Masa Kecil Kurang Bahagia
Siska Kim
Yo, whats up, njing.
Nita K.N
Anjim kasarnya ini human.
Amel Go
Masa kecil gue bahagia ya, sorry rakjel.
Leli Anti
Weh, grup apaan ini?
Rayaaa
Haha... nama grupnya asoy @Siska Kim
Siska Kim
Iya Kak, mantap kan haha…
Rena M
Guys, skuy main sini ke rumah.
Main tiktok kita.
Amel Go
Skuy gan, yang tarik sis.
Siska Kim
Semongko!
Rena M
Semongko! (2)
Rayaaa
Semongko! (3)
Leli Anti
Semongko! (4)
Nita K.N
Semongko! (6)
Rayaaa
WOY @Nita K.N kagak bisa ngitung lo?
Nita K.N
Maklum Kak, akibat sekolah online nih.
Amel Go
Curiga, kayaknya si @Nita K.N ini gak lulus.
Siska Kim
2in setuju gue.
Sejak pagi senyum Raya tidak pernah pudar, alasannya tidak lain karena isi chat teman-temannya yang begitu lucu. Ternyata mereka semakin lucu ketika bergabung seperti ini. Syukurlah, setidaknya dengan adanya grup chat tersebut, tali silaturahim di antara mereka embali terajut. Raya sangat mensyukuri hal itu.
Hari itu juga Siska mengusulkan akun YouTube yang akan mereka gunakan adalah akun YouTube yang sudah ada saja, yaitu milik Siska. Kebetulan jumlah subscriber-nya sudah lebih dari seratus. Mereka berlima tahu 100 itu angka yang masih sedikit, tapi tetap lumayan daripada harus mendapatkannya dari awal lagi.
Bagi Raya sendiri, jujur saja dia tidak begitu berharap dengan ini semua. Lagipula Raya tidak begitu paham tentang dunia per-YouTube-an. Satu-satunya hal yang membuatnya sangat berharap dengan ini adalah kembalinya pertemanan mereka. Kalaupun nantinya impian yang dirajut bisa terwujud, itu merupakan bonus terbaik bagi mereka.
***
Beberapa hari setelah rumusan di chat, mereka berkumpul di basecamp. Sebenarnya tempat itu hanya sebuah rumah pohon yang tidak begitu tinggi. Rumah pohon itu mereka sebut basecamp karena hanya dimasuki oleh mereka saja. Itu terletak di antara rumah Raya dan rumah Amel, di belakang rumah Amel adalah rumah Siska. Pembuat rumah pohon itu adalah pamannya Siska dan Amel, dia meninggal dunia sudah lama, saat itu Raya masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Sekarang ini tempatnya sudah diwariskan kepada mereka, jadi bisa disebut dengan basecamp, kan?
“Guys, gue bawa rujak dari Bu RT nih, mau nggak?”
Suara yang baru saja mengalir di udara itu praktis membuat Raya, Amel, dan Siska melongokkan kepala ke bawah. Di sana sudah ada Rena, Nita, dan Leli yang tengah melambaikan tangan. Mereka membawa dua kantung kresek hitam yang bisa ditebak pasti isinya rujak Bu RT.
“Ah kalian buruan naik, nggak sabar pengin makan rujak nih!" teriak Raya, lalu nyengir kuda.
“Buruan naik.”
Mereka bertiga mengangguk bersamaan, lalu menapaki tangga yang terpasang di pohon dengan hati-hati. Ketiga gadis yang sudah di atas sigap membantu menarik lengan yang akan naik, mencegah adanya kejadian yang mungkin membuat mereka terjatuh.
Mereka duduk melingkar sambil bersenda gurau, sedangkan Nita sibuk membuka dua bungkus rujak di tengah-tengah. Rujak buah Bu RT ini kesukaan mereka, seperti tidak ada yang bisa menandingi rasa pedasnya, kecuali Siska yang tidak begitu suka makanan pedas.
“Kapan kita bikin konten?” tanya Nita mengawali percakapan setelah selesai membuka dua bungkus rujak.
Raya mengambil potongan buah mangga dan menggantungnya di depan mulutnya. Sebelum memasukannya ke dalam mulut, Raya menyempatkan diri untuk membalas ucapan Nita.
“Gue mau ah, dance kuy. Gue mau bikin vidio dance cover gitu.”
“Kak Ray belajar gerakannya dulu sampai bisa, nanti ajarin kita, haha.”
Raya melemparkan tatapan tajam ke arah Siska yang tadi bersuara. Sampai-sampai kunyahannya harus berhenti karena ucapan gadis itu. “Gue sih maunya kita ngevlog ala-ala gitu.”
“Apa aja deh gue mah, yang penting meluncur," sahut Amel.
Raya juga mengangguk. “Setuju gue.”
“Gimana kalau kita kunjungi pantai yang bekas pesantren itu, wisata baru masih belum banyak yang tahu, guys!" kata Rena.
Raya dan yang lainnya mengangguk tanda setuju. Bagus juga idenya.
“Wah bener tuh, selain bisa bikin konten, kita juga bisa sekalian liburan. Yuhuuu!" seru Amel.
Siska mengangguk, sementara tangannya sibuk men-scroll ponselnya. “Beruntung guys, masih belum ada yang ngevlog pantai itu. Skuy gaskeun…!”
“Nah, selain liburan kita juga bisa membuat wisata alam di kota kita dikenal banyak orang sebagai wisata baru yang tak kalah bagus," tambah Raya.
“Uwaaaah.” Nita, Amel, Rena, Siska, dan Leli bersamaan memberikan ibu jari mereka pada yang lebih tua.
“Apaan sih haha...," balas Raya dengan tawa garing.
“Oh ya, ngomong-ngomong nama channel kita tetep nama Siska?” tanya Rena.
Siska menggeleng cepat. “Janganlah, kalian mau cuma nama gue aja yang viral?”
Raya dan Amel tertawa bersamaan. Sementara itu Nita mencolek lengan Raya setelah tiga detik berlalu. Otomatis gadis yang lebih tua menoleh padanya dengan mengangkat kedua alis.
“Kak Ray kan penulis, dia pasti punya nama yang bagus buat kita.”
“Ayo, Kak, bikin!" pekik Leli.
“Apa ya?”
Raya mencoba memikirkan satu nama yang sekiranya mewakili mereka berenam. Sambil memperhatikan rujak Bu RT yang hanya tersisa beberapa potong buah saja. Kemudian benar-benar tandas dihabiskan oleh Rena.
“Eh, nanti di sana bikin tiktok ya," ajak Rena.
Nita dan Amel berseru. “Skuy!”
Skuy?
Agaknya kata itu seperti sebuah ikon bagi mereka. Entah apa yang tengah Raya pikirkan, tapi mendengar mereka menyerukan kata itu sepertinya menyenangkan. Jadi, Raya kemudian menjentikkan jarinya hingga kelima teman-temannya yang lebih muda terdiam dan fokus menatap gadis itu.
“Gue tahu apa nama yang cocok buat kita.”
“Apa apa apa?” Amel berseru sambil memajukan posisi duduknya.
Pertama-tama Raya menatap mereka satu persatu, lalu menghela napas dengan perlahan. Semoga saja apa yang keluar dari mulutnya akan mereka sukai.
“Skuy Squad,” katanya cepat.
“Kenapa namanya skuy?” tanya Siska.
Raya mengedikkan bahu. “Karena sepertinya kata skuy sering banget kita ucapkan. Setiap kali di antara kita mengajak sesuatu, maka kita selalu membalasnya dengan kata skuy. Jadi kita ini Skuy Squad.”
“Setuju!” Nita berteriak dengan mengacungkan lengan kanannya.
“Tambah 46 deh, biar jadi Skuy Squad 46," tambah Siska.
Rena yang duduk di sebelah Siska pun mencolek bahu gadis itu. “Wait, 46 itu apa artinya?”
“RT 04, RW 06, 10… nomor rumahku~~” kata Siska dengan bernada.
Setelah itu tidak ada lagi yang menyela. Mereka memutuskan untuk memakai nama itu, seperti yang mereka pikirkan, namanya unik dan berciri khas.