Tidak salah kan kalau Aluna mencurigai Rhea sekarang, karena Rhea sepertinya tau banyak tentang Alex. Padahal sebelumnya, mereka tidak berinteraksi sama sekali, atau hanya ada say hello tanpa ada interaksi lainnya. Aluna pikir mereka tidak akrab, tapi melihat Rhea yang tahu tentang Alex. Mungkinkah mereka ada komunikasi di belakangnya?
"Aku tau karena...aku cuma nebak aja kok. Ya, aku cuma nebak," ucap Rhea sambil tersenyum. Dia harap Aluna akan percaya pada perkataannya ini.
"Oh iya ya. Aku kira kamu ada komunikasi sama kak Alex dibelakang aku, makanya kamu bisa tahu!" celetuk Aluna yang memang kadang orangnya ceplas-ceplos. Rhea terlihat gelisah, dia berusaha mengendalikan dirinya.
"Tantrum, gimana? Lo mau jalan sama gue kan?" tanya Saka mengalihkan perhatian Aluna, itu semua karena dia kasihan pada Rhea yang gelisah dan tidak pandai berbohong.
"Tapi kak Alex gimana? Kalau dia karena tau aku pergi sama kamu, gimana?" tanya Aluna takut. Dia melanggar perintah kakaknya untuk tidak berdekatan dengan Saka, tapi dia juga tidak bisa menahan diri untuk dekat dengan pria itu.
Saka lalu melihat ke arah Rhea. "Ada pacarnya yang bisa ngurus dia. Iya kan Rhea?" tanyanya sambil tersenyum pada gadis itu. Seketika wajah Rhea pun semakin pias.
"Loh, kok kamu tanya Rhea sih?" tanya Aluna bingung, kenapa Saka bicara pada Rhea tentang Alex.
"Loh loh, kenapa kamu tahu kalau kak Alex punya pacar?" tanya Aluna lagi yang semakin bingung. Dia menatap Saka dengan tatapan curiga.
"Tadi gue nggak sengaja waktu lo lagi gibah dilorong. Emangnya lo nggak sadar kalau gue sama temen-temen gue ada dibelakang lo bertiga?" ucap Saka yang membuat Aluna tak bingung lagi.
"Ya ampun, jadi omonganku tadi kedengaran sama Calvin, Riki dan Sandi juga dong?"
"Iya tantrum."
"Ya udah yuk jalan. Si Alex juga pasti sibuk malmingan sama pacarnya. Jadi lo santai aja, karena kakak lo nggak jomblo lagi dan udah ada kesibukan lain, ya itu pacarnya. Ya kan Rhea?" tanya Saka lagi kepada Rhea, seakan memberikan kode pada gadis itu.
"Ah iya. Kamu santai aja Lun, pastinya kak Alex sibuk sama kegiatan OSIS dan pacarnya haha," ucap Rhea sambil tertawa canggung, namun atensinya tertuju pada Saka yang sedang tersenyum ke arahnya. Senyuman jahil.
'Pasti Saka udah tau kalau aku pacarnya kak Alex. Dia peka banget sih, dan maksudnya ngodein barusan...pasti dia pengen aku buat sibuk kak Alex biar nggak gangguin dia sama Luna'
"Iya sih bener juga. Alhamdulillah deh,ada hikmahnya juga Kak Alex punya pacar. Kak Alex jadi nggak akan banyak recokin hidup aku lagi, hehe," kekeh gadis itu dengan polosnya. Hal yang sama juga ada dipikiran Saka, dengan Alex yang pacaran, dia punya banyak waktu mendekati Aluna.
Akhirnya Saka pergi bersama dengan Aluna, sekarang mereka ada ditempat parkir sekolah, dimana motor sport Saka yang berwarna merah hitam itu terparkir di sana.
"Cogil. Kenapa?" tanya Aluna saat melihat Saka melamun setelah memakai helm hitamnya.
"Lo tunggu disini sebentar, gue mau ambil sesuatu!" seru Saka terburu-buru, pria yang baru saja memakai helmnya itu langsung berlari meninggalkan Aluna seorang diri disana.
"Eh! Cogil!" teriak Aluna, namun pria itu terus berjalan ke lorong, entah mau kemana. "Dia mau kemana sih?"
Gadis itu menunggu Saka sambil berteduh di pohon mangga yang ada di sana. Tak lama dia menunggu, Saka berlari ke arahnya sambil memegang helm berwarna pink dan dihelmnya ada gambar hello Kitty.
"Apa aku nggak salah lihat? Kamu punya helm hello Kitty? Ternyata selera kamu pinky juga ya," ucap Aluna yang tidak menyangka kalau Saka punya helm hello Kitty, warnanya pink. Gadis itu terkekeh geli.
"Imut banget helmnya, nggak cocok sama orangnya yang sangar," ucapnya lagi dengan senyuman manisnya.
'Sial! Kayaknya gue udah jatuh cinta, beneran sumpah' kata Saka dalam hatinya, jantungnya berdegup kencang saat melihat senyuman Aluna yang manis.
"Ini buat lo."
"Hah? Aku?"
"Pake." Saka menyodorkan helm hello Kitty itu untuk Aluna.
"Ini punya adik kamu?"
"Lo tau kan gue anak tunggal. Ya udah gue pakein," kata Saka yang lalu memakaikan helm itu pada kepala Aluna.
Seketika keduanya terdiam manakala netra mereka bertemu, mereka merasakan dentuman hebat pada organ dalam tubuh mereka. Saling melihat seperti ini, membuat hati mereka tak bisa terkendali. Mereka telah sama-sama jatuh, jatuh yang indah yaitu jatuh cinta.
"Hey, ayo naik! Keburu kakak lo mergokin kita disini."
Aluna menganggukkan kepalanya, dia pun naik ke jok belakang motor Saka. Sedangkan Saka sudah bersiap-siap menyalakan motornya.
"Udah?"
"Iya, yuk jalan!" jawab Aluna.
"Pegangan."
"Apa?"
"Tantrum pegangan," ucap Saka yang lalu membawa tangan Aluna untuk melingkar di tubuhnya dan otomatis terlihat seperti Aluna memeluk lelaki itu dari belakang.
Kemudian motor itu pun melaju meninggalkan sekolah. Aluna terlihat gugup, wajahnya memerah saat berada sedekat ini dengan Saka. Walaupun baginya Saka adalah mahluk menyebalkan, akan tetapi dia bisa membuat Aluna berdebar-debar. Apalagi saat dia memeluknya dari belakang seperti sekarang.
'Sekarang gue tau alasannya kenapa jantung gue berdebar-debar kencang saat didekat dia. Gue bukan sakit jantung, tapi jatuh cinta' kata Saka dalam hatinya. Dia merasakan getaran berbeda saat Aluna melingkarkan kedua tangannya ditubuhnya. Dia merasakan di dalam hatinya seolah ada kembang api yang sedang menyala meletup-letup di sana.
****
Saka mengajak Aluna pergi ke sebuah restoran dan toko kue. Mereka memesan banyak makanan dan kue untuk dikirim ke panti, bahkan tak tanggung-tanggung Saka membayar semuanya dimuka.
Disinilah Aluna mulai kagum dengan sisi lain dari Saka yang ternyata memiliki rasa kemanusiaan terhadap sesama. Dia baik dan tidak seburuk apa yang dipikirkan oleh kakaknya Alex.
"Sorry ya, gue ajak lo kesini dulu. Soalnya nanti nyokap gue bisa ngomel, kalau gue belum kirim makanannya ke panti!" kata Saka setelah dia selesai memesan makanan ditoko kue itu.
"Nggak apa-apa. By the way cogil, aku mau dong pergi ke panti asuhannya."
"Hah? Tapi gue mau ngajak lo jalan sama makan, bukan mau ke panti," kata Saka.
"Tapi aku mau kesana. Kita bisa sambil jalan dan makan disana kan? Please, ayo pergi kesana." Bujukan Aluna akhirnya membuat Saka setuju untuk mengubah rute perjalanan mereka, yaitu pergi ke panti asuhan.
Aluna penasaran dengan sisi lain dari Saka, dia ingin tahu lebih banyak tentangnya. Siapa tau di panti asuhan itu, dia bisa mengetahui bagaimana sikap Saka dan mengenalnya lebih dekat lagi.
"Oke kita pergi. Tapi sebelum itu kita beli makanan dulu, buat kita berdua. Lo belum makan dan gue nggak bisa ngajak anak orang jalan dalam perut kosong."
"Setuju." Aluna setuju." Tapi aku mau makanan warteg," pinta Aluna pada pria itu.
"Warteg?"
"Huum, warteg." Aluna menganggukkan kepalanya, dia serius ingin memakan makanan warteg. Saka pikir, karena Aluna anak orang kaya, maka tidak mungkin gadis itu akan mau memakan makanan warteg. Rupanya dia salah paham.
Setelah selesai membeli makanan di warteg, Saka dan Aluna melanjutkan perjalanan mereka menuju ke panti asuhan yang lokasinya lumayan jauh. Untuk sampai ke sana dibutuhkan waktu sekitar 20 menit. Ya, 20 menit itu Saka dan Aluna manfaatkan untuk mengobrol bersama selama didalam perjalanan.
"Cogil,aku bisa tanya sesuatu sama kamu nggak?" tanya Aluna sambil melihat Saka dari kaca motor didepan.
"Apa?"
"Helm ini punya pacar kamu ya?"
"Kan udah gue bilang kalau itu punya lo, tantrum."
"Punyaku? Mana bisa! Ini kan helm kamu," sanggah Aluna yang merasa tidak masuk akal.
"Memang lo pikir gue cowok apaan mau pake helm kayak gitu?" tanya Saka dengan kekehan tawa dibibirnya. Namun kedua tangan dan kakinya masih bisa fokus mengendarai motor dan matanya melihat ke jalanan.
"Terus, ada alasannya kenapa helm ini jadi punya aku?" tanya Aluna heran.
"Iya, itu harus jadi punya lo."
"Why?" Aluna masih menanyakan apa alasannya Saka memberikannya helm ini.
"Lo kan suka hello Kitty, sedangkan gue nggak suka."
"Itu aja alasannya?" tanya Aluna lagi, dia berharap ada jawaban lain selain itu. Apalagi di helmnya ada motif hello Kitty, karakter kesukaannya.
"Karena...ya sayang aja gue dapat helm harga murah, tapi nggak kepake. Jadi gue kasih buat lo!" alibi Saka yang sebenarnya bohong. Dia sengaja memesan helm itu untuk Aluna, bahkan tanpa Aluna ketahui ada sesuatu dibagian dalam helmnya.
"Dih! Kirain kenapa!" decak Aluna kecewa, sebab jawaban Saka tidak sesuai ekspektasinya.
"Terus lo pikir kenapa? Lo mikir yang aneh-aneh ya?" goda Saka yang membuat bibir Aluna mencebik dan wajahnya semakin kesal.
"Apaan sih! Enggak ih. Emang aku mikir apaan ya?"
Walaupun Aluna berkilah, bahwa dia tidak memikirkan apa-apa. Tapi Saka cukup peka untuk mengetahui pikiran polos Aluna.
"Sabar ya, nanti saat waktunya tiba dan moment udah pas. Gue pasti bakal ngomong sama lo," ucap Saka.
"Ngomong apa?" tanya Aluna.
"Rahasia dong!" Saka terkekeh melihat wajah Aluna yang memilki banyak rasa penasaran.
"Nyebelin banget kamu cogil!" ejek Aluna.
"Tapi lo nggak nyebelin lagi tantrum," sahut Saka diselingi dengan candaan dan tawa.
Sehingga tanpa sadar, mereka akhirnya sampai dipanti asuhan. Disana Aluna dibuat takjub dan kagum, karena banyak anak panti asuhan yang menyambut kedatangan Saka dengan hangat.
"Hore! Kakak baik udah datang!"
"Kakak, mana kakak Riko, kak Calvin, sama kak Sandi? Nggak ikut juga ya?" tanya seorang anak laki-laki kepada Saka. Disinilah Aluna tahu, bahwa ketiga sahabat Saka juga suka datang kemari.
"Nggak, mereka lagi sibuk."
"Tapi kakak baik bawa pacarnya, ya?" ucap seorang anak perempuan sambil melihat ke arah gadis cantik dan imut yang berada disamping Saka. Aluna langsung tersentak kaget ,saat anak perempuan itu mengatakan dia adalah pacarnya Saka.
Ini pertama kalinya Saka membawa seorang teman perempuan ke panti asuhan. Maka dari itu, mereka heboh dan mengira Saka membawa pacarnya. Padahal teman perempuan bukan berarti pacar.
"Kakak cantik, kakak pacarnya kakak baik ya?"tanya seorang gadis kecil kepada Aluna yang membuat gadis itu bingung mau jawab apa.
"Calon pacar," jawab Saka sambil tersenyum. Sehingga dentuman jantung Aluna berdetak semakin kencang.
'Apa-apaan sih si cogil? Apa dia mau buat aku baper dengan ngomong kayak gini? Kok aku baper sih?'
****
πππ