Alana gadis berusia 23 tahun harus merasakan patah hati yang begitu dalam.Tepat pada tahun ke 3 jadian bersama sang tunangan, pria itu malah melakukan hal tak senonoh di apartemennya sendiri bersama wanita lain. Emosi Alana membeludak, sehingga ia mengalami tabrak lari.
Di sebuah rumah sakit tua yang bernama Lokapala, Alana malah mendapatkan petaka yang luar b...Read More >>"> The Hospital Lokapala (Sudah Terbit / Open PO) (34. Seperti Pembunuh Berdarah Dingin) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Hospital Lokapala (Sudah Terbit / Open PO)
MENU
About Us  

Dunia manusia memang begitu menakutkan. Poci masih menatap tajam ke arah Jesika, lalu melipat lututnya melihat David yang begitu malang menyentuh pusara makam Clara.

 

“Hey David!” teriak Poci kencang, ia tahu semua yang ia lakukan hanya sia-sia. Tapi selagi ia bisa melakukan hal mustahil sekalipun, ia akan tetap melakukannya.

 

Mata Poci berkaca-kaca dan ia berusaha berbicara dengan pria yang penuh duka itu. “David! Pria bodoh! Mau sampai kapan kamu menangis seperti ini, hah?! Tolong jangan biarkan wanita kejam ini menghancurkan kehidupanmu. Mau bagaimana lagi Clara sudah meninggal dan tidak akan bisa kembali. Yang kini kamu bisa lakukan bangkit dan jangan menangis!” teriakan Poci bagaikan amarah yang tak bisa diredam.

 

Gruduuk!

 

Angin besar serta gemuruh petir tiba-tiba menyambar menjadi satu. Tiba-tiba langit gelap dan turun hujan deras. Langit pun seakan tahu apa yang kini mereka rasakan.

 

Seperti biasa, Jesika melontarkan perkataan manis sembari menyentuh lembut pria yang baginya akan menikahinya. “Sayang, ayo pulang. Nanti kehujanan.”

 

Tak disangka saat David mendengar suara wanita yang ada di dekatnya. Ia menyoroti dengan tajam begitu mengerikan, seakan pria ini memiliki darah yang ingin segera menghabisi atau mencabik-cabik tubuh sexy Jesika. Ia bangkit dengan tatapan yang masih bersatu dengan amarah.

 

Sontak hal itu membuat Jesika tersenyum kebingungan.

 

“Sayang, kamu kenapa? Ayo kita pulang sekarang, pakaian kita sudah basah ni.”

 

David merasa semakin ia mendengar celotehan yang dilontarkan wanita di depannya. Semakin ia ingin menghabisi nyawa wanita tersebut.

 

“Apa yang kamu katakan? Pulang? Pulang ke mana? Ke alam baka bersamaku?”

 

Jesika menganga, tentu saja ia tak tahu apa yang dilontarkan oleh calon suaminya. Alasan ia menikahi David karena ingin memenuhi nafsu duniawi terkait harta benda tanpa cinta tulus.

 

Poci mengikuti David yang melangkah pelan dari belakang. Pocong ini terlihat tampak bingung juga, sempat ia mengira bahwasanya David dapat mendengar semua ucapannya tadi.

 

“Apakah David bisa mendengar suaraku? Atau mungkin dia dapat melihatku?”

 

“Hah! Jawab aku sekarang juga! Kamu mau pulang ke neraka bersamaku!” teriak David begitu mengerikan, matanya pun hampir ke luar karena amarah yang membeludak.

 

Sepertinya David sudah kehilangan kesadaran. Karena kesedihan yang teramat dalam akibat kehilangan orang dikasihi, membuat perasaannya rusak. Mentalnya tidak stabil, bahkan lontaran katanya tak masuk akal.

 

Tangan kekar pria itu meraup leher Jesika dengan mudah, ia menyudutkan bibirnya seperti tersenyum mengerikan bagaikan seorang pembunuh berdarah dingin.

 

“Aku tahu semua niatmu, wanita murahan! Kamu meminta orang tuaku untuk menyingkirkan Clara kan?!”

 

Melihat adegan yang teramat kacau ini, Luna pun memutuskan untuk menyelamatkan nyawa Jesika. Ia memohon kepada David untuk melepaskan wanita yang sudah hampir kehilangan nyawanya itu.

 

Karena terkejut ada seseorang yang tiba-tiba datang, secara spontan David melepaskan Jesika dan membiarkan gadis itu berlari terbirit-birit.

 

Poci pun hanya bisa menoleh ke arah David, lalu melihat Jesika berlari yang kini tak terlihat lagi batang hidungnya.

 

Kini pocong itu khawatir dengan kondisi Luna. Wanita tersebut berhadapan dengan pria yang baginya berbahaya. Bagaimana tidak, pria tersebut hampir menghilangkan nyawa seorang wanita.

 

Luna yang berhasil meloloskan Jesika, kini ia berusaha untuk mundur secara berlahan sembari melihat gerakan David yang masih dipenuhi akan amarah.

 

“Kenapa kamu berusaha menolong manusia yang bahkan sifatnya lebih buruk daripada setan?” tanya David yang tak berhenti melangkah mendekati seorang wanita tak dikenalnya.

 

“Ak ...” Luna tak mampu untuk melontarkan sepatah kata apa pun. Tatapan David benar-benar mengerikan. Pria tersebut bisa saja melakukan hal sama kepada Luna saat ini.

 

“Jawab aku! Kenapa kamu menolong wanita setan itu!” teriak David sembari mengusap wajahnya yang dialiri air hujan.

 

“Ak-aku hanya ingin menyelamatkan nyawanya. Karena ia berhak untuk hidup,” ragu Luna akan jawabannya sendiri.

 

Hahaha!

 

Tak disangka, David kini malah tertawa lalu ia kembali menyoroti wanita yang semakin takut akan tingkahnya.

 

“Kamu sangat baik sekali, Mbak. Apa kamu tahu tindakanmu sangat merugikan Clara?”

 

“Clara?”

 

‘Clara?’

 

Nama yang dipanggil secara bersamaan baik dengan Poci dan Luna. Mereka sama-sama tampak bingung. David adalah pria yang penuh misteri. Semua yang ia lontarkan serasa membuat sakit kepala. Serpihan-serpihan teka-teki yang tak kunjung membawa jawaban pasti.

 

Tubuh David tak mampu untuk berdiri, lututnya gemetar dan ia pun beradu bersama tanah. Ia menundukkan kepalanya.

 

“Seharusnya aku bisa menghilangkan nyawanya untuk membalaskan dendam Clara. Tapi kenapa kamu malah menyelamatkan nyawa wanita itu? Aku tidak kuat lagi. Aku akan segera mengakhiri drama ini. Padahal aku ingin membunuhnya di depan kedua orang tuaku nanti.”

 

Semakin tak berdasar setiap lontaran kalimat yang tersusun itu.

 

Poci hanya bisa menyoroti David yang tampak begitu lemas. Padahal ia tak bisa berpikir, bilamana Suster Luna akan diperlakukan sadis seperti apa yang dirinya pikirkan di rumah sakit.

 

Meski Luna tahu, seharusnya ia bisa saja meninggalkan pria yang akan menyelakainya. Akan tetapi, wanita ini masih memiliki hati. Ia mencoba mendekat dan bertanya, “Pak, apakah Anda baik-baik saja?”

 

Pertanyaan itu membuat David mengangkat wajahnya, tatapannya kini kembali kosong. Tak disangka, bukannya wajah Luna yang ia lihat. Ia malah melihat senyuman Clara yang tampak sendu.

 

“David, pria yang aku kasihi. Aku sangat senang kamu masih mempedulikanku meski aku sudah tidak bisa menemanimu. Tindakanmu sangat berbahaya, aku tidak ingin pria kucintai yang memiliki hati baik ternodai akibat tindakanmu. Aku hanya ingin, seseorang yang membuatku seperti ini bisa dihukum secara hukum berdasar. Jangan lupa, ucapkan terima kasih kepada wanita yang bernama Alana dan juga sahabat hantunya bernama Poci.”

 

Suara itu serasa memudar dan tak terdengar.

 

“Pak ... Pak ... apakah Anda baik-baik saja?” terdengar samar-samar suara wanita di indra pendengarannya.

 

David melihat samar-samar, ruangan yang catnya sudah memudar. Ia segera beranjak sembari menyeka kepalanya yang teramat sakit.

 

“Mbak, kenapa saya ada di sini?” tanya David kepada wanita yang ada di hadapannya dengan aksen yang teratur dan kembali formal.

 

“Pak, apakah Anda tidak mengingat suatu hal yang terjadi di pemakaman?”

 

David jatuh pingsan karena ia tak kuat merasakan emosi yang bercampur aduk serta tekanan yang membuatnya tak bisa berpikir jernih. Kini ia berada di rumah kecil Luna yang apa adanya. Ketika pria ini jatuh terdampar di bawah, Luna meminta bantuan dari warga sekitar untuk membawa pria tersebut ke rumahnya yang tak jauh dari sini.

 

Poci masih setia ada di samping David dan Luna. Ia hanya ingin segera mengetahui kisah kematian arwah yang sering mengganggunya beberapa hari lalu.

 

Pria ini terdiam, sepertinya ia sedang memikirkan sesuatu.

 

“Mbak, maaf ya. Maaf atas semuanya. Saat ini saya ingin izin ke suatu tempat untuk berterima kasih kepada seseorang yang telah membantu memberitahu bagaimana kondisi arwah kekasih saya saat ini. Saya akan memberitahunya bagaimana Clara bisa meninggal dunia secara tragis.”

 

Setelah ucapan itu, Luna bertanya siapakah seseorang itu. Tentu saja David langsung menjawab Alana.

 

Karena tujuan mereka sama, David mengajak Luna untuk ikut bersamanya ke rumah sakit Lokapala. Sesungguhnya bagaimana kisah kematian Clara?”

 

Bersambung.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
MANGKU BUMI
115      106     2     
Horror
Setelah kehilangan Ibu nya, Aruna dan Gayatri pergi menemui ayahnya di kampung halaman. Namun sayangnya, sang ayah bersikap tidak baik saat mereka datang ke kampung halamannya. Aruna dan adiknya juga mengalami kejadian-kejadian horor dan sampai Aruna tahu kenapa ayahnya bersikap begitu kasar padanya. Ada sebuah rahasia di keluarga besar ayahnya. Rahasia yang membawa Aruna sebagai korban...
Janji-Janji Masa Depan
11553      3109     11     
Romance
Silahkan, untuk kau menghadap langit, menabur bintang di angkasa, menyemai harapan tinggi-tinggi, Jika suatu saat kau tiba pada masa di mana lehermu lelah mendongak, jantungmu lemah berdegup, kakimu butuh singgah untuk memperingan langkah, Kemari, temui aku, di tempat apa pun di mana kita bisa bertemu, Kita akan bicara, tentang apa saja, Mungkin tentang anak kucing, atau tentang martabak mani...
ZAHIRSYAH
5665      1718     5     
Romance
Pesawat yang membawa Zahirsyah dan Sandrina terbang ke Australia jatuh di tengah laut. Walau kemudia mereka berdua selamat dan berhasil naik kedaratan, namun rintangan demi rintangan yang mereka harus hadapi untuk bisa pulang ke Jakarta tidaklah mudah.
Mari Collab tanpa Jatuh Hati
2938      1368     2     
Romance
Saat seluruh kegiatan terbatas karena adanya virus yang menyebar bernama Covid-19, dari situlah ide-ide kreatif muncul ke permukaan. Ini sebenarnya kisah dua kubu pertemanan yang menjalin hubungan bisnis, namun terjebak dalam sebuah rasa yang dimunculkan oleh hati. Lalu, mampukah mereka tetap mempertahankan ikatan kolaborasi mereka? Ataukah justru lebih mementingkan percintaan?
My Rival Was Crazy
97      83     0     
Romance
Setelah terlahir kedunia ini, Syakia sudah memiliki musuh yang sangat sulit untuk dikalahkan. Musuh itu entah kenapa selalu mendapatkan nilai yang sangat bagus baik di bidang akademi, seni maupun olahraga, sehingga membuat Syakia bertanya-tanya apakah musuhnya itu seorang monster atau protagonist yang selalu beregresi seperti di novel-novel yang pernah dia baca?. Namun, seiring dengan berjalannya...
Meteor Lyrid
367      273     1     
Romance
Hujan turun begitu derasnya malam itu. Dengan sisa debu angkasa malam, orang mungkin merasa takjub melihat indahnya meteor yang menari diatas sana. Terang namun samar karna jaraknya. Tapi bagiku, menemukanmu, seperti mencari meteor dalam konstelasi yang tak nyata.
Ayugesa: Kekuatan Perempuan Bukan Hanya Kecantikannya
7224      2164     204     
Romance
Nama adalah doa Terkadang ia meminta pembelajaran seumur hidup untuk mengabulkannya Seperti yang dialami Ayugesa Ada dua fase besar dalam kehidupannya menjadi Ayu dan menjadi Gesa Saat ia ingin dipanggil dengan nama Gesa untuk menonjolkan ketangguhannya justru hariharinya lebih banyak dipengaruhi oleh keayuannya Ketika mulai menapaki jalan sebagai Ayu Ayugesa justru terus ditempa untuk membu...
Buku Harian
666      416     1     
True Story
Kenapa setiap awal harus ada akhir? Begitu pula dengan kisah hidup. Setiap kisah memiliki awal dan akhir yang berbeda pada setiap manusia. Ada yang berakhir manis, ada pula yang berakhir tragis. Lalu bagaimanakah dengan kisah ini?
Premium
GUGUR
3673      1725     9     
Romance
Ketika harapan, keinginan, dan penantian yang harus terpaksa gugur karena takdir semesta. Dipertemukan oleh Kamal adalah suatu hal yang Eira syukuri, lantaran ia tak pernah mendapat peran ayah di kehidupannya. Eira dan Kamal jatuh dua kali; cinta, dan suatu kebenaran yang menentang takdir mereka untuk bersatu. 2023 © Hawa Eve
Dunia Sasha
4954      1816     1     
Romance
Fase baru kehidupan dimulai ketika Raisa Kamila sepenuhnya lepas dari seragam putih abu-abu di usianya yang ke-17 tahun. Fase baru mempertemukannya pada sosok Aran Dinata, Cinta Pertama yang manis dan Keisha Amanda Westring, gadis hedonisme pengidap gangguan kepribadian antisosial yang kerap kali berniat menghancurkan hidupnya. Takdir tak pernah salah menempatkan pemerannya. Ketiganya memiliki ...