Read More >>"> Yang Terindah Itu Kamu (Chapter 23 Pengrusak Konsentrasi) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Yang Terindah Itu Kamu
MENU
About Us  

“Ada apa, Win?” tanyaku.

Aku baru saja masuk kelas dan melihat beberapa temanku tampak berkerumun di depan kelas. Entah apa yang sedang mereka lihat kali ini. Itu sebabnya aku bertanya ke Erwin.

“Sekolah kita ngadain bimbel, Dit. Kamu tahu sendiri bentar lagi kita ujian dan sekolah kita ingin tahun ini siswa di sini lulus seratus persen. Itu sebabnya diadakan bimbingan belajar.”

Aku hanya manggut-manggut mendengarnya. “Terus kamu ikut, Win? Kamu ‘kan udah les?”

Erwin tersenyum sambil menganggukkan kepala. “Iya, aku udah les. Tapi apa salahnya ikut lagi buat tambahan pelajaran lagian ini gratis, kok. Kamu ikutan saja!!”

Aku tersenyum sambil menganggukkan kepala. Dari kemarin saat di rumah, mamaku juga sibuk membicarakan tentang bimbel. Beliau juga berencana akan mendaftarkan aku les, hanya saja masih menyesuaikan dengan dana yang ada. Maklum saja aku empat bersaudara dan semuanya sedang mengenyam pendidikan sekolah. Sementara mamaku hanya ibu rumah tangga biasa yang tidak bisa membantu meringankan perekonomian keluarga.

Mungkin dengan ikut bimbel gratis dari sekolah ini sedikit meringankan pikiran mamaku. Aku tersenyum lebar kemudian menoleh ke arah Erwin.

“Kamu udah daftar, Win?”

“Udah. Kamu juga udah aku daftarin tadi. Sorry, gak ngasih tahu kamu dulu.” Erwin malah tertawa cengengesan memperlihatkan giginya.

Aku hanya tersenyum sambil menepuk bahunya berulang. “Iya, makasih.”

Sepertinya bimbel gratis dari sekolah ini adalah salah satu program baru sekolah. Semoga saja sedikit membantu siswa yang kurang dalam pelajarannya seperti aku. Akhirnya hampir seharian ini banyak siswa yang membicarakan program baru dari sekolah tersebut. Banyak juga yang janjian akan melakukan bimbel bareng. Memang bimbelnya diadakan setiap sore dan hanya hari senin, rabu, jumat saja.

Pembicaraan mengenai bimbel ini juga akhirnya menjadi bahan pembicaraanku dengan Ranti. Kebetulan hari ini Ranti sudah masuk sekolah. Seperti biasa, kami pulang bareng. Ada Indy di belakang dan sayangnya tidak ada Erwin lagi di depanku.

“Kamu ikut les yang di sekolah, Ranti?” tanyaku mengawali pembicaraan kami.

Ranti tampak terdiam seakan sibuk berpikir kemudian melirik ke arahku. “Aku gak tahu, Dit. Masalahnya itu barengan ama jadwal lesku.”

Aku menghela napas panjang sambil menganggukkan kepala berulang. Aku baru ingat kalau Ranty mempunyai jadwal les mulai senin sampai dengan jumat. Hanya sabtu minggu saja dia kosongnya.

“Kalau kamu ikut juga?”

Aku tersenyum dan menganggukkan kepala. “Iya. Otakku pas-pasan kalau aku gak belajar dan gak ikut bimbel bisa gak lulus nantinya.”

Ranti hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala. “Menurutku kamu juga pinter, kok. Waktu itu saja aku minta bantuin kamu ngerjain tugas sekolah.”

“Itu ‘kan cuman kebetulan,” ujarku mengelak.

Aku gak mau meneruskan pembicaraan kami ini. Dadaku terus berdebar tak menentu seperti mau meledak saja. Ditambah semua tutur kata Ranti yang terus memujiku. Aduh ... apalah aku ini, Ranti. Aku hanya remahan rempeyek yang punya cita-cita sebakul. Sungguh, aku kadang merasa minder bilang sedang bersanding dengannya. Apa mungkin aku sanggup terus menjadi pemenang hatinya jika suatu saat ada yang lebih baik dariku?

“Dit, aku pulang dulu, ya!!” Ranti membuyarkan lamunanku dan aku hanya mengangguk sambil menatap kepergian Ranti.

Gara-gara obrolan kami tadi, membuatku tidak sadar kalau kami sudah tiba di depan gang rumah Ranti. Kenapa juga waktu perjalanan pulang ini terasa cepat? Padahal aku berharap bisa lebih lama menikmati waktu bersama Ranti.

“Udah!!! Besok kan bisa ketemu lagi!!” Tiba-tiba Indy berseru keras di telingaku. Bahkan aku sampai terkejut dibuatnya.

Lama-lama Indy ternyata seasyik itu anaknya. Aku langsung tertawa sambil menggelengkan kepala. Aku juga gegas mengayuh sepedaku lebih cepat mengejarnya. Sekali lagi apa yang dikatakan Ranti tentang Indy memang benar. Indy tidak hanya setia kawan, tapi juga menyenangkan dan asyik diajak bergurau. Ya ... walaupun awalnya sedikit ketus dan menyebalkan.

“Kamu ikut bimbel juga, Ndy?” tanyaku setelah mendekat ke Indy.

“Iya. Aku gak ikut les gak kayak Ranti. Dengan otak pas-pasan kalau gak ikut bimbel mana mungkin aku lulus dan masuk sekolah favorit.”

Aku tersenyum dan menganggukkan kepala. Ternyata nasibnya mirip denganku.

“Udah, Dit!!! Aku balik dulu.” Indy sudah berpamitan dan langsung menyebrang jalan masuk ke gangnya. Aku hanya melihatnya dari seberang jalan dengan penuh penasaran. Kapan-kapan aku akan main ke rumahnya juga kayaknya.

**

Hari rabu sore, jadwal yang aku pilih untuk mengikuti bimbel di sekolah. Suasana sore di sekolah ternyata sedikit beda dari biasanya. Aku sudah meletakkan sepedaku di tempat parkir dan bergegas jalan menuju kelas. Erwin mencegat langkahku di tengah jalan. Dengan rambut brokolinya dia tersenyum ke arahku.

“Dit, kayaknya kamu bakal suka deh kali ini?”

Aku hanya diam dan menatap Erwin dengan bingung. Memangnya hal apa yang membuat aku sangat senang kali ini.

“Emang ada apa, sih?” Erwin tidak menjawab malah menarik tanganku segera masuk kelas.

Kali ini kelas yang dipakai untuk bimbel tidak sama dengan kelasku sebelumnya. Kami sengaja diacak dan tidak menjadi satu kelas yang sama dengan saat sekolah. Aku santai saja dan malah senang karena bisa bertemu dengan beberapa teman yang lain.

Aku mengarahkan pandangan ke dalam kelas dan melihat hampir sebagian bangku sudah terisi hanya tinggal dua bangku saja dan terletak sedikit di bagian belakang. Aku berjalan lebih dulu dan langsung duduk di bangku yang paling belakang. Namun, aku langsung bengong saat aku malah duduk seorang diri, karena Erwin sudah duduk bersama teman yang lain.

“Win, kok gak duduk ama aku?” tanyaku.

“Aku gak kelihatan, Dit. Lupa gak bawa kacamata.” Memang baru seminggu ini Erwin mengenakan kacamata dan membuat tampangnya semakin lucu.

Aku hanya menghela napas panjang sambil menganggukkan kepala. Rasanya gak mungkin juga aku memaksakan kehendakku. Aku menyiapkan peralatan tulis beserta buku dan siap menunggu acara bimbel dimulai.

Kurang lima menit, tiba-tiba pintu terbuka dan tampak Indy bersama Yanti, teman Ranti masuk ke dalam kelas. Aku terbelalak kaget. Tak kusangka ternyata aku satu ruangan dengan dua rekan Ranti itu. Aku berharap andai saja Ranti juga ikut datang ke bimbel sore ini pasti menyenangkan. Namun, rasanya tidak mungkin.

Indy dan Yanti langsung memilih duduk di bangku kosong seberang bangkuku. Mereka tersenyum saat melihatku kemudian sibuk berbisik-bisik. Entah kenapa aku jadi curiga dengan ulah dua teman Ranti itu. Kurang satu menit bimbel dimulai saat tiba-tiba kembali pintu terbuka dan kali ini aku benar-benar terkejut dibuatnya.

Aku melihat gadis cantik pujaanku itu sedang berdiri di depan pintu dan terlihat sibuk mengarahkan pandangannya ke dalam kelas mencari tempat duduk. Aku membisu di tempatku. Bukannya Ranti ada les di tempat lain? Kenapa juga dia datang ke sini? Tak disangka mata kami bertemu, dia tersenyum kepadaku kemudian berjalan menghampiri.

“Dit, aku boleh duduk sini?” Ranti tiba-tiba sudah berdiri di depan mejaku.

Aku terdiam, tertegun menatapnya kemudian tanpa menjawab aku mengangguk dan gegas menggeser dudukku menyilakannya duduk. Sumpah, demi Tuhan aku senang sekali hari ini. Apa ini yang dimaksud Erwin tadi.

Aku mencari Erwin dan ternyata si Rambut Brokoli itu sedang tersenyum lebar ke arahku. Aku mengulum senyum sambil menganggukkan kepala. Padahal aku sudah lama sekali menginginkan hal seperti ini dan sepertinya Tuhan sudah mengabulkan keinginanku.

Akhirnya sepanjang bimbel itu, aku duduk dengan Ranti. Sayangnya kali ini semua trik untuk mengerjakan soal matematika yang diterangkan di depan sama sekali tidak bisa aku serap dengan baik. Aku sibuk menikmati makhluk indah ciptaan Tuhan yang kali ini duduk manis di sebelahku. Sumpah, aku jadi merasa sedikit bersalah dengan mamaku kali ini. Maafkan aku, Ma. Aku jatuh cinta ke gadis ini dan pesonanya sungguh mengusik konsentrasiku kali ini.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Tetesan Air langit di Gunung Palung
396      267     0     
Short Story
Semoga kelak yang tertimpa reruntuhan hujan rindu adalah dia, biarlah segores saja dia rasakan, beginilah aku sejujurnya yang merasakan ketika hujan membasahi
Perfect Love INTROVERT
9444      1732     2     
Fan Fiction
Katanya Buku Baru, tapi kok???
434      288     0     
Short Story
SERENA (Terbit)
16576      2826     14     
Inspirational
Lahir dalam sebuah keluarga kaya raya tidak menjamin kebahagiaan. Hidup dalam lika-liku perebutan kekuasaan tidak selalu menyenangkan. Tuntutan untuk menjadi sosok sempurna luar dalam adalah suatu keharusan. Namun, ketika kau tak diinginkan. Segala kemewahan akan menghilang. Yang menunggu hanyalah penderitaan yang datang menghadang. Akankah serena bisa memutar roda kehidupan untuk beranjak keatas...
Balada Valentine Dua Kepala
271      161     0     
Short Story
Di malam yang penuh cinta itu kepala - kepala sibuk bertemu. Asik mendengar, menatap, mencium, mengecap, dan merasa. Sedang di dua kamar remang, dua kepala berusaha menerima alasan dunia yang tak mengizinkan mereka bersama.
REMEMBER
3984      1207     3     
Inspirational
Perjuangan seorang gadis SMA bernama Gita, demi mempertahankan sebuah organisasi kepemudaan bentukan kakaknya yang menghilang. Tempat tersebut dulunya sangat berjasa dalam membangun potensi-potensi para pemuda dan pernah membanggakan nama desa. Singkat cerita, seorang remaja lelaki bernama Ferdy, yang dulunya pernah menjadi anak didik tempat tersebut tengah pulang ke kampung halaman untuk cuti...
Lost in Drama
1732      658     4     
Romance
"Drama itu hanya untuk perempuan, ceritanya terlalu manis dan terkesan dibuat-buat." Ujar seorang pemuda yang menatap cuek seorang gadis yang tengah bertolak pinggang di dekatnya itu. Si gadis mendengus. "Kau berkata begitu karena iri pada pemeran utama laki-laki yang lebih daripadamu." "Jangan berkata sembarangan." "Memang benar, kau tidak bisa berb...
Dream of Being a Villainess
949      536     2     
Fantasy
Bintang adalah siswa SMA yang tertekan dengan masa depannya. Orang tua Bintang menutut pertanggungjawaban atas cita-citanya semasa kecil, ingin menjadi Dokter. Namun semakin dewasa, Bintang semakin sadar jika minat dan kemampuannya tidak memenuhi syarat untuk kuliah Kedokteran. DI samping itu, Bintang sangat suka menulis dan membaca novel sebagai hobinya. Sampai suatu ketika Bintang mendapatkan ...
PENTAS
969      591     0     
Romance
Genang baru saja divonis kanker lalu bertemu Alia, anak dokter spesialis kanker. Genang ketua ekskul seni peran dan Alia sangat ingin mengenal dunia seni peran. Mereka bertemu persis seperti yang Aliando katakan, "Yang ada diantara pertemuan perempuan dan laki-laki adalah rencana Tuhan".
Nona Tak Terlihat
1646      1053     4     
Short Story
Ada seorang gadis yang selalu sendiri, tak ada teman disampingnya. Keberadaannya tak pernah dihiraukan oleh sekitar. Ia terus menyembunyikan diri dalam keramaian. Usahanya berkali-kali mendekati temannya namun sebanyak itu pula ia gagal. Kesepian dan ksedihan selalu menyelimuti hari-harinya. Nona tak terlihat, itulah sebutan yang melekat untuknya. Dan tak ada satupun yang memahami keinginan dan k...