagai diagram drama empiris yang pernah mengisi ruang dalam memori otakku dulu. Siapa sangka, sepasang bahu yang awalnya tak pernah ada, kini datang untuk membuka tirai rinduku. Kedua telinganya mampu mendengar suara batinku yang penuh definisi pasrah pi...
The Bet
15496      2400     0     
Romance
Di cerita ini kalian akan bertemu dengan Aldrian Aram Calton, laki-laki yang biasa dipanggil Aram. Seperti cerita klise pada umumnya, Aram adalah laki-laki yang diidamkan satu sekolah. Tampan? Tidak perlu ditanya. Lalu kalau biasanya laki-laki yang tampan tidak pintar, berbeda dengan Aram, dia pintar. Kaya? Klise, Aram terlahir di keluarga yang kaya, bahkan tempatnya bersekolah saat ini adalah mi...
Cinta Si Kembar
9763      1752     2     
Romance
Lala dan Lulu adalah saudara kembar yang memiliki kepribadian dan pekerjaan yang berbeda,tetapi mereka mempunyai permasalahan yang sama yaitu mereka berdua dijodohkan oleh orang tua mereka.Akankah mereka akan menyetujui perjodohan tersebut dan akankah mereka akan menyukai calon tunangan mereka.
Memento Merapi
5348      1959     1     
Mystery
Siapa bilang kawanan remaja alim itu nggak seru? Jangan salah, Pandu dan gengnya pecinta jejepangan punya agenda asyik buat liburan pasca Ujian Nasional 2013: uji nyali di lereng Merapi, salah satu gunung terangker se-Jawa Tengah! Misteri akan dikuak ala detektif oleh geng remaja alim-rajin-kuper-koplak, AGRIPA: Angga, Gita, Reni, dan Pandu, yang tanpa sadar mengulik sejarah kelam Indonesia denga...
Oscar
2235      1065     1     
Short Story
Oscar. Si kucing orange, yang diduga sebagai kucing jadi-jadian, akan membuat seorang pasien meninggal dunia saat didekatinya. Apakah benar Oscar sedang mencari tumbal selanjutnya?