Loading...
Logo TinLit
Read Story - Di Antara Mereka
MENU
About Us  

  Cklek... 

  Tangan kanan seorang wanita membawa tas hitam yang berisi beberapa pakaian keluarganya. Rasa senang menyelimuti hati lantaran sang putri telah berhasil melewati masa perawatan intensif di rumah sakit. Akhirnya, hari yang ia tunggu pun tiba. Di mana Mita sehat seperti sediakala. Lemah, letih, lesu yang sempat menyelimuti tubuhnya, kini telah sirna seiring dengan perawatan dokter di sana. Tiga insan itu berjalan menuju lift. Belum sampai di sana, Mita dikejutkan oleh keberadaan dua insan lain yang sangat familiar di matanya. Gio dan Rati. Lift yang hendak digunakan keluarga Mita itu juga menjadi tujuan merema. Mita menatap Gio sinis. Berbeda dengan Gio yang matanya berbinar memasukkan wajah Mita ke retinanya. Sungguh tak disangka, rumah sakit megah itu dapat mempertemukan mereka tanpa sengaja. Namun, bagi Mita, itu hal biasa. Sebab rasa malas untuk bertatap muka dengan Gio masih bertengger di benaknya. Sementara Rati tak lepas pandangan dari Mita sejak tadi. Namun, gadis itu tak menghiraukannya. Berpura-pura tidak kenal adalah hal yang ditunjukkannya di depan Rati. 

  "Itu yang kamu bilang sahabat?" tanya Rati berbisik di telinga Gio yang lantas mengangguk. "Sombong amat, dia!" cibir Rati menatap keluarga Mita yang hendak menaiki lift. Lani dan Miko tak mengetahui sahabat Mita di sana. Wajar, jika mereka hanya diam. Meski Gio berbeda pandangan dengan Rati, namun, ia memilih bungkam guna menghindari perdebatan. Rati sengaja berhenti di dekat pintu lift yang dimasuki keluarga Mita lantaran tak ingin bertatap muka. Gio hanya menuruti keinginan Rati tersebut. 

  Lani, Mita dan Miko tiba di lantai 1. Pulang ke rumah adalah tujuan mereka sekarang. Rasa tidak sabar telah mengisi benak masing-masing. 

  Tak berselang lama, akhirnya Mita dapat menikmati udara pagi di sepanjang jalan menuju rumah. Ia bergegas ke singgasana usai turun dari mobil. Lani tak lupa mengingatkan tentang waktu istirahatnya. Hari ini, Lani dan Miko tidak bekerja sebab memilih untuk menemani sang putri.

                                ๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน

  Rumah yang Rati rindukan akhirnya tampak di depan mata. Dedaunan kering berserakan di halaman disertai kotoran-kotoran kelelawar yang tak sedikit. Mengingat Rati tak sempat membersihkannya menjadi alasan halaman rumah yang kotor. Ditemani Gio, Rati menginjakkan kaki kembali ke bangunan hijau itu. Terbukanya pintu seolah meminta mereka untuk segera masuk. "Akhirnya, berkat Lica dan Mina aku bisa pulang ke rumah dengan tenang," ucap Rati mengambil duduk di kursi tamu. Hal itu sontak menuai rasa penasaran di benak Gio. 

  "Maksudnya apa Bu?" Cowok berambut ikal itu tak segan bertanya langsung. 

  "Jadi Ibu dapat uang yang kamu kembalikan ke Bapakmu itu dari Mina dan Lica. Mereka ikhlas membantu Ibu!" jelas Rati tersenyum simpul. Berbeda dengan Gio yang tampak kebingungan. Ada niat apa mereka membantu Rati? Hal itu tak menghalangi pikiran negatif untuk berhamburan di benak Gio. 

  "Pasti mereka minta sesuatu! Jangan-jangan aku beneran dipaksa pacaran dengan Lica? Atau, aku dipaksa menjauh dari Mita? Huffttt... Bagaimana kalau itu terjadi?" batin Gio menghela napas. 

  "Kamu kenapa Yo? Nggak suka Ibu pulang ke rumah?" tanya Rati terheran dengan respon Gio tersebut. 

  "Bagaimana bisa Ibu dapat uang dari mereka?" tanya Gio memainkan tangan. Rati pun menceritakannya. 

  Flashback On

  Di tengah kesendirian Rati sore ini, Mina datang untuk menemani. Ia membawa kantong hitam yang kemudian diberikan pada Rati. "Ini apa Min?" tanya Rati menggenggam kantong itu. 

  "Bukalah!" jawab Mina mengambil duduk di sofa. Sepasang mata Rati terbelalak menatap isi kantong tersebut. 

  "Ini maksudnya apa Min?" tanya Rati dengan tatapan penasaran. 

  "Itu buat bayar hutang ke suamimu!" jawab Mina. Wanita itu sengaja memberi bantuan pada Rati yang telah bercerita tentang kebingungannya untuk membayar hutang ke Juntar. Mina adalah janda beranak satu yang telah ditinggal sang suami ke alam baka. Ia seorang pedagang online yang cukup kaya. Tak ayal bila dirinya membantu Rati dengan uang yang tak sedikit. 

   "Ya ampun Min. Kamu baik banget sih! Terima kasih ya! Semoga usaha kamu semakin lancar dan dipermudah segala urusan kamu sama Tuhan!" ucap Rati penuh kesenangan. Sungguh tak disangka, ia dapat mempunyai sahabat sebaik Mina. Mina mengangguk sembari meraih sebiji kacang rebus yang ia bawa dari rumah. 

  Flashback Off


  "Mereka membantu Ibu dengan ikhlas, nggak minta apa-apa kan?" Gio bertanya balik. 

  "Enggak kok. Tapi, kita juga harus berterima kasih dengan mereka. Kamu harus melakukan itu dengan mencintai Lica. Dia menyukaimu, loh!" jelas Rati membelalakkan mata Gio. 

  "Apa Bu?" Cowok berhidung mancung itu tak mempercayai kalimat yang dikeluarkan Rati. 

  "Kamu paham nggak, sih?" 

  "Aku paham. Tapi aku nggak bisa mencintai Lica, Bu!" jawab Gio dengan suara meninggi. 

  "Kamu harus bisa mencintai dia, bahagiakan dia mulai sekarang, Ibu nggak mau kamu membantah! Awas aja kalau kamu nggak lakuin itu! Jadi anak yang nurut dong, nggak usah membantah!" tegas Rati lantas masuk kamar. 

  Jebles... 

  Pintu kamarnya ditutup dengan kasar. 

  Gio menempati kursi di samping. Sepasang mata Gio fokus pada meja yang kosong seperti tatapannya. Ucapan Rati tadi masih mengisi benaknya. Gio berpikir panjang tentang hal itu. Ia dipaksa mencintai Lica, gadis yang baru ia kenal beberapa waktu lalu? Lantas, haruskah ia menjauhi Mita? Gio tak mampu membayangkannya. Pikiran yang berkecamuk menuai emosi yang membuatnya berteriak frustasi. Rati hanya bungkam mendengar. Sebab pikirannya hanya terisi satu hal, yakni menjadikan Gio sebagai perwakilannya untuk berterima kasih pada Mina dengan memaksa cowok itu berpacaran dengan Lica. Tak peduli apa yang dirasakan sang anak, yang penting keinginannya terwujudkan.

  Kehadiran dua insan berhasil membuyarkan lamunan Gio. Cowok itu spontan menoleh pada pintu tempat mereka berada. "Hai Gio, kamu apa kabar sekarang? Pasti senang ya, Ibu kamu udah pulang!" sambut Lica mengambil mendekati Gio. 

  "Apaan sih, ini cewek!" batin Gio. Sementara Mina tengah sibuk mencari Rati dengan memanggil namanya tanpa memedulikan sang anak yang diabaikan Gio. 

  "Gio. Kamu kenapa sulit banget buat ngobrol sama aku? Apa kamu membenciku?" tanya Lica mengguncang tangan Gio yang hanya menggeleng. Jika boleh jujur, ia benci dengan kehadiran Lica dan Mina di antaranya dan sang Ibu. Keadaan yang semula baik seolah porak-poranda. Gio harus berjauhan dengan Mita hanya karena Lica. Itu sangat terasa berat. Berbeda dengan Rati yang senang. Kehadiran Mina dan Lica sangat membantunya.

  "Aku di kamar Min. Masuklah!" jawab Rati mendengar panggilan Mina yang lantas menghampirinya. 

  "Akhirnya kamu bisa pulang ya Ti! Aku seneng banget!" ungkap Mina menempati tepi ranjang Rati. 

  "Iya nih, aku juga seneng banget!" jawab Rati tersenyum lebar. Dua insan itu lantas mengobrol. 

  Berbeda dengan dua remaja di ruang tamu yang saling bungkam. Maklum, Gio merasa terusik dengan kehadiran Lica. Sesungguhnya, ia ingin tenang dalam kesendirian. Namun, Lica malah datang menganggunya. Gadis itu merasa lelah untuk mengajak Gio bicara sehingga diam menjadi pilihannya sekarang. 

  Namun, diamnya Gio bukan berarti tidak memikirkan Lica. Justru, gadis di dekatnya itu telah memenuhi otaknya. Seiring berjalannya detik jam, pikiran Gio berubah. Ia menganggap bahwa kehadiran Lica tidak sepenuhnya merugikan. Karenanya, ia dan Rati dapat lolos dari ancaman Juntar. Sekarang, pandangan Gio dan Rati hampir sama. Seiring berubahnya pikiran, cowok itu tak menganggap Lica sebagai penghancur keadaan, justru sebaliknya. Entah apa yang merubah pikiran Gio secepat kilat, yang pasti argumennya pada Lica kini menjadi positif. Gadis itu mampu meluluhkan hati Rati, tidak seperti Mita. Seiring berputarnya jarum jam, Gio tak tega mendiamkan Lica. Dengan ekspresi datar, ia memanggil nama cewek itu.

  "Iya?" respon Lica spontan menatapnya. "Tumben ngajak bicara duluan!" batin Lica. 

  "Terima kasih untuk semuanya!" ucap Gio tanpa menatap Lica. Cewek berambut lurus itu mengangguk dengan tersenyum manis. 

  "Sama-sama!" jawab Lica tanpa memudarkan senyum. "Hem... Daritadi kek, ngucapinnya!" batin Lica terheran. Rasa kecewa sedikit mengalir di hatinya. Susah payah ia memasang senyum cantik, namun tak kunjung dilihat Gio. Sungguh, Lica tak habis pikir dengan cowok itu. Apa yang dia inginkan? Mengapa dia begitu? Bukankah itu ciri khas Gio ketika berbicara dengan cewek selain Mita? 

  "Bagaimana perasaan kamu setelah Ibu kamu bisa pulang? Kamu seneng, nggak?" tanya Lica menepis kekecewaan. 

  "Iya seneng. Ini semua juga karena kamu dan Ibu kamu, Ibuku bisa pulang dengan nyaman tanpa beban pikiran lagi!" jawab Gio menatap Lica sejenak. Kalimat tersebut berhasil mengulas senyum di bibir Lica. Sebab inilah kali pertamanya mendengar ucapan panjang Gio khusus untuknya.

  "Aku seneng lihat kamu kayak begini!" ungkap Lica. 

  "Bagaimana maksudnya?" tanya Gio dengan santai. Cowok itu memainkan kuku-kuku panjangnya. 

  "Ya, aku seneng lihat kamu mau mengobrol denganku!" jelas Lica. 

  "Owh begitu!" 

  Akhirnya, harapan Lica untuk dapat mengobrol dengan Gio dapat terwujud. Hari ini menjadi hari yang sangat menyenangkan bagi cewek itu. Usai beberapa kali Gio menghindar untuk mengobrol, kini tidak lagi. Tutur kata Rati tadi menjadi faktor pendorong Gio untuk bisa mengobrol dengan Lica. Perlahan namun pasti, Gio dapat luluh dengan Lica karena mengingat kebaikannya. Akankah Gio mewujudkan keinginan Rati untuk berpacaran dengan Lica? Entahlah, biarlah waktu yang menjawab semua!

  Obrolan mereka tak lepas dari pandangan Mina yang sedari tadi mengintai dari kamar Rati. Wanita itu sontak bercerita pada Rati. "Ti... Akhirnya anak kita bisa akrab!" ucap Mina tersenyum menatap Rati yang masih berbaring. 

  "Syukurlah. Semoga bisa lebih dekat lagi, ya!" jawab Rati. 

  "Amiin."

                               ๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน

  Segelas susu putih hangat menemani seorang cewek yang tengah menonton film anime dengan handphone-nya di kamar. Netranya fokus pada berbagai layar handphone itu dengan sesekali menyesap cairan susu dari gelas. Tak jarang sudut bibirnya terangkat kala mendapati alur yang menyenangkan dalam film favorite-nya tersebut. Badan sehat kembali dirasakan Mita. Mual, sakit perut ataupun pusing tak lagi menyelimuti tubuh langsingnya. Kini, tinggalah rasa bugar yang menghampiri. Bahkan, seorang Gio Antaraska berhasil ia lupakan seiring dengan kerapnya menonton film favorite. Cowok itu telah sirna dari benak Mita. Sebab ia berpikir, kalaupun ucapan Rati di rumah sakit itu benar, pasti sekarang Gio bahagia dapat memiliki kekasih yang mampu meluluhkan hati sang Ibu. Tak sepertinya yang gagal melakukan itu. Mita membiarkan Gio bahagia meski dengan orang lain. Sehingga, ia tak lagi banyak berpikir tentang cowok itu. Yang lalu biarlah berlalu. Sekarang, Mita fokus membahagiakan diri tanpa Gio. Segala kenangan indah tengah berusaha ia lupakan. Do'anya selalu terpanjatkan kala Mita duduk di sajadah. Semoga ia dapat menemukan cowok yang lebih baik dari Gio. Dan semoga, Gio tak lagi hadir di benaknya. Sebab Mita sendiri tak tahu, apakah ia akan berhasil melupakan Gio selamanya? Ataukah bayang-bayang cowok itu akan kembali dalam benaknya dan mengubah pikirannya? Entahlah, biar waktu yang menjawabnya. 

  Tak terasa segelas susu telah habis. Mita menekan ikon pause di layar handphone-nya. Film anime itu terjeda. Mita turun dari ranjang sembari membawa gelas kosong untuk ia cuci di westafel. "Mita... Kamu ngapain di kamar?" tanya Miko yang sibuk berkutat dengan laptop. 

  "Biasalah," jawab Mita tak henti melangkah. 

  "Nonton anime?"

  "Iya Pa," jawab Mita kembali ke kamar. Ia tak lanjut menonton film anime, melainkan memeriksa whatsapp jika ada pesan masuk. Tak disangka, beberapa pesan dari Gio terkirim di handphone-nya sejak beberapa hari lalu. Namun, sengaja ia abaikan. 

  Gio : Mita. Apakah kamu baik-baik saja? 

  Gio : Kamu beneran sakit atau tidak? 

  Gio : Aku tadi melihat orang sangat mirip denganmu di rumah sakit, apakah itu kamu? 

  Gio : Kalau benar, mengapa kamu bisa sakit, Mit? 

  Gio : Apakah itu karenaku? Kalau itu benar, aku minta maaf ya, Mit. 

  Gio : Mita. Kenapa kamu tidak membalas pesan dariku?

  Mita : Maaf, kita bukan lagi sahabat. Semoga kamu bahagia dengan pilihan Ibumu!

  Mita sangat geram membacanya. Dan ia membalas pesan-pesan tersebut dengan malas. Mengapa cowok itu membanjiri notifikasi whatsappnya? Mita kesal memikirnya. Sudahlah, ia capek. Tak banyak alasan, gadis itu memasukkan kontak Gio ke daftar blokir. Tak tanggung-tanggung, nama Gio yang semula masih tertera di whatsapp, kini tinggalah nomor. Ya, Mita menghapus  kontak Gio dari memori handphone-nya. Mengingat rasa kesal dan kecewa yang masih mengisi benaknya membuat Mita tega melakukan itu. Tak peduli tentang persahabatan yang telah berlangsung selama dua tahun. Tak peduli dengan kenangan suka duka yang dilalui bersama. Insiden di kamar 14B beberapa waktu lalu mampu menyihir hati Mita untuk melupakan segalanya juga mengakhiri persahabatan itu. Namun, bagaimana jika ada perasaan sayang di antara keduanya? Apakah mereka akan kembali bersahabat demi rasa itu?

   Gadis berkulit putih itu mematikan handphone. Sepasang matanya melirik jam dinding yang menunjuk pukul 12.40. Teringat dirinya belum salat zuhur sehingga membuatnya segera berwudhu. 

  Usai salat, Mita menengadahkan kedua tangan yang tertutup mukena. Bibirnya bergerak mengucap kalimat yang menggambarkan isi hatinya. Tak lupa ia meminta jalan terbaik dari Sang Pemberi Petunjuk. Semoga Tuhan segera memberi jawaban terbaik untuk Mita. 

  Mita mengusap wajah dengan kedua tangan. Ia segera melepas mukenanya yang lantas diletakkan kembali ke lemari. Gadis itu kembali ke kamar tanpa lupa menyalakan kipas angin. Ia membaringkan tubuh di kasur empuknya lalu memejamkan mata. 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Premium
GUGUR
15477      2047     9     
Romance
Ketika harapan, keinginan, dan penantian yang harus terpaksa gugur karena takdir semesta. Dipertemukan oleh Kamal adalah suatu hal yang Eira syukuri, lantaran ia tak pernah mendapat peran ayah di kehidupannya. Eira dan Kamal jatuh dua kali; cinta, dan suatu kebenaran yang menentang takdir mereka untuk bersatu. 2023 ยฉ Hawa Eve
Elevator to Astral World
2863      1451     2     
Horror
Penasaran akan misteri menghilangnya Mamanya pada kantornya lebih dari sedekade lalu, West Edgeward memutuskan mengikuti rasa keingintahuannya dan berakhir mencoba permainan elevator yang dikirimkan temannya Daniel. Dunia yang dicapai elevator itu aneh, tapi tak berbahaya, hingga West memutuskan menceritakannya kepada saudara sepupunya Riselia Edgeward, seorang detektif supernatural yang meny...
The Hallway at Night
5530      2396     2     
Fantasy
Joanne tak pernah menduga bahwa mimpi akan menyeretnya ke dalam lebih banyak pembelajaran tentang orang lain serta tempat ia mendapati jantungnya terus berdebar di sebelah lelaki yang tak pernah ia ingat namanya itu Kalau mimpi ternyata semanis itu kenapa kehidupan manusia malah berbanding terbalik
Buku Harian
966      577     1     
True Story
Kenapa setiap awal harus ada akhir? Begitu pula dengan kisah hidup. Setiap kisah memiliki awal dan akhir yang berbeda pada setiap manusia. Ada yang berakhir manis, ada pula yang berakhir tragis. Lalu bagaimanakah dengan kisah ini?
Singlelillah
1327      638     2     
Romance
Kisah perjalanan cinta seorang gadis untuk dapat menemukan pasangan halalnya. Mulai dari jatuh cinta, patah hati, di tinggal tanpa kabar, sampai kehilangan selamanya semua itu menjadi salah satu proses perjalanan Naflah untuk menemukan pasangan halalnya dan bahagia selamanya.
Dialog Tanpa Kata
16992      4416     19     
Romance
Rasi mencintai Sea dalam diam Hingga suatu hari Sea malah dinikahi oleh Nolan kakak dari Rasi Namun pernikahan Sea dan Nolan yang terlihat aneh Membuat Rasi bebas masuk ke kehidupan Sea Bahkan selalu menjadi orang pertama saat Sea membutuhkan bantuan Akankah Sea berpaling pada Rasi atau lagilagi perasaan Rasi hanya sebuah dialog dalam hati yang tak akan pernah terucap lewat kata Sea pada Rasi Ras...
HURT ANGEL
175      136     0     
True Story
Hanya kisah kecil tentang sebuah pengorbanan dan pengkhianatan, bagaimana sakitnya mempertahankan di tengah gonjang-ganjing perpisahan. Bukan sebuah kisah tentang devinisi cinta itu selalu indah. Melainkan tentang mempertahankan sebuah perjalanan rumah tangga yang dihiasi rahasia.
Renjana
536      392     2     
Romance
Paramitha Nareswari yakin hubungan yang telah ia bangun selama bertahun-tahun dengan penuh kepercayaan akan berakhir indah. Selayaknya yang telah ia korbankan, ia berharap agar semesta membalasnya serupa pula. Namun bagaimana jika takdir tidak berkata demikian? "Jika bukan masaku bersamamu, aku harap masanya adalah milikmu."
The Hospital Lokapala (Sudah Terbit / Open PO)
10486      3077     12     
Horror
"Kamu mengkhianatiku!" Alana gadis berusia 23 tahun harus merasakan patah hati yang begitu dalam.Tepat pada tahun ke 3 jadian bersama sang tunangan, pria itu malah melakukan hal tak senonoh di apartemennya sendiri bersama wanita lain. Emosi Alana membeludak, sehingga ia mengalami tabrak lari. Di sebuah rumah sakit tua yang bernama Lokapala, Alana malah mendapatkan petaka yang luar biasa. Ia har...
Salted Caramel Machiato
14349      4451     0     
Romance
Dion seorang mahasiswa merangkap menjadi pemain gitar dan penyanyi kafe bertemu dengan Helene seorang pekerja kantoran di kafe tempat Dion bekerja Mereka jatuh cinta Namun orang tua Helene menentang hubungan mereka karena jarak usia dan status sosial Apakah mereka bisa mengatasi semua itu