Read More >>"> Di Antara Mereka (Chapter 7) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Di Antara Mereka
MENU 0
About Us  

  "Kalau begitu, Ibu mau pulang aja Yo. Ibu nggak mau lama-lama di sini biar bisa cari uang buat lunasin hutang ke Bapak!" respon Rati berekspresi cemas usai  mendengar cerita dari Gio tentang Juntar yang meminta kompensasi. 

  "Jangan dulu Bu!" cegah Gio dilema. Mengingat Juntar yang hanya memberi waktu 3 hari untuk membayar hutang membuatnya pusing 7 keliling. Cowok itu tak dapat berbuat apapun selain duduk sembari memegang kepala. Begitupun dengan Rati yang kini terdiam sempurna. Dua insan itu sama-sama hanyut dalam lamunan. 

  Cklek.... 

  "Permisi." Terbukanya pintu ruangan sontak membuyarkan lamunan Rati yang langsung mendapati dua insan familiar. 

  "Hai... Gio, aku bawain kamu martabak nih!" sapa Lica meletakkan kantong berisi martabak di sofa samping Gio. 

  "Hai Rati. Kamu kenapa murung?" tanya Mina mengambil duduk di samping sahabatnya. Tanpa ragu, Rati meluapkan kegundahan hati pada Mina. 

  Sementara Gio masih setia melamun tanpa memedulikan Lica yang duduk bersamanya. Gadis itu merasa heran dengan tatapan kosong Gio. "Gio... Gio!" Cowok berambut ikal itu tersadarkan oleh tepukan punggung dari Lica. 

  "Mita... Kamu di sini?" tanya Gio terbelalak menatap cewek di hadapannya itu. Sebuah pelukan ia berikan untuk Lica yang langsung berekspresi murung. 

  "Gio... Aku Lica bukan Mita!" ucap Lica dengan lirih. Tanpa sadar, bulir air mata menetes seketika. Mengingat ia mendapat pelukan dari Gio yang menganggapnya Mita. Lica merasa disamakan dengan cewek itu. Dan ia tak mau sehingga rasa kesal terselip di otaknya. 

  "Mita.... Aku rindu kamu, selama ini kamu ke mana aja?" Gio mengeratkan pelukan. 

  "Gio cukup! Sadarlah! Aku bukan Mita!" bentak Lica spontan berdiri. Cowok berusia 15 tahun itu tersadar seketika. Sepasang matanya terbelalak menatap Lica yang melempar tatapan tajam untuknya. Hal itu menyita perhatian dari dua Ibu di ruangan itu. 

  "Astaga... Aku salah orang! Aku telah berhalusinasi!" batin Gio. "Maaf... " ucap Gio menunduk. 

  "Maaf-maaf. Apa-apaan sih, kamu ini?" 

  "Kamu keterlaluan, Gio!" bentak Rati yang telah mengamati mereka sejak tadi. "Kenapa kamu masih mikirin cewek itu sih? Ingatlah, sekarang ada Lica di sampingmu. Kamu harus mencintai dan menyayangi dia, jangan cewek lain. Ibu sudah minta kamu buat pacaran sama Lica, kamu ingat itu! Jadilah anak penurut, jangan durhaka!" omel Rati meluapkan kekesalan. Jujur, ia malu dengan Mina kali ini. Mengingat tingkah laku sang anak yang berhalusinasi hingga membuat Lica emosi. 

  "Maaf.." Kebingungan membuatnya kehabisan kata untuk berbicara sehingga hanya kata itu yang dapat Gio lontarkan.

  "Maaf... Maaf. Kamu itu memalukan!" gerutu Rati menusuk hati Gio. Sungguh, tak disangka. Rati yang selama ini sangat sabar menghadapi Gio dapat runtuh hanya karena hal sepele. Entah jompa-jampi apa yang diberikan Lica untuk Rati. Gio tak tahu itu. Yang pasti, rasa heran terasakan hingga ke ubun-ubun. Gio tak habis pikir dengan sang Ibu yang sikapnya berubah sejak Lica dan Mina kerap mendatanginya. Mungkinkah, ia terpengaruh dengan ucapan-ucapan Mina yang tak diketahui Gio selama ini? Ibu kandung Lica itu memang kerap menceritakan kebaikan Lica pada Rati. Ia sempat mengungkapkan kebanggaannya memiliki Lica yang dapat dibilang penurut. Rati selalu merespon dengan anggukan dan senyuman kala itu. 

  Gio sendiri merasa malu dengan tingkahnya tadi. Tiada hal yang dapat ia lakukan selain pergi dari sana. Tak peduli harus meninggalkan Rati dengan mereka. Yang penting, ia dapat menenangkan diri. 

  "Mama... Ayo pulang. Aku nggak mau lama-lama di sini, hawanya sudah panas!" ungkap Lica disetujui Mina yang langsung berpamitan pada Rati. Hal itu sontak menambah kekesalan Rati pada Gio. Lihatlah, karena anak itu Rati sendirian di sana. Teringin ia memarahi Gio. Namun, cowok itu tak di sana. Huft... Sudahlah, Rati lelah dengan semuanya. 

                               ๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน

  Beberapa adegan anime telah melarutkan Mita dalam kesenangan. Ia tak peduli dengan jarum intravena yang menempel di punggung tangannya. Keceriaan mulai muncul di wajah Mita. Perlahan namun pasti, rasa pusing di kepala mulai memudar. Tawa kecilnya di setiap adegan jenaka film anime seolah melenyapkan rasa sakit di badannya. Sebab Mita tak mempedulikan sakit itu dan memilih fokus pada tontonan favoritenya. 

  Lani yang selalu berekspresi cemas sejak 2 hari lalu sontak tersenyum menatap keceriaan sang putri yang telah kembali. Meski, kesehatan Mita belum pulih. Namun, tawa kecilnya menggambarkan kondisi yang semakin baik. Mita menghabiskan hari Minggu di ruangan 14D rumah sakit rawa buata dengan menonton film anime. Tak heran, ia adalah pecinta anime yang merupakan keturunan Miko. 

  Kehadiran Miko mengalihkan atensinya dari layar handphone. "Papa beliin kamu chicken katsu dan takoyaki, ini! Kamu makan ya!" Miko meletakkan dua bungkus makanan kesukaannya di nakas. Sengaja ia membeli makanan favourite Mita agar gadis itu bahagia dan lekas sembuh seperti sediakala. Mita sangat suka dengan pemberian Miko tersebut. Dua insan itu memang gemar mengonsumsi makanan Jepang. 

  Mita, Miko dan Lani menikmati makan malam bersama. Suasana kali ini sangat berbeda dengan biasanya. Terdengar suara bising dari luar dan aroma kurang sedap khas rumah sakit menjadi sedikit gangguan bagi tiga insan itu. Meski begitu, mereka tetap lahap memakannya. Seperti Mita yang tak peduli jika mual nanti.

  Tak butuh waktu lama gadis itu menghabiskan dua jenis makanan sekaligus. Namun, asumsi awalnya benar. Rasa mual terasa menggulung perut datarnya. Makanan yang telah ditelan tak ingin lenyap begitu saja, melainkan mendesak untuk keluar. Lani tak tinggal diam mendapati itu. Tangan kanannya meraih kantong plastik hitam di laci yang langsung ia posisikan di bawah mulut Mita. Dan benar saja, gadis berhidung mancung itu memuntahkan semua isi perut.

  Mita merasa lega seusainya. Ia menatap punggung Lani yang hendak membuang kantong plastik berisi itu. Sungguh, sabar seorang Lani yang setia melayani Mita tanpa mengeluh sedikitpun.

                                ๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน

  Di suatu tempat, tampak seorang cowok yang menggeledah isi rumahnya sendiri. Siapa lagi jika bukanGio Antaraska? Cowok itu tengah mencari handphone yang ia lupakan keberadaannya. Dua lemari di ruangan yang berbeda telah Gio telusuri isinya. Namun, tak kunjung menemukan benda pipih itu. Kemudian, ia buka deretan laci yang tertempel di nakas. Berharap dapat menemukan handphone kesayangan, ternyata tidak. Gio tak putus asa, cowok itu mendekati kasur sembari memeriksa kolong yang kosong. Tangan kanannya beralih mengangkat tumpukan bantal di ranjang. Ia berhasil menemukan handphone di sana. 

  Jemarinya sontak bergerak membuka whatsapp yang telah lama tak dilihatnya. 

  Klunthing.... 

  Beberapa pesan dari Mita memasuki handphone-nya seketika. Pesan itulah yang dikirim Mita sebelum mendatangi ruangan Rati beberapa hari lalu.

  Hati Lio seolah tersentuh usai membaca isi pesan. Dari situ ia tahu bahwa cewek itu sangat mengkhawatirkannya hingga beberapa kali bertanya kabar. Namun, awalnya Gio tak tahu. Gio menyesal telah meninggalkan handphone di rumah. Sebab hal itulah yang menghalangi komunikasinya dengan Mita. Telah banyak pesan dari Mita. Kini, giliran Gio untuk membalasnya. 

  Gio : Mita, aku tidak baik-baik saja tanpa kamu, Mita! Tolong kembali padaku, jangan menjauh dariku!

  Gio memasukkan handphone ke saku. Kakinya melangkah keluar rumah tanpa lupa menutup pintu. Cowok itu kembali ke rumah sakit dengan berjalan kaki. 

  Rati menyodorkan kantong plastik hitam berisi sesuatu sebagai sambutan kembalinya Gio di sana. "Apa ini Bu?" tanya Gio menatap Rati penuh dengan penasaran. 

  "Bayarkan ini ke Bapakmu, Ibu nggak mau mati!" ucap Rati mengejutkan Gio. 

  "Ini duit darimana Bu?" tanya Gio tak kunjung menerima kantong itu. 

  "Sudahlah tidak usah banyak tanya, cepat, kamu bayarkan ke Juntar!" jawab Rati seolah meminta Gio untuk diam. Cowok itu tak dapat membantah sehingga terpaksa menuruti imperatifnya tersebut. 

  Sejurus dengan bukanya pintu ruangan 14B, seorang pria dengan stetoskop di leher tengah berjalan mendekati Rati. "Permisi Ibu Rati, boleh saya periksa Ibu, sekarang?"

  "Silakan dok," jawab Rati lantas membiarkan dokter itu menempelkan alat pemeriksaan di tubuhnya. Pria itu memeriksa tekanan darah Rati yang kembali normal. 

  "Tekanan darah Ibu sudah kembali normal, dan dapat pulang besok!" ucap dokter diangguki Rati.

  "Baik, terima kasih dokter!" 

  "Kalau begitu saya permisi," pamit sang dokter lalu pergi. 

  ****

  Tak terasa matahari telah terbenam. Malam hari kembali menyapa para insan di Indonesia. Cahaya lampu telah menyinari ruangan 14B yang masih ditempati Rati. Rasa bersalah mengisi benaknya  karena memaksa Gio untuk mengembalikan uang pada Juntar. Alhasil, cowok itu tak kunjung kembali hingga malam ini. Terhitung sudah 3 jam Gio meninggalkan Rati di sana. Tatapan kosong Rati menjadi pertanda kesepiannya. Tak hanya itu, pikiran yang semula tenang, kini menjadi resah. Terlintas di benaknya sebuah ketakutan akan Gio jika diperlakukan tidak baik oleh Juntar. Ah... Sudahlah, biarkan wanita itu menunggu putranya hingga kembali. 

                              ๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน

  Di ruang 14D, seorang cewek cantik tengah berusaha menelan obatnya yang berupa tablet. Disuguhi segelas air putih oleh sang Mama yang berdiri di sampingnya, Mita dapat menelan tablet putih tersebut meskipun dengan berat hati. Tangan kanannya sigap meraih gelas di genggaman Lani yang lantas ia tempelkan ke mulut. Aliran-aliran air mengalir ke kerongkongan dengan membawa serbuk-serbuk pahit sisa obatnya. Perlahan namun pasti, rasa pahit yang semula menempel di indra perasa itu pun lenyap. Mita merasa lega telah berhasil menelan 3 tabletnya meski tak bersamaan.

  "Nah... Pintar sekali anak Papa minum obatnya!" puji Miko menghangatkan suasana. 

  "Iya Pa!" jawab Mita tersenyum lebar. 

  "Bagaimana kondisi tubuhmu sekarang? Sudah baikan?" tanya Lani melangkah ke sofa. 

  "Sudah baikan banget Ma. Aku nggak lemes lagi!" jawab Mita tanpa memudarkan senyum. 

  "Oke. Semangat minum obatnya, sebentar lagi pasti sembuh!" respon Lani dengan sudut bibir terangkat. Wanita itu lebih tenang dengan kondiai terkini sang putri. 

  Mita meraih handphone di nakas yang lantas ia tekan tombol powernya hingga menyala. Nama Gio menjadi objek yang pertama kali memasuki netranya. Ya, cowok itu mengirim pesan untuknya tadi. Mita membaca pesan tersebut. 

  Gio : Mita, aku tidak baik-baik saja tanpa kamu, Mita! Tolong kembalilah padaku, jangan menjauh dariku!

  "Kenapa lagi, cowok ini?" batin Mita kesal. Entahlah, ia malas membalas pesan itu. Terbesit sebuah pemikiran di otaknya. Mita ingin menjauh dari Gio hingga melupakan segala kenangan bersama. Namun, bisakah? Hati Mita sangat sakit mengingat konflik yang terjadi di ruang rawat Rati beberapa hari lalu. Itulah yang menjadi faktor pendorong Mita untuk menjauh dari Gio. Namun, tidak dengan hatinya yang terasa berat melakukan itu. Semoga ada jalan terbaik dari semua ini. 

"Permisi, Selamat malam, Bapak, Ibu, Adik!" ucap pria berjas putih yang lantas mengangguk dengan senyuman. 

  "Selamat malam dokter," jawab Miko mewakili dua anggota keluarganya. 

  "Bolehkah saya memeriksa adik Mita?"

  "Boleh dok, silakan!" jawab Miko dibalas senyuman. 

  "Baik, Terima kasih!" Dokter pria itu lantas memosisikan stetoskop di dada Mita dengan benar. "Apa yang adik rasakan sekarang?"

  "Saya merasa baik-baik saja dok. Sangat baik dari hari sebelumnya," jawab Mita diangguki pria itu. 

  "Baik, besok pagi, anda sudah boleh pulang dan dimohon untuk istirahat di rumah kurang lebih selama dua hari untuk masa pemulihan!" jelas dokter. 

  "Oke dokter, terima kasih!" Kini Lani yang bersuara. 

  "Kalau gitu saya permisi!" Dokter itu berbalik badan lantas keluar ruangan. 

  "Syukurlah, besok kamu udah bisa pulang!" ucap Lani mendekati brankar Mita seraya mengusap lembut puncak kepalanya. Mita hanya tersenyum menatap sang Mama. 

  Thuliling... 

  Thuliling... 

  Thuliling... 

  Mita kembali meraih handphone yang ia letakkan di nakas kala mendapat pemeriksaan dokter. Netranya menangkap nama Gio yang tertera di atas ikon dua warna, merah dan hijau. 

  Thuliling... 

  Thuliling... 

  Thuliling... 

  Mita mengabaikan telfon dari sahabatnya itu. "Siapa yang menelfonmu? Mengapa nggak kamu respon?" tanya Lani bertabur penasaran. 

  "Bukan siapa-siapa Ma. Mungkin itu hanya kepencet!" Kemalasannya untuk menyebut nama Gio membuatnya beralasan tersebut. 

  "Owh... Ya sudah, matikan handphone-mu, dan istirahatlah!" pinta Lani diangguki Mita yang langsung mematikan benda pipih itu.

  Sementara Gio rengah gelisah sebab tak mendapat respon dari Mita. "Arrrghh... Kenapa Mita tidak merespon panggilanku ya?" tanya Gio mengusap tengkuk yang tak gatal. Cowok itu tengah menyendiri di tengah lampu-lampu taman yang bercahaya indah menghiasi tempat itu. Ia memilih pergi ke sana sebelum kembali ke rumah sakit. Tak peduli harus meninggalkan Rati sendiri, yang terpenting, ia dapat menenangkan diri. Mengingat rasa sebal pada Rati yang bertengger di benaknya begitu mengganjal hati untuk bertemu dengannya. Ya, Gio sebal dengan Rati yang memaksanya berpacaran dengan Lica. Hal itu tersimpan abadi di otaknya. Di sisi lain, Gio juga memikirkan Mita yang kini mengabaikannya. Ia sangat rindu dengan cewek itu. Rindu dengan suara, senyuman, wajah hingga tawanya. Gio rindu segalanya dari gadis itu. Namun, tak dapat bertemu lantaran tak tahu keberadaan Mita sekarang. Gio sangat bingung dengan kondisi sekarang. Gadis yang selalu ada di sampingnya, kini menjauh tanpa alasan yang jelas. Prasangka-prasangka negatif di benaknya sangat mengusik ketenangan Gio. Tak ayal bila kesunyian malam menjadi pilihannya untuk menenangkan pikiran. Tak heran lagi, Gio memang suka menyendiri. Cowok itu sangat nyaman berada di tempat sunyi.  Mengingat pikirannya yang kini berkecamuk, Gio berusaha menetralkannya di taman itu. 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
ZAHIRSYAH
5905      1784     5     
Romance
Pesawat yang membawa Zahirsyah dan Sandrina terbang ke Australia jatuh di tengah laut. Walau kemudia mereka berdua selamat dan berhasil naik kedaratan, namun rintangan demi rintangan yang mereka harus hadapi untuk bisa pulang ke Jakarta tidaklah mudah.
Coneflower
3391      1543     3     
True Story
Coneflower (echinacea) atau bunga kerucut dikaitkan dengan kesehatan, kekuatan, dan penyembuhan. Oleh karenanya, coneflower bermakna agar lekas sembuh. Kemudian dapat mencerahkan hari seseorang saat sembuh. Saat diberikan sebagai hadiah, coneflower akan berkata, "Aku harap kamu merasa lebih baik." โ€” โ€” โ€” Violin, gadis anti-sosial yang baru saja masuk di lingkungan SMA. Dia ber...
Premium
Cinta si Kembar Ganteng
3178      972     0     
Romance
Teuku Rafky Kurniawan belum ingin menikah di usia 27 tahun. Ika Rizkya Keumala memaksa segera melamarnya karena teman-teman sudah menikah. Keumala pun punya sebuah nazar bersama teman-temannya untuk menikah di usia 27 tahun. Nazar itu terucap begitu saja saat awal masuk kuliah di Fakultas Ekonomi. Rafky belum terpikirkan menikah karena sedang mengejar karir sebagai pengusaha sukses, dan sudah men...
MANGKU BUMI
122      112     2     
Horror
Setelah kehilangan Ibu nya, Aruna dan Gayatri pergi menemui ayahnya di kampung halaman. Namun sayangnya, sang ayah bersikap tidak baik saat mereka datang ke kampung halamannya. Aruna dan adiknya juga mengalami kejadian-kejadian horor dan sampai Aruna tahu kenapa ayahnya bersikap begitu kasar padanya. Ada sebuah rahasia di keluarga besar ayahnya. Rahasia yang membawa Aruna sebagai korban...
Hei, Mr. Cold!
315      259     0     
Romance
"Kau harus menikah denganku karena aku sudah menidurimu!" Dalam semalam dunia Karra berubah! Wanita yang terkenal di dunia bisnis karena kesuksesannya itu tak percaya dengan apa yang dilakukannya dalam semalam. Alexanderrusli Dulton, pimpinan mafia yang terkenal dengan bisnis gelap dan juga beberapa perusahaan ternama itu jelas-jelas menjebaknya! Lelaki yang semalam menerima penolakan ata...
Janji-Janji Masa Depan
12464      3307     11     
Romance
Silahkan, untuk kau menghadap langit, menabur bintang di angkasa, menyemai harapan tinggi-tinggi, Jika suatu saat kau tiba pada masa di mana lehermu lelah mendongak, jantungmu lemah berdegup, kakimu butuh singgah untuk memperingan langkah, Kemari, temui aku, di tempat apa pun di mana kita bisa bertemu, Kita akan bicara, tentang apa saja, Mungkin tentang anak kucing, atau tentang martabak mani...
HURT ANGEL
138      111     0     
True Story
Hanya kisah kecil tentang sebuah pengorbanan dan pengkhianatan, bagaimana sakitnya mempertahankan di tengah gonjang-ganjing perpisahan. Bukan sebuah kisah tentang devinisi cinta itu selalu indah. Melainkan tentang mempertahankan sebuah perjalanan rumah tangga yang dihiasi rahasia.
Salted Caramel Machiato
10778      3994     0     
Romance
Dion seorang mahasiswa merangkap menjadi pemain gitar dan penyanyi kafe bertemu dengan Helene seorang pekerja kantoran di kafe tempat Dion bekerja Mereka jatuh cinta Namun orang tua Helene menentang hubungan mereka karena jarak usia dan status sosial Apakah mereka bisa mengatasi semua itu
Dialog Tanpa Kata
13214      3859     19     
Romance
Rasi mencintai Sea dalam diam Hingga suatu hari Sea malah dinikahi oleh Nolan kakak dari Rasi Namun pernikahan Sea dan Nolan yang terlihat aneh Membuat Rasi bebas masuk ke kehidupan Sea Bahkan selalu menjadi orang pertama saat Sea membutuhkan bantuan Akankah Sea berpaling pada Rasi atau lagilagi perasaan Rasi hanya sebuah dialog dalam hati yang tak akan pernah terucap lewat kata Sea pada Rasi Ras...
Semu, Nawasena
7334      2728     4     
Romance
"Kita sama-sama mendambakan nawasena, masa depan yang cerah bagaikan senyuman mentari di hamparan bagasfora. Namun, si semu datang bak gerbang besar berduri, dan menjadi penghalang kebahagiaan di antara kita." Manusia adalah makhluk keji, bahkan lebih mengerikan daripada iblis. Memakan bangkai saudaranya sendiri bukanlah hal asing lagi bagi mereka. Mungkin sudah menjadi makanan favoritnya? ...