Read More >>"> Di Antara Mereka (Chapter 18) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Di Antara Mereka
MENU 0
About Us  

  Pepohonan bergoyang pelan menghasilkan udara yang menyusup ke sela pori-pori Mita. Terasa sejuknya hingga ke hati yang kini berbunga-bunga. Menatap cowok tampan yang berjongkok menggenggam sebuah buket bunga. Seperti yang kita tahu, Kenzie baru saja melontarkan pertanyaan tentang hubungan asmara pada Mita. Hal itu masih mengangkat sudut bibirnya hingga kepala Mita mengangguk. 

  "Ya, aku mau menjadi pacar kamu!" jawab Mita menerima buket tersebut. 

  Kenzie lantas berdiri. "Terima kasih banyak ya, Sayang!" ucap Kenzie tersenyum manis. 

  "Sama-sama Sayang. Ayo kita masuk!" Mita menggenggam tangan Kenzie dan membawanya masuk. Sofa di ruang tamu menjadi tujuan mereka untuk duduk bersama. 

  "Jujur, aku udah lama suka sama kamu. Aku cinta sama kamu. Dan hari ini, aku putuskan ke sini untuk nembak kamu!" ungkap Kenzie. Sudut bibir Mita terangkat. 

  "Lalu, apa yang kamu suka dariku?" tanya Mita. Kenzie menatap gadis di sampingnya tersebut. Terasa beruntung ia dapat memiliki hati Mita. Tiada hal yang dapat diungkapkan Kenzie selain kebahagiaan yang kini memenuhi hati dan pikiran. Sungguh bahagia Kenzie dapat menatap wajah cantik Mita dari dekat. Kenzie akan menikmati momen ini. Tak akan ia pergi dari rumah ini sebelum puas menatap kecantikan Mita. 

  "Aku suka segalanya dari kamu!" jawab Kenzie. 

  "Segalanya? Apa itu?" tanya Mita mengerutkan kening. Rasa penasaran masih bertengger di benaknya. Teringin Mita tahu alasan Kenzie menyukainya. 

  "Segalanya. Mulai dari kecantikan kamu, kepintaran kamu, kebaikan kamu. Pokoknya segalanya!" jawab Kenzie ceria.

  "Owwwwhhhhh...." jawab Mita mengangguk-angguk. Ia mencintai Kenzie dari hati tanpa memandang sisi apapun. "Sebentar ya Sayang, aku mau bikin minuman dulu!" Mita beranjak dari sofa. 

  "Mau bikin apa Sayang?" tanya Kenzie. 

  "Es jeruk!" Mita menjawab sembari berjalan ke dapur. 

  "Bikin segelas aja ya!" pinta Kenzie. 

  "Iya Sayang!" jawab Mita menapaki lantai dapur. Kulkas menjadi benda pertama yang ia sentuh. Dibukanya pintu benda itu yang menampakkan beragam minuman, buah-buahan, sayur-sayuran dan beberapa potong daging. Mita meraih sebuah jeruk yang lantas ia kupas kulitnya. 

  Tak butuh waktu lama untuk menyajikan es jeruk di meja tamu. "Lah, di mana sedotannya?" tanya Kenzie menatap tangan Mita yang mengangkat gelas dari nampan. 

  "Eh... Astaga, lupa Sayang! Maaf ya. Aku ambil sekarang!" jawab Mita tersipu malu. Gadis itu berbalik badan dan berjalan ke dapur. Tanpa lupa meletakkan nampannya, Mita kembali menjumpai Kenzie sembari membawa 2 buah pipet. 

  "Nih!" Mita memberikan benda itu pada Kenzie yang lantas meletakkannya ke gelas. 

  "Segelas buat kita berdua!" Kenzie mengangkat gelas berisi es jeruk. "Mendekatlah!" pinta Kenzie pada Mita. Mita mendekatkan wajah pada minuman tersebut. "Ayo minum bersama!" Bersama dengan Mita, Kenzie pun memasukkan ujung pipet ke mulut. Pandangannya tak lepas dari sepasang mata Mita yang kini menatapnya berbinar. 

  Slurrrppp..... 

  Es jeruk dapat dihabiskan oleh sepasang kekasih yang tak kunjung melepas pandangan sesama. Sudut bibir Mita masih terangkat dengan sedotan yang menembus sela bibirnya. Matanya masih berbinar menatap Kenzie yang teramat bahagia. 

  Hanya kerjapan mata Mita yang menyadarkan Kenzie dari perbuatan itu. Cowok itu sontak melepas pipet dari mulutnya "Astaga...." Kenzie mengerjapkan mata berkali-kali. 

  "Kenapa Sayang?" tanya Mita menampakkan gigi ratanya. 

  "Astaga... Aku lupa kalau kita udah pacaran... Makanya aku terkejut. Seingatku tadi, kita bukan siapa-siapa, jadi aku putuskan kontak mata!" jelas Kenzie menghela napas. Mita meraih gelas kosong di hadapannya. 

  "Kamu ada-ada aja deh, Say!" jawab Mita berdiri lantas meletakkan benda itu ke westafel dapur. Kenzie yang merasa sungkan untuk mengikuti Mita pun hanya diam. Dirasa kurang sopan jika Kenzie melihat-lihat ruangan lain di rumah Mita. Sebab dirinya bukanlah bagian dari keluarga itu. Maka, tak ayal jika membuatnya memilih sendiri di sofa hingga Mita kembali.

                                ๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน

  Matahari telah pergi, cerah pun berganti gelap. Hanya ada indurasmi dan gemerlap bintang yang menghiasi malam temaram. Namun, tak dapat dinikmati oleh dua insan yang setia berada di kamar 12E. Siapa lagi jika bukan Mina dan Lica? Mina setia menjaga Lica siang dan malam lantaran gadis itu tak kunjung sadar dari koma. Sebab hanya dia harapan Mina satu-satunya. Hanya dia satu-satunya generasi penerus Mina. Sangatlah sedih jika harus melihatnya koma. Mina sangatlah cemas mendapati kondisi terkini sang putri. Tidaklah ingin ia kehilangan darah dagingnya itu. Tidaklah ingin ia berpisah dengan sang putri. Lica dapat sembuh seperti sediakala. Hanya itu harapan Mina, tak ada yang lain. Namun bisakah? Entahlah, Mina sendiri tak tahu. Wanita itu hanya mampu berdo'a memohon kebaikan pada Yang Kuasa. Seperti kini ia menengadahkan tangannya yang tertutup mukena. Dengan tatapan ke atas, Mina mengutarakan kegundahan hati pada Sang Maha Kuasa. "Ya Allah.... Sembuhkanlah anak hamba seperti sediakala. Sehatkanlah dia selalu. Bahagiakan dia selalu. Ya Tuhanku, hamba sangat sedih melihat kondisi anak hamba yang tak sadarkan diri. Hamba rindu senyumannya, Ya Allah. Hamba rindu suara dan keceriaannya. Hamba rindu segalanya tentang Lica, anak hamba, Ya Allah. Wujudkan harapan hamba untuk dapat melihat kesembuhan anak hamba. Aamiin... Aamiin Ya Rabbal alamin!" do'a Mina seraya mengusap wajahnya dengan tangan di mukena. Ia melepas pakaian suci yang lantas dilipat dengan rapi. 

  Mina menempati kursi di dekat brankar Lica. Tangan kanannya mengusap lembut puncak kepala Lica. "Semoga besok, Mama bisa melihat kamu ceria lagi ya, Sayang. Mama harap kamu cepat sadar supaya kita bisa bercerita seperti biasanya itu. Mama ingin tahu awal mula kejadian yang membuat kamu seperti ini Nak. Ayo, cepatlah bangun Sayangku!" Mina berbicara dengan mulut yang mendekati telinga sang putri. "Mama sudah lelah melihat kamu seperti ini. Cepatlah sadar dan sembuh seperti sediakala. Mama mau tidur dulu!" Mina beranjak dari kursi. Sofa panjang sana menjadi tempat nyaman untuknya beristirahat. 

Thik... 

Thik... 

Thik... 

    ***

  Jarum jam terus berputar. Tanpa terasa, kini telah menunjuk pukul 01.50. Mina hanyut di alam mimpinya. Tidaklah ia tahu bahwa jari telunjuk Lica bergetar pelan. Gadis itu masih memejamkan mata. Perlahan namun pasti, jari tengah dan jari manisnya bergerak mengikuti getaran telunjuk yang naik turun. 

  Tak butuh waktu lama untuk Lica membuka mata. Jam dinding yang menunjuk pukul 02.00 menjadi objek yang pertama kali dilihatnya. Barulah kini, pandangannya beredar pada langit-langit ruangan yang bernuansa putih itu. Perlahan namun pasti, Lica menoleh ke kanan dan mendapati Mina yang tertidur nyenyak. "Mama...." ucapnya lemah. Namun, tak dijawab oleh wanita itu. "Bagaimana aku bisa di sini ya?" tanya Lica dalam hati. Tidaklah ia tahu tentang perjalanannya ke rumah sakit ini. Wajar saja. Mengingat Lica tak sadarkan diri dari rumah membuatnya tak tahu perjalanan hingga ke sini. Rasa penasaran yang menyelimutinya harus ia tahan hingga pagi hari. Usai Mina keluar dari alam mimpinya. Barulah, Lica dapat bertanya. Namun, keterkejutan Mina mendapati mata Lica terbuka, menjadi penghalang gadis itu untuk bertanya. 

  "Lica... Anakku!" kejut Mina sontak berlari memeluk sang putri. "Sayang... Akhirnya kamu bangun juga... Mama sudah lelah melihat kamu koma Nak. Akhirnya kamu sadar!" ucap Mina bahagia. 

  "Mama... Bagaimana aku bisa di sini?" tanya Lica bersuara lemah. 

  "Awalnya mama temukan kamu tidak sadarkan diri di kamar dengan darah yang bercucuran dari lenganmu. Dan Mama langsung minta tolong tetangga buat bawa kamu ke sini. Kamu sempat pendarahan, koma dan harus mendapatkan donor darah. Hingga akhirnya Mama yang mendonorkan darah Mama untuk kamu. Setelah itu pun kamu masih koma dan Mama selalu menunggu kamu di sini hingga akhirnya sekarang kamu bisa bangun, Nak. Alhamdulillah!" jelas Mina mengusap-usap bahu Lica. Wanita itu pun menempati kursi di belakangnya. 

  "Terima kasih banyak Mama sudah berkorban untukku," ucap Lica. 

  "Sama-sama Nak. Mama bahagia kamu bisa sadar. Karena hanya kamu harta berharga satu-satunya yang Mama punya. Dan kamu satu-satunya harapan Mama Nak. Mama berharap kamu bisa sembuh seperti sediakala!" jawab Mina. 

  "Aku pasti sembuh kok, Ma!" Lica mengukir senyum singkat. 

  "Sekarang, Mama ingin bertanya sama kamu!"

  "Apa itu Ma?" tanya Lica tetap bersuara lemah. 

  "Bagaimana lengan kamu bisa terluka parah?" Mina bertanya balik. 

  Dengan suara terpatah-patah, Lica menceritakan hal yang membuatnya nekat untuk menyayat lengan sendiri. 

  "Alah... Gio lagi... Gio lagi!" respon Mina sontak beranjak dari kursi. "Mama nggak habis pikir sama anak itu. Apa tidak ingat kalau kita sudah menyelamatkan dia dan Ibunya dari ancaman maut?" omel Mina. 

  "Aku tidak tahu Ma."

"Ayo Sayang. Kamu harus sembuh secepatnya biar kita bisa datengin rumahnya. Mama ingin mendengarkan respon Rati tentang sikap Gio pada kamu, itu!" Mina mengangkat tangan kanan yang mengepal sebagai tanda pemberi semangat untuk Lica. 

  "Iya Ma. Mama do'akan yang terbaik aja!" jawab Lica. 

  "Mama selalu mendoakan kamu yang terbaik!"

  "Terima kasih Mama sudah selalu ada di sampingku, Mama sudah selalu mendukung aku, menguatkan aku dalam kondisi apapun!" ucap Lica lembut. 

  "Sama-sama Nak. Pokoknya kamu harus cepat sembuh ya!" jawab Mina mengusap lembut kepala Lica. 

  "Iya Ma!" Lica mengangguk. 

  "Kamu di sini dulu ya, Mama mau keluar beli makanan!" pamit Mina diangguki Lica. Gadis itu menatap punggung Mina yang lantas menghilang bak ditelan pintu. Dalam kesendirian, Lica mengingat insan yang dicintainya pernah menyakitinya. Gio Antaraska. Itulah namanya. Terbesit dalam benaknya jika hubungan asmaranya putus. Lica tak ingin berlama dalam hubungan tanpa cinta dari kekasihnya. Namun, hatinya tetap berpihak pada Gio seorang. Tak ada yang lain sehingga terasa berat untuk melepaskan. Mengingat wajah manisnya saja, mampu menggetarkan hati Lica. Meski Gio tak seputih para cowok diluar sana. Namun, dia memiliki wajah khas yang sangat menarik dimata para cewek. Termasuk senyumnya. Menurut Lica, tak ada cowok lain yang tersenyum semanis Gio. Mata indahnya yang kerap mengerjap dengan sudut bibir yang terangkat, mampu memikat hati Lica. Kulit sawo matang dengan hidung yang sangat mancung, itulah pemikat paling mujarab. Seolah ada magnet di wajah Gio yang selalu menjadi daya tarik bagi para cewek, termasuk Lica. Ia merasa paling beruntung daripada cewek di luar sana. Sahabat Gio saja, tak mampu menjadi kekasihnya. Lica yang awalnya bukan siapa-siapa, mampu menjadi kekasih satu-satunya di hati Gio. Meski hal itu terjadi karena hutang Rati. Namun setidaknya, Lica tetap bangga dapat mendapatkan hati Gio. 

  Dalam kondisinya saat ini, pikiran Lica sempat terbuai pada Gio. Kerinduan pun bertengger di benaknya. Lica rindu dengan wajah manisnya. Tak sabar lagi untuknya berjumpa dengan cowok itu. Namun, mengingat Gio juga membuatnya sakit, Lica malas untuk berbicara dengan dia. Ia hanya rindu wajah Gio, bukan obrolan dengan Gio. Sebab obrolannya dengan Gio yang menyakitkan itu masih terpampang jelas di benaknya. Maka, tak pelak jika Lica masih malas mengobrol dengan Gio.

  "Lica... Ini Mama belikan makanan untuk sarapan kamu, Sayang!" ucap Mina kembali menutup pintu ruangan. Hal itu sontak menyadarkan Lica dari lamunannya. 

  "Terima kasih banyak Ma!" jawab Lica. 

  "Sama-sama!" Mina mengeluarkan dua bungkus pecel ayam untuknya dan sang putri. "Mau Mama suapin?" Lica mengangguk. Mina pun membuka sebungkus makanan itu untuk Lica. 

  Wanita itu dapat mengisi perutnya usai makanan Lica habis. 

                               ๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน

  "Sayang, aku bahagia banget bisa memiliki kamu!" ungkap Kenzie menatap Mita yang duduk di sampingnya. 

  "Emang boleh sebahagia itu?" tanya Mita melirik Kenzie dengan senyuman. 

  "Boleeeeeeeh!" jawab Kenzie beralih menatap pephonan dengan daun-daun yang bergoyang pelan. Oksigen yang dihasilkannya mampu memasuki paru-paru Mita dan Kenzie. Kesejukan udara pagi ini sangat terasa hingga ke hati. Sepasang kekasih itu pun merasa nyaman berada di sana. Waktu istirahat sekolah akan mereka habiskan di taman itu. 

  "Apa yang membuat kamu sebahagia itu?" tanya Mita. 

  "Karena aku berhasil mendapatkan hati kamu. Aku berhasil mengungkapkan perasaanku yang cukup lama aku simpan dari kamu. Sekarang, aku mendapatkan kebahagiaan yang sulit ku ungkapkan dengan kata. Intinya terima kasih sudah mau menjadi kekasihku!" jawab Kenzie. 

  Mita beralih menatap sang kekasih. Sudut bibirnya terangkat dengan mudah. "Aku juga bahagia bisa memiliki kamu dan menjadi kekasihmu!" ungkap Mita. 

  "Aku akan selalu menjaga kamu. Tidak akan aku biarkan siapapun menyakitimu!" ucap Kenzie. 

  "Tapi... Apa kamu tidak malu memilikiku?" tanya Mita sedikit gerogi. 

  "Malu? Apa yang harus aku malukan dari kamu?" Kenzie bertanya balik. 

  "Aku punya kesukaan yang mungkin tidak kamu sukai," jawab Mita menunduk. 

  "Apa itu?" Kenzie bertanya penasaran. Tatapannya tetap tertuju pada Mita, meskipun gadis itu tak membalasnya. Sebab ia sedikit gerogi untuk menceritakan kesukaannya nanti. 

  "Aku suka menonton anime!" jawab Mita mengecilkan suaranya. 

  "Buat apa aku malu? Meskipun aku, tidak pernah melihat itu. Namun, aku juga tidak membenci itu. Apapun kesukaan kamu adalah hak kamu. Dan aku tidak melarang ataupun membencinya. Tetap ku hargai semua kesukaanmu meski tak sama denganku!" jelas Kenzie. Barulah Mita berani menatap kekasihnya lagi. Hatinya terasa tenang usai mendengar penjelasan tersebut. Mita menggenggam tangan Kenzie. Sepasang matanya fokus pada bola mata Kenzie yang menampilkan wajahnya. 

  "Terima kasih banyak ya Sayang. Aku tidak nyangka kalau kamu sebaik ini!" ucap Mita. 

  Kenzie menyelipkan anak rambut Mita ke belakang telinga. "Sama-sama cantikku!" jawabnya dengan tulus.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Singlelillah
1306      623     2     
Romance
Kisah perjalanan cinta seorang gadis untuk dapat menemukan pasangan halalnya. Mulai dari jatuh cinta, patah hati, di tinggal tanpa kabar, sampai kehilangan selamanya semua itu menjadi salah satu proses perjalanan Naflah untuk menemukan pasangan halalnya dan bahagia selamanya.
Ayugesa: Kekuatan Perempuan Bukan Hanya Kecantikannya
7342      2218     204     
Romance
Nama adalah doa Terkadang ia meminta pembelajaran seumur hidup untuk mengabulkannya Seperti yang dialami Ayugesa Ada dua fase besar dalam kehidupannya menjadi Ayu dan menjadi Gesa Saat ia ingin dipanggil dengan nama Gesa untuk menonjolkan ketangguhannya justru hariharinya lebih banyak dipengaruhi oleh keayuannya Ketika mulai menapaki jalan sebagai Ayu Ayugesa justru terus ditempa untuk membu...
Hei, Mr. Cold!
315      259     0     
Romance
"Kau harus menikah denganku karena aku sudah menidurimu!" Dalam semalam dunia Karra berubah! Wanita yang terkenal di dunia bisnis karena kesuksesannya itu tak percaya dengan apa yang dilakukannya dalam semalam. Alexanderrusli Dulton, pimpinan mafia yang terkenal dengan bisnis gelap dan juga beberapa perusahaan ternama itu jelas-jelas menjebaknya! Lelaki yang semalam menerima penolakan ata...
ZAHIRSYAH
5905      1784     5     
Romance
Pesawat yang membawa Zahirsyah dan Sandrina terbang ke Australia jatuh di tengah laut. Walau kemudia mereka berdua selamat dan berhasil naik kedaratan, namun rintangan demi rintangan yang mereka harus hadapi untuk bisa pulang ke Jakarta tidaklah mudah.
Yang Terindah Itu Kamu
8978      3149     44     
Romance
Cinta pertama Aditya Samuel jatuh pada Ranti Adinda. Gadis yang dia kenal saat usia belasan. Semua suka duka dan gundah gulana hati Aditya saat merasakan cinta dikemas dengan manis di sini. Berbagai kesempatan juga menjadi momen yang tak terlupakan bagi Aditya. Aditya pikir cinta monyet itu akan mati seiring berjalannya waktu. Sayangnya Aditya salah, dia malah jatuh semakin dalam dan tak bisa mel...
Chrisola
806      504     3     
Romance
Ola dan piala. Sebenarnya sudah tidak asing. Tapi untuk kali ini mungkin akan sedikit berbeda. Piala umum Olimpiade Sains Nasional bidang Matematika. Piala pertama yang diraih sekolah. Sebenarnya dari awal Viola terpilih mewakili SMA Nusa Cendekia, warga sekolah sudah dibuat geger duluan. Pasalnya, ia berhasil menyingkirkan seorang Etma. "Semua karena Papa!" Ola mencuci tangannya lalu membasuh...
The Hospital Lokapala (Sudah Terbit / Open PO)
7635      2655     12     
Horror
"Kamu mengkhianatiku!" Alana gadis berusia 23 tahun harus merasakan patah hati yang begitu dalam.Tepat pada tahun ke 3 jadian bersama sang tunangan, pria itu malah melakukan hal tak senonoh di apartemennya sendiri bersama wanita lain. Emosi Alana membeludak, sehingga ia mengalami tabrak lari. Di sebuah rumah sakit tua yang bernama Lokapala, Alana malah mendapatkan petaka yang luar biasa. Ia har...
Cinta Wanita S2
5111      1456     0     
Romance
Cut Inong pulang kampung ke Kampung Pesisir setelah menempuh pendidikan megister di Amerika Serikat. Di usia 25 tahun Inong memilih menjadi dosen muda di salah satu kampus di Kota Pesisir Barat. Inong terlahir sebagai bungsu dari empat bersaudara, ketiga abangnya, Bang Mul, Bang Muis, dan Bang Mus sudah menjadi orang sukses. Lahir dan besar dalam keluarga kaya, Inong tidak merasa kekurangan suatu...
EFEMERAL
118      107     0     
Romance
kita semua berada di atas bentala yang sama. Mengisahkan tentang askara amertha dengan segala kehidupan nya yang cukup rumit, namun dia di pertemukan oleh lelaki bajingan dengan nama aksara nabastala yang membuat nya tergila gila setengah mati, padahal sebelumnya tertarik untuk melirik pun enggan. Namun semua nya menjadi semakin rumit saat terbongkar nya penyebab kematian Kakak kedua nya yang j...
The Hallway at Night
4389      2077     2     
Fantasy
Joanne tak pernah menduga bahwa mimpi akan menyeretnya ke dalam lebih banyak pembelajaran tentang orang lain serta tempat ia mendapati jantungnya terus berdebar di sebelah lelaki yang tak pernah ia ingat namanya itu Kalau mimpi ternyata semanis itu kenapa kehidupan manusia malah berbanding terbalik