Napas Alana memburu, keringatnya bercucuran tak henti seperti ada sosok dirasa mendekatinya saat ini. Ia tak bisa menoleh ke belakang, seperti tubuhnya otomatis tak mau digerakkan.
Ia memejamkan mata sembari bergumam, “Tolong jangan ganggu aku. Aku tidak mengganggumu, jadi tolong jangan menggangguku!”
Puk!
Alana terperanjat sangat terkejut karena ia merasa begitu nyata, bahwa pundak kanannya sedang di tepuk seseorang. Netra matanya mengembang.
“Mbak Alana, kenapa Anda di sini?”
Suara itu tak asing di dengar oleh wanita yang sejak tadi merasa ketakutan. Ia pun menoleh ke arah sumber suara dan ternyata. “Dokter Arka?”
Ia masih menampilkan keterkejutannya, karena tiba-tiba dokter penanggung jawabnya itu kini ada di dekatnya.
Alana menyorot sesuatu yang sedang dibawa oleh dokter muda nan tampan itu. ‘Buket bunga? Kenapa Dokter Arka membawa buket bunga?’ geramnya berbicara dalam hati.
Benar saja, Arka sedang membawa buket bunga mawar dengan paduan warna merah dan putih menjadi satu. Merasa Alana berfokus ke buket bunga tersebut, Arka segera memperjelas.
“Ah, ini untuk seseorang yang akan saya beri pengasihan, Mbak Alana.”
Alana memiringkan kepalanya beberapa senti, seolah ia tak paham maksud Arka. Namun, dokter muda itu peka dengan gerakan kepala pasiennya.
“Buket bunga ini untuk seseorang yang terkasih, Mbak Alana.”
Wanita itu hanya mengangguk dan tersenyum paksa, karena bagaimanapun ia tahu makna bunga mawar itu adalah melambangkan kasih sayang dan cinta.
Namun, ada makna terdalam lagi mengenai bunga mawar putih dan merah jika dijadikan satu. Makna yang memiliki keindahan dan arti cinta, secara tidak langsung memiliki makna duka cita pula.
Memang Alana adalah wanita yang tidak terlalu menyukai bunga, tapi ketika baru-baru minggu ini ia diberikan buket bunga mawar putih dengan seseorang misterius. Ia segera searching apa makna bunga mawar merah, putih, dan bunga merah serta putih bila dijadikan satu.
Kedua warna bunga mawar itu jika dirangkai menjadi satu bermakna mendalam. Yang berarti ada seseorang sudah meninggal dunia. Rangkaian kedua bunga mawar itu mengartikan sebuah penghormatan yang tulus dari seseorang yang kenal dengan orang yang sudah meninggal tersebut.
Dan kedua bunga itu juga memiliki makna yang berbeda pula jika dirangkai menjadi satu. Bunga mawar putih sebagai lambang untuk menunjukkan kesedihan yang mendalam akan kepergian orang yang meninggal. Sedangkan arti bunga mawar merah mengartikan untuk menyemangati orang-orang yang ditinggalkan agar tetap tegar.
Alana sampai segitunya mencari makna arti bunga mawar. Karena sebetulnya ia pun merasa penasaran ketika diberikan sebuket mawar putih dari seseorang yang sampai sekarang tidak tahu siapa.
Apakah mungkin seseorang itu adalah dokter muda ini? Sempat terlintas dalam benak Alana, meski sedikit terlihat ragu.
Namun, ia tepis perkiraan itu karena ia yakin yang memberikan buket bunga kepadanya bukanlah dokter tampan ini. Lagipula Alana hanya seorang pasien yang di rawatnya.
Mereka masih saling bertaut pandangan sampai keduanya merasa malu sendiri. Secara bersamaan Dokter Arka dan Alana memalingkan pandangan.
“Baik dok, jika begitu saya ingin balik ke ruangan saya sekarang.” Alana segera angkat bicara, karena situasinya semakin canggung, dan ia tak menyukai itu.
Dokter muda yang memiliki tatapan sendu itu segera menunduk dan mempersilahkan pasiennya untuk menuju ke ruangan.
Beberapa meter Alana menggerakkan kursi rodanya, ia tak tahan ingin melihat ke belakang. Hanya sekadar memastikan pria mengenakan jas putih itu beranjak pula, atau mengikutinya?
Alana menghentikan sejenak kursi rodanya, ia melihat tatapan Dokter Arka yang begitu bermakna menghadap ke ruang laboratorium menyeramkan itu. Pria tersebut tampak berdiam diri dan meletakkan buket bunga mawar yang ia bawa di depan. Sembari seperti mendoakan seseorang.
Dalam lamunan Alana, ia mengira ada suatu hal yang terjadi di ruang menyeramkan tersebut. Dan pastinya ada sangkut paut dengan dokter yang ia kenal kini.
Sebelum ketahuan, Alana bergegas meninggalkan koridor itu dan menjauhi dokter muda tersebut. Dalam benak wanita ini tak henti-hentinya ia melontarkan banyak berkiraan mengenai dokter muda itu dan juga ruang laboratorium.
Sebenarnya ada kejadian apa di ruang laboratorium itu? Apa hubungannya dengan Dokter Arka?
Sejak awal berjumpa dengan Dokter Arka dan Suster Luna, Alana berpikir mereka berdua memiliki chemestry yang begitu kuat. Entah dari sorot mata mereka, seperti ada yang mereka sembunyikan dan tentunya mereka ingin menyelesaikan suatu hal yang tentu saja Alana tak mengetahuinya.
Entah mengapa akhir-akhir ini Alana merasa jika rumah sakit dan orang-orang di sini seperti memiliki rahasia besar. Semua tampak seperti potongan purzzel yang dipenuhi teka-teki misteri.
Di sisi lain, Alana juga memikirkan keadaan Poci dan Suster Luna.
***
Luna dengan gesit segera mengejar mobil hitam BMW itu menggunakan ojek online. Tidak disangka, Poci juga ikut di sana. Jadi mereka gonceng tiga seperti cabe-cabean, tapi ini yang elegan.
“Pak, minta tolong ikuti saja mobil sedan di depan ya, jangan sampai lolos Pak,” pinta Luna kepada bapak ojol dengan sopan.
Poci hanya mengangguk-angguk saja.
Mobil mewah itu menyeting lampu sen ke kiri. Luna menyatukan alisnya, ia bergumam dalam hati, ‘Apa mereka ingin berkunjung ke makam?’
Ada makam berjarak dua kilo meter dari rumah sakit Lokapala. Makam ini khusus dibuat untuk para pasien sudah meninggal, yang sebelumnya di rawat di rumah sakit swasta tersebut.
Karena tidak tahu menahu kisah David dan Clara, Luna begitu bingung. Sedangkan Poci yang membaca bisikan hati melalui telepati suster itu, ia menyempitkan matanya.
“Apakah mereka akan ke makan Clara?”
Benar saja, mereka berdua turun dari mobil mewah itu. Dan secara hati-hati Luna menyuruh bapak ojol tidak terlalu dekat dengan mobil mereka, agar tidak ketahuan.
Kini Luna dan Poci bagaikan seorang detektif amatir yang mengintai sepasang manusia, yang saat ini melangkahkan kaki ke sebuah makam.
Luna bersembunyi di balik pohon besar yang berada di pemakaman. Pohon itu mampu menutupi tubuh mungil suster tersebut.
Tampak terdengar jelas, pria berjas hitam yang tidak lain adalah kekasih Clara berderu air mata sembari mendoakan kekasihnya. “Clara Sayang, maafkan aku. Seharusnya aku memastikan kehidupanmu yang bahagia. Aku pun tidak pantas datang ke makammu untuk meminta maaf.”
Ia menyentuh pusara Clara dan tak tahan menyeka semua kesedihan yang dirinya alami, karena kehilangan orang terkasih.
Tak terduga, ketika David begitu sedih. Jesika dengan raut wajah yang muak menaikkan alisnya sembari melipat kedua tangannya di dada.
Itupun tampak jelas dilihat oleh Poci. Karena pocong tersebut kini berada tepat di depan mereka, beda dengan Luna yang masih bersembunyi di balik pohon besar.
Kecurigaan Poci kini berpindah ke wanita yang tampak tak menyukai sikap David yang dianggap berlebihan.
Poci menyoroti Jesika, dengan dalam dan tajam. Saat Poci melakukan telepati terhadap wanita itu, pocong tersebut begitu terkejut. Karena ia mendengar celoteh yang membuat Poci sangat marah.
‘Dasar pria bodoh! Mau sampai kapan kamu menangisi wanita jalang itu! Dia tidak berhak mendapatkan tangisanmu! Dan tidak lama lagi aku akan bisa merampas semua harta Keluarga Raharja. Kalian semua orang bodoh!’
Bersambung.