Read More >>"> Yang Terindah Itu Kamu (Chapter 38 Aku Cowok Setia) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Yang Terindah Itu Kamu
MENU
About Us  

Ujian kenaikan kelas tiba dan kali ini aku sedikit melupakan masalahku dengan Ranti. Aku ingin konsentrasi dengan pelajaranku. Aku tidak mau gagal dan mengecewakan mamaku pastinya. Hampir dua minggu aku menjalani ujian kenaikan kelas dan hampir dua minggu juga aku tidak bertemu Ranti. Aku yakin dia juga tidak mau diganggu, dari dulu aku sudah tahu siapa gadis pujaanku itu.

Dia sangat doyan les, wajar saja jika otaknya seencer Albert Einstein. Aku yang selalu bangga dengan semua prestasinya. Namun, sayangnya aku juga yang selalu merasa minder jika disandingkan dengannya dalam urusan akademik.

Seusai ulangan kali ini, maunya aku langsung keluar kelas dan gegas nongkrong bareng teman bandku. Namun, tiba-tiba aku dikejutkan dengan kehadiran Happy salah satu teman sekolahku. Aku memang tidak pernah satu kelas dengannya, tapi aku mengenalnya.

Gadis super seksi, cantik laksana model itu sudah terkenal di seantero sekolahku siapa juga yang tidak akan mengenalnya. Happy berjalan menghampiriku yang sedang berkemas.

“Dit, aku mau ngomong ama kamu!” ujar Happy tiba-tiba.

Aku terkejut setengah mati. Tidak ada angin dan tidak ada hujan, tiba-tiba gadis idola di sekolah menghampiriku. Aku mendongakkan kepala sambil menatap wajah cantik yang sedang berdiri di depanku ini.

“Ngomong apaan, Hap?” tanyaku kemudian.

Happy tampak terdiam kemudian memperhatikan ke sekeliling. Saat ini keadaan kelas memang sedikit sepi. Hampir semua temanku sudah berhambur pulang. Ini memang sudah jam pulang sekolah. Happy tampak sibuk mengolah udara sambil sesekali menyibak rambut hitamnya yang sebahu. Aku hanya diam menunggunya bersuara.

“Aku suka kamu, Dit. Kamu mau jadi pacarku, gak?”

Seketika mataku terbelalak kaget mendengar pernyataan Happy. Kenapa juga aku mengalami hal yang sama seperti saat SMP dulu? Apa memang nasibku selalu ditembak para cewek duluan? Atau emang sekarang zamannya seperti itu, cewek yang melakukan confess duluan.

“Dit!! Kok bengong, sih? Aku beneran, nih!!” Happy menginterupsi lamunanku.

Aku segera menghela napas panjang sambil menggelengkan kepala. Aku juga gegas bangkit dari dudukku dan melihat ke arah Happy dengan sendu.

“Sorry, Happy. Aku udah punya pacar dan pacarku juga sama cantiknya kayak kamu. Jadi aku menolaknya,” jawabku.

Happy terlihat terkejut, matanya membola penuh melihat ke arahku. Aku memang sudah sering mendengar kalau Happy sering gonta-ganti pacar selama di sekolah ini. Bahkan tidak jarang juga para mantannya itu berkelahi karena ulah Happy ini.

“Emang pacarmu anak sini juga?” Kembali Happy bertanya. Aku tersenyum dan menggelengkan kepala.

“Gak. Dia gak sekolah di sini. Emang kenapa? Mau kenalan?”

Happy mendengus kesal dan menatapku dengan senyum genit.

“Ya udah, kalau dia gak sekolah di sini. Kita tetap bisa pacaran, ‘kan? Lagian dia gak tahu ini. Kalau di sekolah ini aku jadi pacarmu, Dit dan di luar sana kamu tetap jalan sama pacarmu.”

Aku hanya tersenyum meringis. Busyet!! Baru kali ini aku denger seorang cewek ngajak jadi selingkuhan. Apa memang zamannya sudah berubah sehingga kesetiaan tidak ada artinya? Akh ... aku bicara apaan, sih. Mungkin juga aku dengan pemikiran konvesionalku saja yang selalu menjunjung tinggi sebuah kesetiaan.

“Sorry, Happy. Aku gak pinter bohong, aku juga gak mau menyakiti hati pacarku. Lagian aku sayang banget ama dia, jadi sulit banget kalau untuk menduakannya. Kamu cari yang lain saja, deh.”

Happy tampak terkesima mendengar ucapanku kemudian tersenyum sambil menggelengkan kepala.

“Salut aku ama kamu, Dit. Beruntung banget yang jadi pacarmu. Aku pikir cowok setia zaman sekarang sudah gak ada, ternyata masih ada, ya?”

Aku sedikit bangga tersenyum ke arahnya. Dia belum tahu saja betapa besar pengorbanan yang harus aku lakukan untuk mendapatkan pujaan hatiku. Ditambah keadaan yang tak pernah berpihak kepadaku. Ya ... mungkin orang bilang aku cowok munafik dengan begonya menolak gadis cantik nan seksi kayak Happy. Tapi, itulah aku si Cowok Konvensional yang kadang masih sangat primitif memandang sebuah ikatan cinta. Sebisa mungkin aku tidak mau menyakiti hati orang yang aku sayangi, itu saja prinsipku.

Usai berkata seperti itu, aku gegas berlalu pergi meninggalkan Happy. Ada beberapa temanku yang mengumpat namaku karena dengan begonya menolak Happy. Ya ... mungkin bagi sebagian orang aku pria bego. Namun, aku juga tidak suka dengan wanita yang begitu mudahnya hinggap ke setiap pria. Apalagi kalau menganggap remeh sebuah ikatan, itu sama sekali bukan tipeku.

“Dit, kamu dari mana? Kok lama banget keluarnya?” Daniel menyambutku saat aku menghampirinya di parkiran.

“Sorry, aku tadi ngobrol dikit ama Happy.”

“Happy? Ngapain? Dia nembak kamu?” Aku terperangah kaget mendengarnya. Kenapa juga Daniel langsung bisa menebak.

“Kok kamu tahu, Niel?” Aku penasaran. Daniel hanya tertawa cengengesan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“Lah dari beberapa hari kemarin dia nanyain kamu terus. Aku udah bilang kalau kamu udah punya pacar, gak percaya. Terus tadi gimana? Kamu tolak atau diterima?”

“Ya ... aku tolaklah, terus pacarku gimana?”

Daniel terkekeh lagi kini sambil menepuk bahuku. “Kan kamu udah lama gak bareng dia. Kamu yakin pacarmu gak punya gebetan lain?”

Aku menghela napas panjang kemudian menggeleng dengan cepat.

“Aku lagi perang dingin dan itu bukan berarti putus, Niel. Buktinya kemarin dia baca pesanku, kok.”

Daniel hanya manggut-manggut sambil terus tersenyum.

“Ya udah, kalau gitu sekarang buruan kita susul anak-anak.” Daniel sudah mulai menyalakan motornya sambil menyerahkan helm ke aku.

“Emang kita mau ke mana?”

“Kamu lupa kalau hari ini saatnya ambil nomor urut tampil di kompetisi band,” jawab Daniel.

Astaga!! Kenapa aku lupa hari penting ini? Padahal aku sudah melingkari dengan tanda merah di tanggalan. Memang group bandku mengikuti lomba band tingkat SMA, tempo hari kami sudah melakukan pendaftaran dan kali ini tinggal ambil nomor urutannya saja.

Selang beberapa lama, Daniel sudah menghentikan motornya dan memarkir dengan rapi di depan sebuah sekretariat organisasi pemuda yang mengadakan lomba ini. Sudah banyak peserta lomba yang berdatangan dan tampak antri menunggu giliran.

“Sini, Dit!!” panggil Angga. Aku juga melihat anggota bandku yang lain sedang berkumpul di sana. Aku berjalan mendekat.

Namun, tiba-tiba langkahku terhenti saat ada seseorang yang menepuk bahuku dengan keras. Aku menoleh dan terkejut saat melihat ada gadis dengan mata sipit sedang tersenyum ke arahku.

“INDY?” tanyaku kemudian.

“Iya, aku pikir kamu gak inget aku, Dit.” Aku tersenyum dan kembali melihat gadis bermata sipit yang merupakan sahabat Ranti itu. Kali ini dia sudah tidak mengucir rambutnya lagi seperti dulu.

“Kamu ngapain di sini?” tanyaku kemudian.

“Aku jadi panitianya. Kebetulan aku dan Ranti ikut dalam organisasi ini, jadi otomatis kami jadi panitia lomba ini.”

Aku terdiam dan sibuk menelan saliva usai mendengar ucapan Indy barusan.

“Tunggu dulu, tadi kamu bilang kamu dan Ranti ikut organisasi ini dan jadi panitia. Itu artinya Ranti juga jadi panita?”

Indy langsung mengangguk sambil tersenyum. Seketika senyuman terkembang di wajahku. Aku langsung mengangkat kepala sambil mengedarkan pandanganku mencoba mencari sosok pujaanku tadi. Indy langsung tertawa melihat reaksiku.

“Dia belum datang, palingan sebentar lagi,” seru Indy.

Aku menoleh ke arah Indy dan menatapnya dengan mata menyipit.

“Kamu nyari Ranti, kan?” Aku mengangguk cepat, ternyata dia tahu juga kalau aku sedang nyari pujaan hatiku itu.

“Ranti belum datang. Aku juga tahu tentang kamu dan Ranti. Kalian berantem, kan?”

Aku menghela napas panjang dan menggelengkan kepala. “Aku yang salah,” ucapku lirih. Kemudian aku sudah mulai bercerita kenapa aku dan Ranti sampai perang dingin kayak gini.

Indy menghela napas panjang sambil menatapku sebal.

“Kamu kebiasaan, deh. Sukanya bikin masalah berlarut-larut, kenapa gak langsung datang ke rumahnya dan jelasin semua. Jelas saja dia marah, Dit.”

Aku menarik napas panjang lagi sambil menganggukkan kepala. Kenapa juga aku gak kepikiran ke sana, ya? Emang kapasitas otakku ini minimalis banget, bahkan ide ke sana saja gak terbayang di benakku. Aku masih berdiri terdiam mematung saat tiba-tiba ada sosok yang datang. Memang aku sedang berdiri berhadapan dengan Indy dan membelakangi sosok yang baru datang. Dari aroma parfumnya, aku rasa aku tahu siapa yang datang.

Perlahan aku menoleh dan langsung melihat sosok cantik yang sedang berdiri tidak jauh dariku. Gadis manis nan cantik pujaan hatiku itu kali ini datang tidak mengenakan baju seragam. Dia sudah berganti baju. Tampilannya sangat sportif dengan celana jens dan t-shirt. Rambutnya semakin panjang dan wajahnya juga tambah putih mulus. Dia benar-benar cantik bagai bidadari turun dari surga.

Aku tertegun di tempatku menatap tanpa kedip sosok cantik yang kurindukan, lalu pelan bibirku memanggil namanya.

“Ranti ... .”

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Tetesan Air langit di Gunung Palung
396      267     0     
Short Story
Semoga kelak yang tertimpa reruntuhan hujan rindu adalah dia, biarlah segores saja dia rasakan, beginilah aku sejujurnya yang merasakan ketika hujan membasahi
Perfect Love INTROVERT
9444      1732     2     
Fan Fiction
Katanya Buku Baru, tapi kok???
434      288     0     
Short Story
SERENA (Terbit)
16576      2826     14     
Inspirational
Lahir dalam sebuah keluarga kaya raya tidak menjamin kebahagiaan. Hidup dalam lika-liku perebutan kekuasaan tidak selalu menyenangkan. Tuntutan untuk menjadi sosok sempurna luar dalam adalah suatu keharusan. Namun, ketika kau tak diinginkan. Segala kemewahan akan menghilang. Yang menunggu hanyalah penderitaan yang datang menghadang. Akankah serena bisa memutar roda kehidupan untuk beranjak keatas...
Balada Valentine Dua Kepala
271      161     0     
Short Story
Di malam yang penuh cinta itu kepala - kepala sibuk bertemu. Asik mendengar, menatap, mencium, mengecap, dan merasa. Sedang di dua kamar remang, dua kepala berusaha menerima alasan dunia yang tak mengizinkan mereka bersama.
REMEMBER
3984      1207     3     
Inspirational
Perjuangan seorang gadis SMA bernama Gita, demi mempertahankan sebuah organisasi kepemudaan bentukan kakaknya yang menghilang. Tempat tersebut dulunya sangat berjasa dalam membangun potensi-potensi para pemuda dan pernah membanggakan nama desa. Singkat cerita, seorang remaja lelaki bernama Ferdy, yang dulunya pernah menjadi anak didik tempat tersebut tengah pulang ke kampung halaman untuk cuti...
Lost in Drama
1732      658     4     
Romance
"Drama itu hanya untuk perempuan, ceritanya terlalu manis dan terkesan dibuat-buat." Ujar seorang pemuda yang menatap cuek seorang gadis yang tengah bertolak pinggang di dekatnya itu. Si gadis mendengus. "Kau berkata begitu karena iri pada pemeran utama laki-laki yang lebih daripadamu." "Jangan berkata sembarangan." "Memang benar, kau tidak bisa berb...
Dream of Being a Villainess
949      536     2     
Fantasy
Bintang adalah siswa SMA yang tertekan dengan masa depannya. Orang tua Bintang menutut pertanggungjawaban atas cita-citanya semasa kecil, ingin menjadi Dokter. Namun semakin dewasa, Bintang semakin sadar jika minat dan kemampuannya tidak memenuhi syarat untuk kuliah Kedokteran. DI samping itu, Bintang sangat suka menulis dan membaca novel sebagai hobinya. Sampai suatu ketika Bintang mendapatkan ...
PENTAS
970      592     0     
Romance
Genang baru saja divonis kanker lalu bertemu Alia, anak dokter spesialis kanker. Genang ketua ekskul seni peran dan Alia sangat ingin mengenal dunia seni peran. Mereka bertemu persis seperti yang Aliando katakan, "Yang ada diantara pertemuan perempuan dan laki-laki adalah rencana Tuhan".
Nona Tak Terlihat
1646      1053     4     
Short Story
Ada seorang gadis yang selalu sendiri, tak ada teman disampingnya. Keberadaannya tak pernah dihiraukan oleh sekitar. Ia terus menyembunyikan diri dalam keramaian. Usahanya berkali-kali mendekati temannya namun sebanyak itu pula ia gagal. Kesepian dan ksedihan selalu menyelimuti hari-harinya. Nona tak terlihat, itulah sebutan yang melekat untuknya. Dan tak ada satupun yang memahami keinginan dan k...