Pelajaran Biologi di kelas XI IPA 1 sedang dimulai, dan Bu Ina menunjuk pada setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil tugas kelompok. Beruntung kelompok Isma dan Koko berjalan lancar. Beberapa pertanyaan terlontar dari siswa maupun dari Bu Ina, tetapi seperti biasa, Koko bisa menjawab pertanyaan itu semua dengan mudah. Isma yang sedang melihat saat Koko menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan merasa kagum. Ia selalu kagum pada cowok yang cerdas dan rajin. Koko salah satunya. Tetapi, Isma menghapus rasa kagum kepadanya.
" percuma pintar kalo dia benci sama kucing" batin Isma. Kalo dipikir - pikir juga lucu, kenapa pula Isma harus benci dengan Koko hanya karena ia tidak suka kucing. Mungkin, Isma bisa membuat Koko untuk suka sama kucing, ia harus mencari cara agar Koko tidak benci sama hewan tersebut. Isma harus segera menemukan ide untuk itu. Kembali ke suasana kelas, Bu Ina merasa puas dengan hasil tugas kelompok yang diberinya. Anak-anak terlihat antusias untuk mengamati hewan yang ia pilih. Apalagi, saat melihat kelompok Isma yang dipasangkan dengan Koko. Isma sendiri adalah murid kesayangan dari Bu Ina, karena ia siswa yang rajin dan pintar. Saat ini Bu Ina mempunyai tambahan satu siswa kesayangan yaitu Koko.
Suasana kantin saat itu terlihat ramai seperti biasa, siswa-siswa sibuk memilih makanan untuk pengganjal perut. Nina dan Isma juga mengantri di stan batagor, hari ini mereka hanya ingin membeli makanan ringan saja, lagipula ia sedang tidak terlalu lapar. Setelah berdiri untuk berbaris rapi menunggu giliran memesan makanan, mereka segera menuju ke tempat meja yang dituju. Batagor yang mereka pesan terlihat menggiurkan, mereka segera memakannya tanpa bercakap-cakap. Maklum, batagor milik Pak Haji Jun itu terkenal dengan bumbu yang tidak pelit dan rasanya yang enak. Selain itu harganya pas untuk kantong pelajar.
Saat sedang menikmati batagor yang ada di hadapannya, Tiba-tiba ada yang menghampiri mereka berdua, saat dilihat ternyata sudah ada ketua kelas yaitu Roni dan Koko. Isma sedikit terkesiap saat melihatnya.
"Duh kenapa anak ini ada disini sih. Males banget gua", ucap Isma dalam hati.
Roni segera meminta persetujuan agar ia bisa bergabung dan segera menikmati makanan yang baru dibelinya.
" Guys, boleh nggak kalo kita ikut gabung disini. Mejanya pada penuh tuh", ucap Roni seraya kepalanya menunjukkan betapa ramainya isi kantin. Belum juga Isma sempat menjawab, Nina sudah mempersilahkan mereka untuk ikut bergabung. Isma hanya melototkan matanya ke arah Nina yang sedang tidak tahu suasana hatinya.
" Koko nggak makan, kok cuma pesan itu doang sih.Nanti kamu laper loh? " tanya Nina sambil melirik jajanan yang dibeli oleh Koko yaitu keripik kentang. Nina berusaha memberi perhatiannya terhadap anak baru tersebut.
" Lagi nggak laper, jadinya aku cuma beli ini doang", jawab Koko dengan pendek.
Nina yang mendengar jawaban dari Koko hanya manggut-manggut, dan melanjutkan makannya. Sedangkan Roni yang mengisi percakapan.
" Tadi pas kalian presentasi di depan kelas kelihatan cocok banget, iya gak Nin?" tanya Roni.
Isma yang sedang mengunyah batagor yang sudah setengah bagian itu pun tersedak karena mendengar perkataan dari temannya.
" Pelan-pelan kali Is kalo makan," kata Nina sambil menepuk punggung temannya.
" Elo kalo ngomong nggak pernah buat dipikir dulu Ron", protes Isma setelah minum es teh.
" Ih emang salah kalo gue ngomong gitu, lagian yang protes cuma lo doang. Buktinya Koko diem aja".
Koko segera menjawab setelah menghabiskan keripik kentangnya.
" Aku tadi masih makan, makanya aku nggak protes dulu. Bukan berarti aku setuju dengan perkataanmu, Ron", ucap Koko.
Isma yang mendengarnya pun merasa salah tingkah lagi. "Duh nih anak emang bener-bener songong deh" , batin Isma hatinya masih dongkol sekali.
" Aku pergi dulu ke kelas", kata Koko sambil meninggalkan Roni yang masih makan. Koko berjalan menjauh.
" Eh, gue jangan ditinggalin dong. Yah dia marah deh", teriak Roni sambil berusaha mengejar temannya.
Isma yang melihat kejadian yang baru saja terjadi hanya bisa tertegun. Perkataan Koko yang terucap, membuat hati Isma merasa kecewa. Dia tidak menyangka jika Koko bisa berbuat seperti itu. Isma tahu kalo Roni sedang bercanda, tetapi kenapa Koko mengira temannya serius. Nina segera menyenggol lengan temannya yang sedang melamun dengan pelan.
" Yah, ada yang patah hati nih gara gara cowok tadi", goda Nina sambil tersenyum menggoda
Isma segera sadar dari lamunannya dan menoleh ke samping.
" Eh Nin, siapa bilang ya gue lagi mikirin tuh anak. Jangan mikir yang aneh-aneh deh", elak Isma berusaha menutupi kegugupannya.
" Udah lo jujur aja kali. Nggak ada salahnya kok. Lagian kalo aku lihat Koko, kayaknya dia juga suka sama lo".
Isma yang mendengar ocehan dari Nina pun merasa kaget.
" Hah tau darimana lo. Kalo dia suka sama gue? " tanya Isma sambil menaikkan sebelah alisnya.
" Gini ya, kalo lagi pelajaran waktu gue lagi nengok ke belakang, gue mesti ngeliat dia selalu merhatiin ke arah lo. Dan itu terjadi nggak sekali dua kali. Itu terjadi hampir berkali-kali. Terus apa dong kalo bukan suka sama lo? "
" Dih udah ah, nggak usah bahas anak itu lagi. Gue udah kenyang nih, cabut yuk", bujuk Isma untuk mengalihkan pembicaraan. Beruntung, Nina tidak banyak tanya segera mengikuti temannya untuk pergi
dari sana. Di sepanjang perjalanan menuju kelas, pikiran Isma tidak henti-hentinya berkutat dengan kejadian tadi. Suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja hari ini. Ia ingin segera mengakhiri pelajaran dan segera pulang ke rumahnya untuk tidur agar bisa melupakan masalahnya. Tidur memang menyenangkan karena bisa melupakan masalahnya sejenak dan bisa bermimpi dengan indah.
Sesampainya di dalam kelas, Isma tidak sengaja bertemu tatap dengan Koko yang sedang duduk bersama dengan teman-temannya. Sepersekian detik mereka menatap, Isma segera mengalahkan pandangannya ke arah lain, ia sedang tidak ingin bertemu muka dengan cowok itu. Kenapa pula ia harus satu kelas dengannya. Ia berusaha untuk berkonsentrasi untuk pelajaran selanjutnya. Semoga tidak ada yang macam-macam dengannya. Nina yang duduk sebangku dengannya sudah hafal betul sifat temannya, ia tidak ingin mengganggu temannya jika ia ingin terkena omelan yang tidak berujung dari Isma. Hari itu suasana masih terasa panas, setelah sekolah selesai. Isma segera pulang ke rumahnya menggunakan ojek online yang sudah dipesannya. Sesampainya dirumah ia segera menuju ke kamar tanpa bertemu dengan mamanya terlebih dahulu. Di kamar ia langsung menjatuhkan badannya ke kasur yang empuk. Ia pun segera tertidur pulas karena sedang lelah.