Loading...
Logo TinLit
Read Story - Yang Terindah Itu Kamu
MENU
About Us  

Pagiku kali ini disambut dengan langit yang menghitam. Sudah mulai datang musim penghujan dan sepertinya hari ini hujan akan mengawali hari. Untung saja aku tepat tiba di sekolah sebelum hujan turun. Setengah berlari aku masuk ke dalam kelas, tidak kusangka aku malah berpapasan dengan Ranti yang juga baru datang.

Aku perlahan langkahku dan memilih berjalan di belakangnya. Maunya aku menghampiri dan jalan bersisian dengannya, tapi kejadian kemarin dan tatapan marahnya membuat aku ragu. Namun, sepertinya keputusanku itu adalah kesalahan terbesarku hari ini.

“Halo, Dit!!” Sebuah sapaan membuat aku terkejut. Aku menoleh dan melihat Melan berjalan di belakangku.

Tidak kusangka gadis manis yang sedang kuikuti itu juga menoleh melihat ke arahku. Kini dua pasang mata sedang menatapku. Satunya dengan senyum manis dan satunya lagi dengan tatapan sinis.

“Eh ... iya.” Aku membalas sapaan Melan, tapi mataku terus melirik ke arah Ranti seakan menyakinkan ke gadis itu kalau aku sedang memperhatikannya.

“Sini deh, Dit!” Tiba-tiba Melan menarik tanganku menjauh dari Ranti. Tentu saja aku terkejut, ingin menolak, tapi rasanya tidak mungkin.

Akhirnya aku menurut untuk berbelok sebentar dari arah ke kelasku. Sementara Ranti tidak mau menoleh ke arahku. Entah sengaja atau tidak, dia semakin mempercepat langkahnya. Kini tinggal aku dan Melan berada di depan taman sekolah. Hujan gerimis mulai turun seakan membuat suasana semakin sendu dan romantis. Andai saja kulalui suasana syahdu ini dengan gadis pujaanku, aku pasti akan senang.

“Ada apa, Mel?” tanyaku menginterupsi lamunan gadis itu.

Melan tersenyum manis sambil berulang menyibak rambut pirangnya yang setengah basah.

“Ini, Dit!” Tiba-tiba Melan menyodorkan sebuah undangan berwarna pink ke arahku.

“Apa ini?” tanyaku dengan alis mengernyit.

“Akhir pekan besok, aku ulang tahun dan aku sengaja merayakan pesta ulang tahunku di rumah. Kamu datang, ya?” pinta Melan.

Aku hanya mengangguk sambil menyimpan undangannya ke saku celanaku. Aku pikir dia akan minta tolong apa lagi, ternyata hanya untuk memberi undangan ulang tahun.

“Ya udah. Aku ke kelas dulu.” Aku langsung berbalik dan meninggalkan Melan begitu saja. Aku tidak mau datang terlambat kali ini.

Setengah berlari aku menuju kelas, untung saja pelajaran pertama belum dimulai. Erwin melihatku sambil mengernyit.

“Perasaan dari tadi aku ngelihat kamu datang, Dit. Kok baru nyampe kelas sekarang?” tanya Erwin.

“Iya, tadi ketemu Melan. Dia ngasih ini.” Aku menunjukkan sebuah surat undangan ulang tahun berwarna pink yang kusimpan di saku celana.

“Jadi dia juga ngundang kamu.” Aku mengangguk dengan cepat.

“Iya. Kamu juga?” tanyaku penasaran.
Erwin tersenyum dan menggeleng. Tentu saja aku terkejut mendengarnya.

“Gak. Melan hanya mengundang orang tertentu di pestanya. Kalau gak ganteng, cantik, pintar, kaya dan populer gak bakalan dapat undangan itu. Di sini palingan kamu dan Arik yang dapat.”

Aku terdiam sambil mengernyitkan alis. “Kok bisa gitu? Dia pilih-pilih teman? Aku pikir semua bakal dapat. Ya ... minim yang kenal gitu.”

Erwin menggeleng sambil tersenyum masam. Aku hanya menghela napas panjang sambil menyimpan kembali undangan tersebut. Kini perhatianku terarah ke gadis manis di depanku. Aku hampir lupa melihat ekspresi Ranti saat aku datang tadi.

Apa dia masih marah padaku? Apa dia masih salah paham dan menganggapku dekat dengan Melan? Akh ... susah juga harus menjelaskan apa. Antara kami tidak ada ikatan apa-apa atau hubungan apa pun, lagi pula kami masih terlalu kecil untuk urusan begituan.

Tiba-tiba Ranti menoleh ke belakang. Seperti biasa jika dia hendak mengambil buku atau mengeluarkan sesuatu dari dalam tas, dia selalu melakukan hal itu. Aku terkejut, untuk beberapa saat mata kami bertemu. Aku mencoba tersenyum seperti biasanya, tapi sorot mata gadis cantik di depanku ini menunjukkan kemarahan. Bahkan buru-buru memutus pertemuan empat mata kami.

Kamu marah padaku, Ranti? Hanya itu yang ingin aku tanyakan, tapi mengapa lidahku terasa kelu. Aku benar-benar tak bisa bertutur seperti biasanya kali ini. Aku benar-benar benci pada diriku.

**

Istirahat tiba, seperti biasa semua siswa berlarian keluar kelas untuk menghabiskan waktu istirahat di kantin. Aku tidak melihat Ranti keluar kelas, aku malah melihatnya sedang asyik menulis sesuatu. Entah apa yang selalu dia tulis, kadang aku penasaran dan ingin menanyakannya. Namun, sekali lagi aku benar-benar menjadi tuna wicara kali ini.

“DIT!!!” sebuah panggilan serta merta mengagetkanku.

Aku mendongakkan kepala dan melihat Melan sudah masuk ke dalam kelasku. Sejak kapan dia berada di sini dan apa yang dia lakukan. Terang saja, Ranti yang duduk di depanku juga terkejut dan otomatis menoleh.

“Eh, iya, Mel. Ada apa?” tanyaku. Namun, sekali lagi dengan mata yang melirik ke arah Ranti.

Lagi-lagi gadis pujaanku itu melirikku dengan sorot mata penuh amarah. Plese, Ranti. Aku gak ada hubungan apa-apa dengan Melan, hanya teman. Sumpah. Akh ... percuma juga kalau aku ngomongnya hanya dalam hati tanpa berani mengatakannya langsung.

“Yuk, temani aku ke kantin!” ajak Melan. Dia langsung menarik tanganku membuatku bangkit dan berdiri dengan terpaksa.

“Eng ... aku belum ngerjain PR, Mel,” bohongku.

“Udah, nanti juga bisa. Yuk!!”

Dengan langkah gontai, perlahan aku keluar kelas. Sesaat sebelum meninggalkan kelas, aku menoleh ke belakang dan kulihat mata penuh amarah milik Ranti sedang melihat ke arahku. Maafin aku, Ranti. Aku gak bisa berkata apa-apa padamu. Tolong, jangan anggap ini pembalasanku karena sikapmu dengan Arik kemarin. Sumpah, ini bukan karena itu.

Melan terus menyeretku hingga ke kantin. Tak ayal kami jadi pusat perhatian di sana. Banyak siswa siswi yang mengolok kami dengan membunyikan suara menggoda dan koor tak beraturan. Aku hanya tersenyum masam sambil berulang menggelengkan kepala seakan menyangkal semua yang menjadi tuduhan teman-teman.

“Kamu mau makan apa? Aku traktir!” ucap Melan kemudian.

“Aku gak laper, Mel. Aku balik kelas aja, mau ngerjain PR.” Sekali lagi aku berbohong.

“Adit!!! Ini waktunya istirahat, jangan bahas pelajaran dulu napa. Udah, diem sini!! Aku pesenin makanan dulu.”

Aku hanya diam sambil terpaksa mengangguk. Pengen rasanya berlari balik kelas, tapi itu bukan sikap yang patut dicontoh. Aku turuti saja kemauannya kali ini setelah itu aku akan pikirkan ulang. Tak lama Melan datang sambil membawa dua mangkok bakso tak lama menyusul lagi dua gelas es teh. Aku hanya diam memperhatikan.

“Yuk, makan, Dit. Udara dingin gini enaknya makan yang hangat-hangat,” ucap Melan.

Aku hanya mengangguk dan mulai menikmati bakso pesanannya. Sayang juga kalau gak dimakan, mubazir kalau kata orang. Kami masih asyik menikmati makan bakso. Kali ini Melan terus berbicara banyak, cerita ngalor ngidul dan sedikit membuatku bosan. Inti ceritanya dia menceritakan kegiatannya kalau liburan dan tentang semacamnya itu.

Telingaku sudah panas dan ingin berhenti, bahkan mataku sibuk beredar mencari barangkali ada salah satu temanku yang melintas. Sehingga bisa membawaku pergi dari sini. Namun, hingga jam tanda istirahat selesai, aku masih duduk manis di bangku kantin.

“Aku balik dulu, Mel. Makasih traktirannya,” ucapku sambil gegas bangkit. Aku gak mau terlambat masuk kelas kali ini.

Namun, sepertinya Melan tidak mau membiarkanku pergi begitu saja. Dia menarik lenganku membuatku berhenti.

“Ada apa?” tanyaku. Aku sudah berbalik dan menatapnya.

Melan terdiam, menundukkan kepala sambil sibuk memainkan tangannya. Kemudian perlahan dia mengangkat kepala hingga membuat mata kami bertemu. Tak lama aku melihat mulutnya terbuka dan bersuara sangat lancar kepadaku.

“Aku suka kamu, Dit.”

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
The Alpha
1817      824     0     
Romance
Winda hanya anak baru kelas dua belas biasa yang tidak menarik perhatian. Satu-satunya alasan mengapa semua orang bisa mengenalinya karena Reza--teman masa kecil dan juga tetangganya yang ternyata jadi cowok populer di sekolah. Meski begitu, Winda tidak pernah ambil pusing dengan status Reza di sekolah. Tapi pada akhirnya masalah demi masalah menghampiri Winda. Ia tidak menyangka harus terjebak d...
Mr. Kutub Utara
331      254     2     
Romance
Hanya sebuah kisah yang terdengar cukup klasik dan umum dirasakan oleh semua orang. Sebut saja dia Fenna, gadis buruk rupa yang berharap sebuah cinta datang dari pangeran berwajah tampan namun sangat dingin seperti es yang membeku di Kutub utara.
Once Upon A Time
375      247     4     
Short Story
Jessa menemukan benda cantik sore itu, tetapi ia tak pernah berpikir panjang tentang apa yang dipungutnya.
Cinta Datang Tanpa Menyapa
763      497     2     
Short Story
Setelah Reina menolong Azura, dia mendapat kesempatan untuk kuliah di Jepang. Kehidupanya selama di Jepang sangat menyenangkan sampai hari dimana hubungan Reina dengan keluarga Azura merenggang, termasuk dengan Izana.salah satu putra Azura. Apa yang sebenarnya terjadi? dan mengapa sikap Izana berubah?
It's Our Story
997      461     1     
Romance
Aiza bukan tipe cewek yang suka nonton drama kayak temen-temennya. Dia lebih suka makan di kantin, atau numpang tidur di UKS. Padahal dia sendiri ketua OSIS. Jadi, sebenernya dia sibuk. Tapi nggak sibuk juga. Lah? Gimana jadinya kalo justru dia yang keseret masuk ke drama itu sendiri? Bahkan jadi tokoh utama di dalamnya? Ketemu banyak konflik yang selama ini dia hindari?
Shymphony Of Secret
475      318     1     
Romance
Niken Graviola Bramasta “Aku tidak pernah menginginkan akan dapat merasakan cinta.Bagiku hidupku hanyalah untuk membalaskan dendam kematian seluruh keluargaku.Hingga akhirnya seseorang itu, seseorang yang pernah teramat dicintai adikku.Seseorang yang awalnya ku benci karena penghinaan yang diberikannya bertubi-tubi.Namun kemudian dia datang dengan cinta yang murni padaku.Lantas haruskah aku m...
FLOW in YOU (Just Play the Song...!)
3268      918     2     
Romance
Allexa Haruna memutuskan untuk tidak mengikuti kompetisi piano tahun ini. Alasan utamanya adalah, ia tak lagi memiliki kepercayaan diri untuk mengikuti kompetisi. Selain itu ia tak ingin Mama dan kakaknya selalu khawatir karenanya. Keputusan itu justru membuatnya dipertemukan dengan banyak orang. Okka bersama band-nya, Four, yang terdiri dari Misca, Okka, dan Reza. Saat Misca, sahabat dekat A...
HIRAETH
427      295     0     
Fantasy
Antares tahu bahwa Nathalie tidak akan bisa menjadi rumahnya. Sebagai seorang nephilim─separuh manusia dan malaikat─kutukan dan ketakutan terus menghantuinya setiap hari. Antares mempertaruhkan seluruh dirinya meskipun musibah akan datang. Ketika saat itu tiba, Antares harap ia telah cukup kuat untuk melindungi Nathalie. Gadis yang Antares cintai secara sepihak, satu-satunya dalam kehidupa...
Jurus PDKT
362      225     1     
Short Story
Heran deh.. Kalau memang penasaran kenapa tidak dibuka saja? Nina geleng-geleng kepala. Tidak mengerti jalan pikiran sahabatnya Windi yang tengah tersiksa dengan rasa penasaran ditambah cemas.
The Boy
1779      687     3     
Romance
Fikri datang sebagai mahasiswa ke perguruan tinggi ternama. Mendapatkan beasiswa yang tiba-tiba saja dari pihak PTS tersebut. Merasa curiga tapi di lain sisi, PTS itu adalah tempat dimana ia bisa menemukan seseorang yang menghadirkan dirinya. Seorang ayah yang begitu jauh bagai bintang di langit.