Read More >>"> Of Girls and Glory (Chapter 11 -- Movie Night) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Of Girls and Glory
MENU
About Us  

Matahari sudah hampir tenggelam dan Annika baru berjalan menyusuri taman untuk kembali ke asrama. Ia melihat anak-anak yang telah berganti pakaian dengan jilbab yang lebih santai, sementara ia masih berseragam lengkap. Kak Katya memutuskan kalau mereka harus memulai rapat soal festival kebudayaan mendatang. Ada banyak sekali hal yang harus dilakukan. Tak heran kalau gadis itu pulang dengan wajah lelah.

Hari Kamis sore saat matahari sudah tak mengerahkan kekuatan penuhnya untuk bersinar adalah waktu paling menyenangkan di Aqiela Ru’ya. Sekolah sudah berakhir jam sebelas siang, dan besok adalah hari libur, mereka bermain dengan puas. Annika berpapasan dengan sekelompok orang yang membawa tongkat kasti, ada juga yang kelihatannya habis berenang di kolam renang melihat wajah mereka yang segar. Ya ampun, sudah berapa lama ia tidak berenang?

“Annika! Baru pulang?” sapa Danila saat Annika melewati kebun. Gadis itu tengah sibuk menyirami kentangnya. Setelah Annika sering pulang hampir Magrib, mereka membuat kesepakatan, Annika menyiram tanaman mereka di pagi hari dan Danila di sore hari.

“Iyaaaa, huhu, capek banget …” keluh Annika dengan bahu melemas.

“Uh, kasihannya,” tawa Danila, kemudian ia buru-buru mencuci tangan dan menghampiri Annika. “Sini aku bawain yang ini. Kertas-kertasnya banyak banget. Ini kertas apa aja?” katanya sambil meraih tumpukan kertas dan map yang ada di tangan kanan Annika.

“Ini … rancangan proposal buat ekskul desain grafis. Huft. Makan malam apa, ya?”

“Nggak tahu. Tapi wanginya kecium sampai atas, loh, tadi. Kayaknya sih, udang saus tiram.”

Mata Annika melebar. Setitik cahaya memberikan kehidupan di mata gadis itu yang tadinya lesu. “Beneran? Oh, ayo mandi, shalat, habis itu makan. Aku lapar banget—yang laparnya tuh lapar banget. Aku ngga bisa berhenti bicara kalau aku lapar sampai aku makan.”

“Hahaha. Tapi jangan berharap dulu. Tahu kan, wangi masakan tuh suka nipu. Kayak yang kita kira ayam taunya tempe …”

“Humm, bener juga,” kata Annika seraya memasukkan sepatunya ke dalam loker. Setiap anak mendapatkan satu buah loker mungil di lorong depan, biasanya berisi sepatu dan sandal. “Ah, tapi masakan apa aja aku bakal bersyukur banget.”

Mereka naik ke atas. Dari sudut mata Annika, ia melihat Kiara yang tengah berkumpul dengan teman-temannya di mushola, tengah menghafalkan Alquran. Mereka sudah benar-benar menjauh. Keduanya telah menemukan pola hidup masing-masing. Annika dengan aktivitas prefek dan anak kamar empat, sementara Kiara dengan klub sastra dan olimpiadenya. Kiara sudah tak melayangkan tatapan kesal padanya. Alih-alih, ia bersikap seakan-akan Annika tak ada. Dan Annika tak bisa banyak menyalahkannya, karena sikapnya pun demikian pada Kiara.

Namun, mereka bukanlah teman yang baru mengenal. Annika merasa banyak sekali kekosongan dalam hidupnya setelah Kiara mulai menjauh. Saat berpikir tentang penyebab kerenggangan ini, ia menyesali kesalahan pengambilan keputusannya. Tapi tak ada hal lain yang bisa ia lakukan.

Annika langsung mandi begitu sampai kamar. Aqiela Ru’ya juga mempunyai peraturan soal mandi—bahwa para murid tak boleh mandi malam-malam. Setelah mandi, Annika merasa lebih segar. Ia berencana akan melupakan amanah prefeknya sementara malam ini dan akan langsung tidur selepas Isya. Kamis malam merupakan satu-satunya hari dalam seminggu tanpa belajar malam!

“Loh, nanti malam mau nonton film, ya? Film apa?” tanya Annika ketika mendengar percakapan anak-anak kamar. Loh iya, ini kan malam Jumat, ya? Sepertinya ada sesuatu yang salah dalam otaknya sehingga tak bisa menghubungkan langsung malam Jumat dengan movie night.

“Iyaaaa, Annika. Sekarang kan malam Jumat. Kalau dari hasil voting sih, ‘Paws and Paws’ sama … apa deh, satunya?” jawab Gladys, yang ternyata melupakan salah satu film yang akan mereka tonton.

“The Flower Railway,” kata Anya.

“Paws and Paws? Itu kan film buat anak kecil …” kata Annika.

“… Iya sih, tapi bukannya kamu belum lama bilang mau nonton, ya?” kata Gladys mengingat-ingat.

“Oh iya, hehehe,” tawa Annika. ‘Paws and Paws’ adalah film tentang petualangan kucing dan tupai terbang, salah satu film yang sangat ingin ia tonton sebelumnya. Well, Annika merasa ia sudah banyak berubah dari dua minggu yang lalu. Ia sudah dewasa sekarang. Ketertarikannya untuk menonton film kekanak-kanakan sudah berkurang. Dan menjadi prefek adalah penyebabnya.

Anak-anak kembali bersemangat membicarakan malam nanti. Mereka berencana akan mengambil posisi berdekatan. Gladys berkata kalau ia akan membawa sirupnya ke atas, jadi teman-temannya harus membawa gelas kalau mau minta. Anya berkata kalau akan bawa selimutnya, karena tahu kalau dia pasti akan ketiduran. Oh, film apa pun ia pasti akan ketiduran. Ia ikut menonton karena menikmati obrolan dan makanan di ruang rekreasi. Itulah kenapa Ustazah Medina selalu mengembalikan review­-nya sambil tersenyum-senyum. “Kayaknya ada plot yang hilang, ya …” atau, “Amanat kamu beda banget dari temen-temen lain,” begitu katanya.

Makan malam berlangsung seperti biasa. Annika makan semeja dengan teman-teman sekamarnya. Ia tak melihat kalau Kiara tengah masuk ke dalam ruang makan juga. Gadis itu terlalu sibuk menjaga matanya tetap terbuka untuk melihat udangnya (beruntungnya, menu makan malam hari itu benar-benar udang saus tiram). “Aku ngantuk banget—kayaknya aku nggak bakal ikut nonton nanti malam.”

 “Loh, nonton aja Nik, nanti kamu sendirian di kamar,” kata Talya, si ketua kamar, yang tiba-tiba merasa bertanggung jawab langsung tidak langsung dengan kesejahteraan perasaan anak-anaknya. “Seasrama pasti di ruang rekreasi nanti.”

“Kecuali Kiara, sih,” desis seseorang dengan jahil, entah siapa, tapi Annika mengabaikannya. Lagipula sudah disusul oleh desisan-desisan lain supaya gadis itu diam. Kiara memang telah berminggu-minggu tak menyentuhkan kaki ke ruang rekreasi.

“Iya. Kamu tidur aja di atas ngga apa-apa. Bawa selimut kayak Anyaa,” saran Danila.

“Oke sih, tapi nanti gimana aku nulis review-nyaa?”

“Kayak Anya juga, dia pernah nulis bagian awal doang. Iya, kan, Nya?” tanya Gladys.

“Iya, hehehe. Ngga apa-apa, tau. Ngga dinilai juga, kan?”

Annika mempertimbangkan usulan teman-temannya. Iya, sih, review film tidak dinilai secara langsung oleh Ustazah Medina, tapi ia pernah dengar kalau hasilnya mempengaruhi penilaian kedisiplinan, meskipun masih di antara banyak faktor-faktor lain. Tapi menonton film hanya ada satu kali kesempatan ini sebelum membiarkan dirinya diterpa badai tugas sekolah dan amanah prefek kebudayaan lagi. Selain itu, masih ada hari Jumat besok untuknya beristirahat.

Maka, Annika menapaki tangga-tangga ke rooftop dengan bergelung selimut seperti kepompong. Ruang rekreasi sudah ramai oleh anak-anak. Talya memanggilnya, dan menyuruh Annika duduk di tempat yang sudah ia sisakan. Ia melihat sekelilingnya, dan melihat anak-anak yang tengah menuangkan sirup markisa Gladys ke gelas-gelas mereka. Annika sebenarnya tak terlalu suka markisa, namun ia mendorong gelasnya dan akhirnya mendapatkan satu tuangan sirup markisa.

“Makasih, Dys,” kata Annika, lalu menyeruput sirupnya, ia sudah mengantisipasi kalau sirup markisa itu akan masam, namun ia tak tahu kalau rasanya akan semasam itu.

Layar televisi menyala untuk pertama kalinya di minggu terakhir September ini. Film pertama dimulai setelah hampir semua anak datang. ‘Paws and Paws’ memukau seluruh anak di ruang rekreasi itu. Annika sampai tidak jadi tidur. Plotnya seru sekali. “Kayaknya macan yang ini jahat, deh,” celetuknya. “Dia ngingetin aku sama Frederick Yearwood.”

“Kenapa, Nik?” tanya Danila di sela-sela merajutnya.

Annika mengerjap. Nostalgia menyergapnya di saat-saat ia sedang lengah. Tenggelam dalam plot film ‘Paws and Paws’ membuatnya melupakan sekeliling. Ia kira, ia masih berada di masa lalu, menonton film di samping Kiara dan berdiskusi sepanjang film berlangsung. Hatinya seakan tercabik. Ia dan Kiara sudah saling menjauh sekarang, dan ia menyadari bahwa persahabatan lebih berharga dari pada yang sebelumnya ia pikir. Tawa, canda dan luka telah mereka jalani bersama-sama selama tiga tahun—bukan waktu yang singkat untuk melupakan semuanya. Sungguh, ia tak mau berpisah dengan Kiara sebelum ‘perpisahan’ yang sesungguhnya. Ia masih ingin berbicara banyak hal tentang hal-hal random, menjalani ‘ritual’ minum susu mereka, dan memiliki seseorang yang ia tahu akan menerimanya saat ia dalam keadaan paling buruk sekali pun.

Sion si kucing dan Maverick si tupai terbang berhasil menguak kejahatan sang macan. Para gadis bertepuk tangan. Namun, setetes air mata jatuh ke pipi Annika.

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
GAARA
4813      1536     14     
Romance
"Kalau waktu tidak dapat menyembuhkan luka, maka biarkan aku menjadi mentari yang dapat membuat hidupmu bahagia." Genandra Mahavir Aditama, si kutub Utara yang dipaksa untuk mencintai seorang perempuan bernama Akira Magenta Valencia, dalam kurun waktu lima belas hari saja. Genandra diminta agar bersikap baik dan memperlakukan gadis itu sangat spesial, seolah-olah seperti dia juga mencin...
Nadine
5173      1293     4     
Romance
Saat suara tak mampu lagi didengar. Saat kata yang terucap tak lagi bermakna. Dan saat semuanya sudah tak lagi sama. Akankah kisah kita tetap berjalan seperti yang selalu diharapkan? Tentang Fauzan yang pernah kehilangan. Tentang Nadin yang pernah terluka. Tentang Abi yang berusaha menggapai. dan Tentang Kara yang berada di antara mereka. Masih adakah namaku di dalam hatimu? atau Mas...
Lilian,Gelasmu Terisi Setengah
799      528     2     
Short Story
\"Aku bahkan tidak dikenali oleh beberapa guru. Sekolah ini tidak lain adalah tempat mereka bersinar dan aku adalah bagian dari figuran. Sesuatu yang tidak terlihat\"
Kare To Kanojo
5373      1480     1     
Romance
Moza tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah setelah menginjak Negara Matahari ini. Bertemu dengan banyak orang, membuatnya mulai mau berpikir lebih dewasa dan menerima keadaan. Perbedaan budaya dan bahasa menjadi tantangan tersendiri bagi Moza. Apalagi dia harus dihadapkan dengan perselisihan antara teman sebangsa, dan juga cinta yang tiba-tiba bersemayam di hatinya. DI tengah-tengah perjua...
The Killing Pendant
2471      967     2     
Mystery
Di Grove Ridge University yang bereputasi tinggi dan terkenal ke seluruh penjuru kota Cresthill, tidak ada yang bisa membayangkan bahwa kriminalitas sesepele penyebaran kunci jawaban ujian akan terjadi di kelas angkatan seorang gadis dengan tingkat keingintahuan luar biasa terhadap segala sesuatu di sekitarnya, Ophelia Wood. Ia pun ditugaskan untuk mencari tahu siapa pelaku di balik semua itu, ke...
1'
2599      1007     5     
Romance
Apa yang kamu tahu tentang jatuh cinta? Setiap kali ada kesempatan, kau akan diam-diam melihatnya. Tertawa cekikikan melihat tingkah konyolnya. Atau bahkan, kau diam-diam mempersiapkan kata-kata indah untuk diungkapkan. Walau, aku yakin kalian pasti malu untuk mengakui. Iya, itu jarak yang dekat. Bisa kau bayangkan, jarak jauh berpuluh-puluh mil dan kau hanya satu kali bertemu. Satu kese...
Slap Me!
1343      609     2     
Fantasy
Kejadian dua belas tahun yang lalu benar-benar merenggut semuanya dari Clara. Ia kehilangan keluarga, kasih sayang, bahkan ia kehilangan ke-normalan hidupnya. Ya, semenjak kejadian itu ia jadi bisa melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh orang lain. Ia bisa melihat hantu. Orang-orang mengganggapnya cewek gila. Padahal Clara hanya berbeda! Satu-satunya cara agar hantu-hantu itu menghila...
One-Week Lover
1219      687     0     
Romance
Walter Hoffman, mahasiswa yang kebosanan saat liburan kuliahnya, mendapati dirinya mengasuh seorang gadis yang entah dari mana saja muncul dan menduduki dirinya. Yang ia tak tahu, adalah fakta bahwa gadis itu bukan manusia, melainkan iblis yang terlempar dari dunia lain setelah bertarung sengit melawan pahlawan dunia lain. Morrigan, gadis bertinggi badan anak SD dengan gigi taring yang lucu, meng...
Delilah
8177      1696     4     
Romance
Delilah Sharma Zabine, gadis cantik berkerudung yang begitu menyukai bermain alat musik gitar dan memiliki suara yang indah nan merdu. Delilah memiliki teman sehidup tak semati Fabian Putra Geovan, laki-laki berkulit hitam manis yang humoris dan begitu menyayangi Delilah layaknya Kakak dan Adik kecilnya. Delilah mempunyai masa lalu yang menyakitkan dan pada akhirnya membuat Ia trauma akan ses...
Trip
825      409     1     
Fantasy
Sebuah liburan idealnya dengan bersantai, bersenang-senang. Lalu apa yang sedang aku lakukan sekarang? Berlari dan ketakutan. Apa itu juga bagian dari liburan?