Istirahatlah...
Perih di kedua mataku. Ngantuk. Tapi, sebentar, menunda lagi waktu tidur. Ada pemikiran yang muncul.
Aku sedang istirahat. Bukan di dalam rumah tempatku pulang setelah bekerja, tapi di perjalanan, di penginapan, di tempat asing. Istirahat dengan kedua mata terbuka atau tertutup.
Ternyata sudah lama. Begini. Ahh.., aku baru menyadarinya.
Mengingatkan aku pada istilah therapeutic.
Aku butuh tempat untuk merasakan istirahat agar mendapat pemulihan diri.
Seketika pemikiran ini muncul. Ada perbedaan besar antara sedang sendiri dan merasa sendiri.
Aku bisa menikmati waktu sendiri walau di tempat baru dan asing, seperti tidak ada masalah. Seketika aku bisa menikmati waktu 'sekarang'. Sebentarpun bisa cukup.
Namun saat merasa sendiri, aku gelisah. Terkadang juga begitu sedih. Kesedihan yang sama halnya, ketika merasa sendiri walau memiliki seseorang.
Belakang ini menjadi sering ku dengar dari mereka yang berpasangan. Entah itu berasal dari kekecewaan yang menumpuk, kesalahan pahaman, atau kebingungan untuk saling mengerti. Tidak jarang juga kepedulian hilang karena rutinitas. Akibatnya, bentuk perhatian sering terlupa, bahkan dianggap tidak perlu lagi.
Gesekan perdebatan yang terjadi berkali-kali. Beberapa bisa dipahami, dan lainnya tidak.
Pilihan bertahan atau akhiri muncul kembali. Tentu itu bergantung pada siapa individu yang sedang dihadapi. Seseorang yang pantas dipertahankan atau lebih baik dilepaskan.
Tenang. Aku sesungguhnya menenangkan diriku sendiri. Tidak sama rata. Tidak semua.
Biarpun harapan itu kecil, masih lebih baik memiliki dari pada kehilangan harapan sama sekali.
"Pas sekali," komentarku.
Mobil melaju melewati jalanan di antara rumah-rumah yang mungkin sudah berdiri puluhan tahun lamanya. Suhu menurun. Begitu malam.
Malam yang tidak sunyi seperti pikiran yang ramai. Mobil berhenti untuk singgah di samping trotoar. Dua mangkok skoteng di pesan. Duduk lesehan bersebelahan. Pengamen ke dua datang. Lagu dengan bahasa daerah di nyanyikan.
Jikapun ada suara-suara di sekitar. Malam yang masih berlanjut ini, terasa damai. Aku tidak merasa sendiri.
Gelisahku mereda.