Alana gadis berusia 23 tahun harus merasakan patah hati yang begitu dalam.Tepat pada tahun ke 3 jadian bersama sang tunangan, pria itu malah melakukan hal tak senonoh di apartemennya sendiri bersama wanita lain. Emosi Alana membeludak, sehingga ia mengalami tabrak lari.
Di sebuah rumah sakit tua yang bernama Lokapala, Alana malah mendapatkan petaka yang luar b...Read More >>"> The Hospital Lokapala (Sudah Terbit / Open PO) (9. Lukisan Mengerikan) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Hospital Lokapala (Sudah Terbit / Open PO)
MENU
About Us  

Cerita itu membuat Alana semakin menjadi-jadi, entah mengapa kematian yang terjadi 10 tahun itu membuat dirinya terus berupaya ingin mengetahui kisah jelasnya. Mengapa suster cantik yang berinisial N tersebut dibunuh secara mengenaskan di ruang laboratorium, apa penyebabnya?

 

Matahari pun kembali memeluk bumi, ia secara perlahan menghilang dan digantikan dengan cahaya Bulan.

 

Beberapa jam Alana menunggu kedatangan dokter tampan yang sudah berjanji akan dilakukan pengecekan mengenai kaki kanannya yang patah.

 

Wanita yang memiliki manik mata indah itu melamun, entah apa yang dipikirkannya di ruangan kelas satu tersebut. Ia menyoroti lukisan yang ada tepat di depannya.

 

Lukisan indah sepasang pria dan wanita melihat ke arah pantai pada saat senja, hanya punggung mereka yang tampak terlihat.

 

Tapi entah, meskipun lukisan itu begitu romantis yang dirasakan Alana, namun wanita yang sangat serius ini merasakan sesak dalam dadanya.

 

Huuus!

 

Hembusan angin terasa tepat di telinga kiri Alana. Keseriusannya membuyar akibat ulah teman makhluk halusnya itu.

 

Sontak Alana menoleh ke Poci yang berusaha terus mengganggunya dengan tatapan kesal, serta dahi dikerutkan. “Kamu menggangguku saja, Poci!”

 

“Habisnya sih kamu serius banget, memangnya apa yang kamu lihat?” tungkas Poci yang mencoba melihat ke dinding.

 

“Lukisan? Lukisan menyeramkan itu?” celetuk Poci.

 

Hm?

 

“Menyeramkan?” tanya Alana terheran, tentu saja pernyataan Poci salah menurut wanita itu. Karena lukisan yang ada di depan adalah lukisan romantis bukan lukisan yang menyeramkan.

 

Dengan penuh percaya diri, dengan tangan yang terbungkus kain kafan dan keseluruhan tubuhnya, Poci sangat bersemangat menganggukkan kepala, yang mengartikan bahwa pernyataannya tadi benar adanya.

 

“Kenapa kamu bilang menyeramkan Poci, bukankah itu lukisan yang sangat sweet untuk sepasang kekasih?” tanya balik Alana, karena ia tak puas dengan pernyataan sepihak teman hantunya itu.

 

Poci masih berdiri tepat di samping Alana dengan menatap lurus lukisan yang dikatakan sebagai lukisan menyeramkan. Memang hanya dia yang dapat melihat itu sebagai sebuah lukisan menyeramkan. Dikarenakan ada sosok yang tak terlihat di sana.

 

Teman Alana ini masih menelisik jauh sosok tersembunyi dari lukisan itu, serta kisah dari lukisan indah tersebut.

 

“Alana, lihatlah tepat dipergelangan tangan si wanita dilukisan. Apakah kamu tidak melihat secara jelas ada darah yang mengalir?”

 

Setelah beberapa detik mengatakan hal itu, Alana yang tadinya melihat serius ke arah Poci kini menatap ke depan. Ia terus menelisik pergelangan tangan si wanita yang ada dilukisan tersebut.

 

Benar saja, ada tetesan darah yang tergambar dilukisan itu karena seni lukis itu sangat indah menyebabkan darah yang mengalir hampir tak tampak.

 

“Dan coba kamu lihat pergelangan tangan pria. Pergelangannya juga meneteskan darah, bahkan lebih banyak daripada si wanita,” lanjut Poci memberitahu temannya.

 

Alana menyondongkan sedikit tubuhnya dan memajukan kepalanya, ia ingin melihat secara jelas apa yang sudah dilontarkan Poci. Dan lagi-lagi, perkataan teman hantunya itu benar.

 

Tapi entah mengapa saat tadi dirinya melihat, tidak sedikitpun ia melihat ada darah yang digambarkan. Akan tetapi aura dari lukisan itu memang sudah berbeda.

 

Ia pun tak tahu, sejak kapan lukisan ini ada di ruang di mana ia di rawat. Rasanya beberapa hari lalu lukisan ini tak ada di sini.

 

“Poci!” panggil Alana dengan manik mata yang sedikit melotot, ketika ia melihat ceceran darah yang mengalir pada pergelangan yang diyakini adalah sepasang kekasih itu. Tiba-tiba bulu kuduk Alana mulai sensitif, ia memanggil teman hantunya itu dengan harapan Poci dapat menjawab apa yang akan ditanyakannya.

 

Dengan wajah datar dan cuek, Poci melirik hanya setengah ke arah Alana. Kemudian ia kembali menelisik lukisan itu.

 

“Poci, apakah kamu mau mendengarkanku?” Saat ini Alana hanya membutuhkan teman yang bisa mendengarkannya.

 

“Iya ... iya aku dengar kok, kamu katakan saja apa yang kamu ingin katakan.”

 

“Poci, apakah kamu tahu lukisan itu bukan lukisan biasa kan?” tanya Alana kepada temannya.

 

Poci mengangguk dengan penuh keyakinan.

 

Wajah Alana berubah pucat, karena pada hakikatnya wanita ini adalah wanita yang sedikit takut akan hal-hal berbau mistis. Tapi entah mengapa, sepanjang hidupnya ia selalu diwarnai dengan hal-hal seperti itu.

 

“Tolong jangan katakan ada sosok lain dilukisan itu,” ucap Alana yang sedikit gemetar, meskipun tak terdengar getarannya.

 

Dengan santainya Poci memaparkan, “Mereka ada di sana kok.”

 

“Tolong jangan bercanda, Poci!” Alana tak ingin semua yang dipikirkannya sejak tadi menjadi benar.

 

Sebelum berpikir lukisan itu memiliki daya seni yang sangat indah, Alana juga berpikir bahwasanya lukisan tersebut memiliki aura lain. Seperti ada sosok yang hidup dilukisan tersebut. Akan tetapi, semua prasangka itu ditepisnya secepat mungkin, karena ia tidak mau berpikir yang aneh-aneh.

 

Namun, apa yang sudah ia pikirkan memang benar. Lukisan itu seperti memiliki kisah yang menyeramkan.

 

Kenapa bisa menyeramkan?

 

“Poci, bisakah kamu membantuku berpindah ke kursi roda? Aku ingin keluar dari ruangan ini dan menyuruh staf rumah sakit untuk memindahkan lukisan ini.”

 

Sebelumnya Suster Luna berkata, bilamana ia izin untuk pulang ke rumah dan penjagaan akan digantikan oleh Dokter Arka langsung.

 

 Namun, jam segini Dokter Arka belum datang juga. Hal ini membuat Alana ingin mencari dokter tersebut, sekaligus menyuruh staf rumah sakit untuk memindahkan lukisan ini karena ia sudah tak merasa nyaman.

 

Seperti ada yang memperhatikannya sejak tadi.

 

Dengan kekhasan yang menatap Alana penuh keheranan, Poci hanya memasang wajah datar. Lalu berkata, “Apakah kamu lupa aku ini adalah sosok arwah gentayangan, Alana? Apa kamu pikir aku bisa membantumu untuk pindah ke kursi roda? Mana mungkin aku bisa melakukan sulap seperti itu.”

 

Alana lupa, teman yang selalu menemaninya pada saat sakit di rumah sakit ini hanyalah arwah gentayangan yang tak dapat membantu lebih.

 

Ia menutup mata dengan telapak tangan kanannya beberapa detik, lalu menghembuskan napas berat. Ia ingin sekali keluar dari ruangan ini, jika lukisan itu tak bisa dipindahkan, maka dia harus pindah pada malam ini juga.

 

Tiba-tiba perubahan suhu dalam ruangan berubah, padahal derajat pendingin ruangan paling kecil. Tubuh Alana tiba-tiba terasa berat, dan kepalanya sakit dibagian kiri.

 

Alana berusaha untuk meraih kursi roda yang ada di dekat brankar.

 

“Alana, tolong jangan paksakan dirimu. Tunggu seseorang saja yang datang. Nanti kamu bisa jatuh Alana.” Kendatipun sering membuat kesal Alana, tapi Poci begitu peduli dengan teman manusia satu-satunya ini.

 

Tak bisa menunggu lagi, ucapan temannya itu ia kesampingkan. Ia tetap bersikukuh dengan apa yang akan dilakukannya.

 

Karena baginya ada sosok yang ingin berkomunikasi dengannya.

 

Tiba-tiba Poci menghilang entah kemana. Pelipis Alana bercucuran keringat yang deras, suhunya benar-benar panas.

 

Tes! Tes!

 

Ketika ingin beranjak dari brankar menuju kursi roda, ada tetesan air dari atas atap. Alana merasa tak ada hujan di luar, dan lagipula tidak mungkin rumah sakit yang terawat ini bisa bocor.

 

Karena dipenuhi rasa penasaran, Alana memutuskan untuk menengadah melihat ke atas atap. Bola mata gadis itu melotot, mulutnya mengaga terbuka dan ia mematung tak bisa menggerakkan tubuhnya.

 

Sebenarnya apa yang dilihat oleh Alana?

 

Bersambung.

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
My Rival Was Crazy
97      83     0     
Romance
Setelah terlahir kedunia ini, Syakia sudah memiliki musuh yang sangat sulit untuk dikalahkan. Musuh itu entah kenapa selalu mendapatkan nilai yang sangat bagus baik di bidang akademi, seni maupun olahraga, sehingga membuat Syakia bertanya-tanya apakah musuhnya itu seorang monster atau protagonist yang selalu beregresi seperti di novel-novel yang pernah dia baca?. Namun, seiring dengan berjalannya...
SURGA DALAM SEBOTOL VODKA
6883      1596     6     
Romance
Dari jaman dulu hingga sekarang, posisi sebagai anak masih kerap kali terjepit. Di satu sisi, anak harus mengikuti kemauan orang tua jikalau tak mau dianggap durhaka. Di sisi lain, anak juga memiliki keinginannya sendiri sesuai dengan tingkat perkembangan usianya. Lalu bagaimanakah jika keinginan anak dan orang tua saling bertentangan? Terlahir di tengah keluarga yang kaya raya tak membuat Rev...
Janji-Janji Masa Depan
11553      3109     11     
Romance
Silahkan, untuk kau menghadap langit, menabur bintang di angkasa, menyemai harapan tinggi-tinggi, Jika suatu saat kau tiba pada masa di mana lehermu lelah mendongak, jantungmu lemah berdegup, kakimu butuh singgah untuk memperingan langkah, Kemari, temui aku, di tempat apa pun di mana kita bisa bertemu, Kita akan bicara, tentang apa saja, Mungkin tentang anak kucing, atau tentang martabak mani...
Meteor Lyrid
367      273     1     
Romance
Hujan turun begitu derasnya malam itu. Dengan sisa debu angkasa malam, orang mungkin merasa takjub melihat indahnya meteor yang menari diatas sana. Terang namun samar karna jaraknya. Tapi bagiku, menemukanmu, seperti mencari meteor dalam konstelasi yang tak nyata.
Premium
Cinta si Kembar Ganteng
2924      906     0     
Romance
Teuku Rafky Kurniawan belum ingin menikah di usia 27 tahun. Ika Rizkya Keumala memaksa segera melamarnya karena teman-teman sudah menikah. Keumala pun punya sebuah nazar bersama teman-temannya untuk menikah di usia 27 tahun. Nazar itu terucap begitu saja saat awal masuk kuliah di Fakultas Ekonomi. Rafky belum terpikirkan menikah karena sedang mengejar karir sebagai pengusaha sukses, dan sudah men...
Dialog Tanpa Kata
11711      3537     19     
Romance
Rasi mencintai Sea dalam diam Hingga suatu hari Sea malah dinikahi oleh Nolan kakak dari Rasi Namun pernikahan Sea dan Nolan yang terlihat aneh Membuat Rasi bebas masuk ke kehidupan Sea Bahkan selalu menjadi orang pertama saat Sea membutuhkan bantuan Akankah Sea berpaling pada Rasi atau lagilagi perasaan Rasi hanya sebuah dialog dalam hati yang tak akan pernah terucap lewat kata Sea pada Rasi Ras...
The Hallway at Night
3975      1965     2     
Fantasy
Joanne tak pernah menduga bahwa mimpi akan menyeretnya ke dalam lebih banyak pembelajaran tentang orang lain serta tempat ia mendapati jantungnya terus berdebar di sebelah lelaki yang tak pernah ia ingat namanya itu Kalau mimpi ternyata semanis itu kenapa kehidupan manusia malah berbanding terbalik
Buku Harian
665      415     1     
True Story
Kenapa setiap awal harus ada akhir? Begitu pula dengan kisah hidup. Setiap kisah memiliki awal dan akhir yang berbeda pada setiap manusia. Ada yang berakhir manis, ada pula yang berakhir tragis. Lalu bagaimanakah dengan kisah ini?
Putaran Waktu
658      445     6     
Horror
Saga adalah ketua panitia "MAKRAB", sedangkan Uniq merupakan mahasiswa baru di Universitas Ganesha. Saat jam menunjuk angka 23.59 malam, secara tiba-tiba keduanya melintasi ruang dan waktu ke tahun 2023. Peristiwa ini terjadi saat mereka mengadakan acara makrab di sebuah penginapan. Tempat itu bernama "Rumah Putih" yang ternyata sebuah rumah untuk anak-anak "spesial". Keanehan terjadi saat Saga b...
ZAHIRSYAH
5665      1718     5     
Romance
Pesawat yang membawa Zahirsyah dan Sandrina terbang ke Australia jatuh di tengah laut. Walau kemudia mereka berdua selamat dan berhasil naik kedaratan, namun rintangan demi rintangan yang mereka harus hadapi untuk bisa pulang ke Jakarta tidaklah mudah.