Gadis itu bergeming, dia masih mencoba untuk mencerna apa yang barusan dia dengar dari bibir Raka. Pemuda yang memiliki kulit sawo matang dan disebut di hitam manis itu menyukainya?
"Lun, aku tahu kamu nggak akan percaya begitu aja dengan apa yang aku katakan. Tapi biar aku percaya lagi semuanya, aku suka kamu sebagai seorang pria."
Sebenarnya Raka sangat gugup saat mengatakan perasaannya saat ini dengan cara seperti ini. Padahal dia sudah membayangkan cara romantis untuk mengatakan cintanya kepada Aluna. Akan tetapi, situasi dan kondisi mengharuskannya untuk mengatakannya dengan segera.
Aluna terlihat tak enak hati, dia menatap sendu pada sepasang mata berwarna hitam pekat milik Raka itu. Dia tidak pernah menyangka bahwa Raka memiliki perasaan lebih terhadapnya, sebab selama ini dia sudah menganggap rapat seperti Kakaknya sendiri. Posisi Raka dihati Aluna, sama seperti posisi Alex dihatinya.
"Kak, apa kakak serius? Kakak suka sama aku sebagai cowok ke cewek?" tanya Aluna dengan nada serius dan pandangan yang dalam.
"Iya Lun, aku suka kamu. Aku tau ini tiba-tiba, tapi aku pengen kita pacaran. Aku udah minta izin sama Alex dan dia setuju. Jadi aku-"
"Maaf kak," sela Aluna dengan permintaan maafnya.
Jantung Raka berdegup kencang saat mendengar permintaan maaf itu, dia merasakan sesuatu yang buruk.
"Kenapa kamu minta maaf Lun?"
"Maaf, karena aku tidak bisa-"
Raka langsung menyela perkataan Aluna yang belum usai. "Kamu bisa pikirin ini baik-baik Lun. Jangan langsung jawab sekarang!"
Aluna terkejut setelah Raka menyela ucapannya begitu saja. "Kak Raka, tapi aku-"
Raka kemudian mengeluarkan sesuatu dari saku celana abunya, ada coklat ditangannya. Coklat dengan tulisan love dan pita berwarna pink di atasnya. "Ini buat kamu, Lun."
"Aku harap kamu pikirin baik-baik dulu sebelum menjawab. Aku akan nunggu kamu," kata Raka dengan terburu-buru. Lalu dia pun meninggalkan Aluna sendirian di sana, Aluna terdiam sambil memegang coklat pemberian Raka.
Gadis itu menghela napas berat. Jujur saja, pernyataan cinta dari Raka sangat tidak terduga dan cukup membebaninya. "Kak Raka apaan sih? Aku kan nggak enak kalau dia kayak gini. Sama sekali, aku nggak pernah kepikiran untuk pacaran sama dia."
Tiba-tiba saat dia sedang seorang diri, Saka datang menghampirinya dengan wajah marah dan pandangan tajam.
"Cogil? Ngapain kamu disini?" tanya Aluna terheran-heran melihat keberadaan Saka disini. Mau apa dia ke tempat sepi begini?
Tanpa kata, Saka mengambil coklat yang ada ditangan Aluna. Sehingga gadis itu terperangah melihatnya. "Hey! Kok coklatnya diambil?"
Saka tidak bicara, tapi matanya berkilat marah. Pria itu juga tidak mempedulikan protes Aluna terhadapnya. Dia langsung membuka bungkus coklat itu dan memakannya.
"Ya ampun cogil! Kok dimakan sih?" tanya Aluna kaget.
"Mood gue lagi buruk, jadi gue butuh makan-makanan yang manis. Kebetulan ada coklat ditangan lo, jadi gue ambil deh," jelas Saka sambil mengunyah coklat itu. Tapi wajah kesalnya masih sama.
'Sialan! Gue pengen nanya, apa dia udah jadian sama si Raka atau belum? Tapi kenapa mulut gue kayak pake lakban?' Saka mengunyah coklat itu, sambil memaki dirinya sendiri didalam hati, karena dia sulit untuk bertanya tentang hubungan Aluna dan Raka saat ini.
Tadi dia sempat melihat dari kejauhan, kalau Raka menatap Aluna penuh cinta dan menyerahkan coklat pada gadis itu. Saka pun berasumsi dengan pikirannya sendiri, bahwa Raka mengatakan cintanya pada Aluna.
"Emang apa yang buat kamu mood kamu buruk?" tanya Aluna dengan menyilangkan kedua tangannya didada.
"Itu karena gue-" Saka menggantung ucapannya di sana begitu saja, sehingga menimbulkan perasaan penasaran Aluna.
"Karena kamu? Apa?" tanya gadis itu penasaran.
"Lo nggak usah tahu! Yang penting gue udah dapetin coklatnya," jawab Saka dengan cepat. Pria itu kembali ke mode jaimnya.
'Nggak, gue nggak bisa nyatain perasaan gue dalam keadaan seperti ini. Nggak etis banget dan tentunya gue harus nyari momen yang pas' Lagi, pemuda itu memilih untuk bicara dalam hatinya. Dia ingin segera mengatakan perasaannya kepada Aluna, namun dia tidak mau menyatakannya dalam keadaan seperti ini. Momen yang di rasanya kurang pas.
"Dasar aneh! Ya udah, abisin aja coklat hasil nyurinya. Semoga kamu sakit perut habis makan coklat curian itu, soalnya coklatnya jadi nggak berkah!" seru Aluna kesal. Padahal dia sudah penasaran dengan jawaban Saka, tentang apa yang membuat pemuda itu kesal. Tapi, Saka malah mendapatkan jawaban random.
"Apa? Hey? Lo doain gue sakit perut?" protes Saka kepada Aluna yang saat ini sudah berjalan pergi dari sana.
"Lo tantrum lagi," gumam Saka yang sama sekali tidak dipedulikan oleh Aluna.
Setelah bel istirahat berbunyi, para siswa diminta para anggota OSIS dan kepala sekolah untuk datang ke aula sekolah. Mereka pun berkumpul di aula sekolah yang megah dan mewah tersebut. Dimana ada ratusan siswa SMA Galaksi di sana dari kelas 1 sampai kelas 3.
Aluna duduk bersama Rhea dan Tiara di salah satu tempat duduk di aula. Dibelakang mereka ada geng Saka juga.
"Kira-kira kenapa ya kita dipanggil ke aula?" tanya Tiara bingung, sebab tidak ada pemberitahuan sebelumnya tentang hal ini.
"Oh itu, hari ini anggota osis lama mau ngadain kandidat pemilihan anggota osis baru."
"Eh? Kok kamu bisa tahu sih Rhe?" Aluna terheran-heran.
Sementara itu, Rhea sadar bahwa dia sudah keceplosan. Gadis itu langsung meneguk ludahnya sendiri, otaknya saat ini sedang merangkai kata untuk alibinya.
Rhea tertawa canggung. "Haha...aku tahu, karena tadi aku nggak sengaja dengar guru-guru ngobrol sama anggota OSIS."
"Oh gitu." Tiara dan Aluna mengangguk-angguk dengan kompak, mereka tampaknya mempercayai ucapan Rhea.
Rhea merasa lega seketika, dia belum bisa membayangkan apabila Aluna, Tiara atau bahkan siswa-siswa yang lain di sekolah ini sampai mengetahui hubungannya dengan Alex. Dia belum siap untuk hal itu.
"Oh ya Lun, btw tadi kamu ngomongin apa sama kak Raka? Kalian jadian ya?" tanya Tiara yang rupanya penasaran dengan Aluna dan Raka.
"Eungh, sebenarnya tadi Kak Raka nyatain cintanya sama aku."
"Apa?" Kedua sahabatnya itu terlihat terkejut, tapi mereka tidak terkejut itu karena pasalnya, mereka memang sudah bisa menebak bahwa Raka akan mengatakan cinta kepada Aluna.
"Kalian kok kelihatannya biasa aja sih? Nggak kaget atau heboh gitu?" tanya Aluna dengan polosnya.
Tiara menatap wajah Aluna, lalu dia berkata, "Kita sih udah nggak kaget ya. Soalnya udah jelas kalau kak Raka emang suka sama kamu Lun."
"Iya, aku juga udah nggak heran dan nggak kaget lagi. Tapi, kamu kasih jawaban apa sama dia?" tanya Rhea dengan tatapan mata yang dipenuhi oleh rasa penasaran. Sama halnya seperti Rhea, Tiara juga melayangkan tatapan itu kepada Aluna.
Tanpa mereka sadari, kalau Saka di belakang sana sedang memasang kupingnya untuk mendengar percakapan mereka dan dia sangat penasaran dengan jawaban yang diberikan oleh Aluna kepada Raka.
"Aku-"
"Selamat siang semua siswa SMA Galaksi yang tercinta!" suara seseorang yang berada di didepan mereka dengan mikropon itu membuat Aluna urung untuk menjawab rasa penasaran kedua sahabatnya itu.
'Sial! Apa jawabannya?' decak Saka dalam hatinya, karena dia juga sangat menantikan jawaban dari Aluna.
Atensi semua orang cerita kini tertuju kepada Alex yang sedang berdiri di atas sana, bersama dengan anggota OSIS lainnya. Bukan karena pengumuman yang akan dia sampaikan, melainkan karena wajah tampannya yang juga mencuri perhatian semua orang di sana.
"Hari ini saya yang masih menjabat sebagai ketua OSIS SMA Galaksi, akan menyampaikan sebuah informasi yang terkait dengan kepengurusan OSIS. Seperti yang kalian tahu bahwa tak lama lagi, semester pertama akan segera berakhir. Lalu, sebentar lagi kita akan mengadakan pemilihan ketua OSIS, wakil, sekretaris, dan jabatan lainnya dari kelas XII, untuk anggota...kelas X diperbolehkan untuk mengajukan diri. Apabila memang ada salah satu dari kalian yang masih kelas X, ingin ikut menjadi anggota OSIS. Untuk bagian pendaftaran, kalian bisa menghubungi Dina...wakil ketua OSIS yang masih menjabat saat ini."
Semua siswa di aula mendengarkan pengumuman dari Alex tentang pemilihan anggota OSIS baru. Tentu saja anggota inti dan pemilik jabatan akan diserahkan pada anak kelas XII, sedangkan angkatan Aluna bisa mengikuti menjadi anggota. Tanpa terasa semester 1 akan segera berakhir dan minggu depan mereka sudah memasuki ujian semester 1.
Setelah mengatakan pengumuman itu, para siswa dipersilakan untuk bubar dari sana dan bisa pulang lebih awal. Tentunya hal ini berlaku untuk yang tidak mendaftar menjadi anggota OSIS, sedangkan mereka yang mendaftar masih harus berada di sekolah.
"Tantrum."
"Apa?"
"Gue mau ngajak lo jalan. Bisa nggak?" tanya Saka sembari menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal. Dia sudah memberanikan diri untuk mengajak Aluna jalan. Tentunya, dia memiliki tujuan dengan mengajak jalan Aluna.
"Tapi kak Alex-"
"Kak Alex sibuk, katanya dia bakal pulang jam 3 sorean," jawab Rhea yang membuat Aluna kontan menoleh ke arahnya dengan tatapan curiga.
"Kok kamu bisa tahu sih, kalau kakak aku mau pulang jam tiga sorean?" Pertanyaan Aluna, membuat wajah Rhea pucat pasi. Sementara Saka tersenyum miring melihat Rhea yang panik.
'Aduh, aku harus jawab apa nih? Kenapa sih pake keceplosan segala?'
****
πππ