Loading...
Logo TinLit
Read Story - Yang Terindah Itu Kamu
MENU
About Us  

“Ada apa, Win?” tanyaku.

Aku baru saja masuk kelas dan melihat beberapa temanku tampak berkerumun di depan kelas. Entah apa yang sedang mereka lihat kali ini. Itu sebabnya aku bertanya ke Erwin.

“Sekolah kita ngadain bimbel, Dit. Kamu tahu sendiri bentar lagi kita ujian dan sekolah kita ingin tahun ini siswa di sini lulus seratus persen. Itu sebabnya diadakan bimbingan belajar.”

Aku hanya manggut-manggut mendengarnya. “Terus kamu ikut, Win? Kamu ‘kan udah les?”

Erwin tersenyum sambil menganggukkan kepala. “Iya, aku udah les. Tapi apa salahnya ikut lagi buat tambahan pelajaran lagian ini gratis, kok. Kamu ikutan saja!!”

Aku tersenyum sambil menganggukkan kepala. Dari kemarin saat di rumah, mamaku juga sibuk membicarakan tentang bimbel. Beliau juga berencana akan mendaftarkan aku les, hanya saja masih menyesuaikan dengan dana yang ada. Maklum saja aku empat bersaudara dan semuanya sedang mengenyam pendidikan sekolah. Sementara mamaku hanya ibu rumah tangga biasa yang tidak bisa membantu meringankan perekonomian keluarga.

Mungkin dengan ikut bimbel gratis dari sekolah ini sedikit meringankan pikiran mamaku. Aku tersenyum lebar kemudian menoleh ke arah Erwin.

“Kamu udah daftar, Win?”

“Udah. Kamu juga udah aku daftarin tadi. Sorry, gak ngasih tahu kamu dulu.” Erwin malah tertawa cengengesan memperlihatkan giginya.

Aku hanya tersenyum sambil menepuk bahunya berulang. “Iya, makasih.”

Sepertinya bimbel gratis dari sekolah ini adalah salah satu program baru sekolah. Semoga saja sedikit membantu siswa yang kurang dalam pelajarannya seperti aku. Akhirnya hampir seharian ini banyak siswa yang membicarakan program baru dari sekolah tersebut. Banyak juga yang janjian akan melakukan bimbel bareng. Memang bimbelnya diadakan setiap sore dan hanya hari senin, rabu, jumat saja.

Pembicaraan mengenai bimbel ini juga akhirnya menjadi bahan pembicaraanku dengan Ranti. Kebetulan hari ini Ranti sudah masuk sekolah. Seperti biasa, kami pulang bareng. Ada Indy di belakang dan sayangnya tidak ada Erwin lagi di depanku.

“Kamu ikut les yang di sekolah, Ranti?” tanyaku mengawali pembicaraan kami.

Ranti tampak terdiam seakan sibuk berpikir kemudian melirik ke arahku. “Aku gak tahu, Dit. Masalahnya itu barengan ama jadwal lesku.”

Aku menghela napas panjang sambil menganggukkan kepala berulang. Aku baru ingat kalau Ranty mempunyai jadwal les mulai senin sampai dengan jumat. Hanya sabtu minggu saja dia kosongnya.

“Kalau kamu ikut juga?”

Aku tersenyum dan menganggukkan kepala. “Iya. Otakku pas-pasan kalau aku gak belajar dan gak ikut bimbel bisa gak lulus nantinya.”

Ranti hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala. “Menurutku kamu juga pinter, kok. Waktu itu saja aku minta bantuin kamu ngerjain tugas sekolah.”

“Itu ‘kan cuman kebetulan,” ujarku mengelak.

Aku gak mau meneruskan pembicaraan kami ini. Dadaku terus berdebar tak menentu seperti mau meledak saja. Ditambah semua tutur kata Ranti yang terus memujiku. Aduh ... apalah aku ini, Ranti. Aku hanya remahan rempeyek yang punya cita-cita sebakul. Sungguh, aku kadang merasa minder bilang sedang bersanding dengannya. Apa mungkin aku sanggup terus menjadi pemenang hatinya jika suatu saat ada yang lebih baik dariku?

“Dit, aku pulang dulu, ya!!” Ranti membuyarkan lamunanku dan aku hanya mengangguk sambil menatap kepergian Ranti.

Gara-gara obrolan kami tadi, membuatku tidak sadar kalau kami sudah tiba di depan gang rumah Ranti. Kenapa juga waktu perjalanan pulang ini terasa cepat? Padahal aku berharap bisa lebih lama menikmati waktu bersama Ranti.

“Udah!!! Besok kan bisa ketemu lagi!!” Tiba-tiba Indy berseru keras di telingaku. Bahkan aku sampai terkejut dibuatnya.

Lama-lama Indy ternyata seasyik itu anaknya. Aku langsung tertawa sambil menggelengkan kepala. Aku juga gegas mengayuh sepedaku lebih cepat mengejarnya. Sekali lagi apa yang dikatakan Ranti tentang Indy memang benar. Indy tidak hanya setia kawan, tapi juga menyenangkan dan asyik diajak bergurau. Ya ... walaupun awalnya sedikit ketus dan menyebalkan.

“Kamu ikut bimbel juga, Ndy?” tanyaku setelah mendekat ke Indy.

“Iya. Aku gak ikut les gak kayak Ranti. Dengan otak pas-pasan kalau gak ikut bimbel mana mungkin aku lulus dan masuk sekolah favorit.”

Aku tersenyum dan menganggukkan kepala. Ternyata nasibnya mirip denganku.

“Udah, Dit!!! Aku balik dulu.” Indy sudah berpamitan dan langsung menyebrang jalan masuk ke gangnya. Aku hanya melihatnya dari seberang jalan dengan penuh penasaran. Kapan-kapan aku akan main ke rumahnya juga kayaknya.

**

Hari rabu sore, jadwal yang aku pilih untuk mengikuti bimbel di sekolah. Suasana sore di sekolah ternyata sedikit beda dari biasanya. Aku sudah meletakkan sepedaku di tempat parkir dan bergegas jalan menuju kelas. Erwin mencegat langkahku di tengah jalan. Dengan rambut brokolinya dia tersenyum ke arahku.

“Dit, kayaknya kamu bakal suka deh kali ini?”

Aku hanya diam dan menatap Erwin dengan bingung. Memangnya hal apa yang membuat aku sangat senang kali ini.

“Emang ada apa, sih?” Erwin tidak menjawab malah menarik tanganku segera masuk kelas.

Kali ini kelas yang dipakai untuk bimbel tidak sama dengan kelasku sebelumnya. Kami sengaja diacak dan tidak menjadi satu kelas yang sama dengan saat sekolah. Aku santai saja dan malah senang karena bisa bertemu dengan beberapa teman yang lain.

Aku mengarahkan pandangan ke dalam kelas dan melihat hampir sebagian bangku sudah terisi hanya tinggal dua bangku saja dan terletak sedikit di bagian belakang. Aku berjalan lebih dulu dan langsung duduk di bangku yang paling belakang. Namun, aku langsung bengong saat aku malah duduk seorang diri, karena Erwin sudah duduk bersama teman yang lain.

“Win, kok gak duduk ama aku?” tanyaku.

“Aku gak kelihatan, Dit. Lupa gak bawa kacamata.” Memang baru seminggu ini Erwin mengenakan kacamata dan membuat tampangnya semakin lucu.

Aku hanya menghela napas panjang sambil menganggukkan kepala. Rasanya gak mungkin juga aku memaksakan kehendakku. Aku menyiapkan peralatan tulis beserta buku dan siap menunggu acara bimbel dimulai.

Kurang lima menit, tiba-tiba pintu terbuka dan tampak Indy bersama Yanti, teman Ranti masuk ke dalam kelas. Aku terbelalak kaget. Tak kusangka ternyata aku satu ruangan dengan dua rekan Ranti itu. Aku berharap andai saja Ranti juga ikut datang ke bimbel sore ini pasti menyenangkan. Namun, rasanya tidak mungkin.

Indy dan Yanti langsung memilih duduk di bangku kosong seberang bangkuku. Mereka tersenyum saat melihatku kemudian sibuk berbisik-bisik. Entah kenapa aku jadi curiga dengan ulah dua teman Ranti itu. Kurang satu menit bimbel dimulai saat tiba-tiba kembali pintu terbuka dan kali ini aku benar-benar terkejut dibuatnya.

Aku melihat gadis cantik pujaanku itu sedang berdiri di depan pintu dan terlihat sibuk mengarahkan pandangannya ke dalam kelas mencari tempat duduk. Aku membisu di tempatku. Bukannya Ranti ada les di tempat lain? Kenapa juga dia datang ke sini? Tak disangka mata kami bertemu, dia tersenyum kepadaku kemudian berjalan menghampiri.

“Dit, aku boleh duduk sini?” Ranti tiba-tiba sudah berdiri di depan mejaku.

Aku terdiam, tertegun menatapnya kemudian tanpa menjawab aku mengangguk dan gegas menggeser dudukku menyilakannya duduk. Sumpah, demi Tuhan aku senang sekali hari ini. Apa ini yang dimaksud Erwin tadi.

Aku mencari Erwin dan ternyata si Rambut Brokoli itu sedang tersenyum lebar ke arahku. Aku mengulum senyum sambil menganggukkan kepala. Padahal aku sudah lama sekali menginginkan hal seperti ini dan sepertinya Tuhan sudah mengabulkan keinginanku.

Akhirnya sepanjang bimbel itu, aku duduk dengan Ranti. Sayangnya kali ini semua trik untuk mengerjakan soal matematika yang diterangkan di depan sama sekali tidak bisa aku serap dengan baik. Aku sibuk menikmati makhluk indah ciptaan Tuhan yang kali ini duduk manis di sebelahku. Sumpah, aku jadi merasa sedikit bersalah dengan mamaku kali ini. Maafkan aku, Ma. Aku jatuh cinta ke gadis ini dan pesonanya sungguh mengusik konsentrasiku kali ini.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
NADI
6206      1708     2     
Mystery
Aqila, wanita berumur yang terjebak ke dalam lingkar pertemanan bersama Edwin, Adam, Wawan, Bimo, Haras, Zero, Rasti dan Rima. mereka ber-sembilan mengalami takdir yang memilukan hingga memilih mengakhiri kehidupan tetapi takut dengan kematian. Demi menyembunyikan diri dari kebenaran, Aqila bersembunyi dibalik rumah sakit jiwa. tibalah waktunya setiap rahasia harus diungkapkan, apa yang sebenarn...
LUCID DREAM
556      390     0     
Short Story
aku bertemu dengan orang yang misterius selalu hadir di mimpi walapun aku tidak kenal dengannya. aku berharap aku bisa kenal dia dan dia akan menjadi prioritas utama bagi hidupku.
In Her Place
992      652     21     
Mystery
Rei hanya ingin menyampaikan kebenaran—bahwa Ema, gadis yang wajahnya sangat mirip dengannya, telah dibunuh. Namun, niat baiknya disalahartikan. Keluarga Ema mengira Rei mengalami trauma dan membawanya pulang, yakin bahwa dia adalah Ema yang hilang. Terjebak dalam kesalahpahaman dan godaan kehidupan mewah, Rei memilih untuk tetap diam dan menjalani peran barunya sebagai putri keluarga konglomer...
The Emergency Marriage Secret
130      40     0     
Romance
Raina tidak pernah berpikir bahwa hidupnya akan berubah drastis hanya karena satu permintaan terakhir dari sang Ayah. Permintaan yang sederhana namun berat, menikah. Calon suaminya adalah seorang dokter muda, anak dari sahabat lama Ayahnya. Raina tidak mencintai pria itu, bahkan nyaris tak mengenalnya. Tapi demi Ayah yang terbaring sakit dengan riwayat jantung melemah, Raina mengiyakan. ...
ONE SIDED LOVE
1533      679     10     
Romance
Pernah gak sih ngalamin yang namanya cinta bertepuk sebelah tangan?? Gue, FADESA AIRA SALMA, pernah!. Sering malah! iih pediih!, pedih banget rasanya!. Di saat gue seneng banget ngeliat cowok yang gue suka, tapi di sisi lain dianya biasa aja!. Saat gue baperan sama perlakuannya ke gue, dianya malah begitu juga ke cewek lain. Ya mungkin emang guenya aja yang baper! Tapi, ya ampun!, ini mah b...
Awal Akhir
715      458     0     
Short Story
Tentang pilihan, antara meninggalkan cinta selamanya, atau meninggalkan untuk kembali pada cinta.
Singlelillah
1327      638     2     
Romance
Kisah perjalanan cinta seorang gadis untuk dapat menemukan pasangan halalnya. Mulai dari jatuh cinta, patah hati, di tinggal tanpa kabar, sampai kehilangan selamanya semua itu menjadi salah satu proses perjalanan Naflah untuk menemukan pasangan halalnya dan bahagia selamanya.
LINN
13697      2059     2     
Romance
“Mungkin benar adanya kita disatukan oleh emosi, senjata dan darah. Tapi karena itulah aku sadar jika aku benar-benar mencintaimu? Aku tidak menyesakarena kita harus dipertemukan tapi aku menyesal kenapa kita pernah besama. Meski begitu, kenangan itu menjadi senjata ampuh untuk banggkit” Sara menyakinkan hatinya. Sara merasa terpuruk karena Adrin harus memilih Tahtanya. Padahal ia rela unt...
SANTA GIRL
518      268     5     
Short Story
Ternyata! Santa itu nyata. Ada yang pernah melihatnya di Litlagea, uptown Loughrea. Bukan seorang kakek dengan kereta rusa, tapi seorang gadis kota yang kamu sukai.
Putaran Roda
569      384     0     
Short Story
Dion tak bergeming saat kotak pintar itu mengajaknya terjun ke dunia maya. Sempurna tidak ada sedikit pun celah untuk kembali. Hal itu membuat orang-orang di sekitarnya sendu. Mereka semua menjauh, namun Dion tak menghiraukan. Ia tetap asik menikmati dunia game yang ditawarkan kotak pintarnya. Sampai akhirnya pun sang kekasih turut meninggalkannya. Baru ketika roda itu berputar mengantar Dion ke ...