Isma dan Nina sudah sampai di kamar, mereka pun melepas penat dengan menyalakan pendingin ruangan. Nina yang masih heran dengan kejadian tadi akhirnya bertanya kepada temannya yang sedang sibuk merapikan tempat tidurnya yang berantakan.
" Isma, lu tadi ketemu Koko kok sewot banget sih. Udah gitu ga basa-basi lagi langsung nyelenong ngajak gue langsung ke kamar " tanya Nina sambil duduk di lantai.
" Dia lagi buru-buru, kue pesanannya keburu ditunggu sama mamanya" ucap Isma sekenanya.
" Gue baru tau lho, kalo Koko tetangga lu. Elu kok ga pernah bilang sih ke gue kalo lu sama dia tetanggaan. Apalagi di kelas juga kek ga kenal gitu" tanya Nina penuh menyelidik.
" Iya terus masa gue harus pamer ke elu kalo gue tetanggaan ama dia. Lagian faedahnya apaan coba kalu gue cerita ke elu masalah ini".
" Iya faedahnya gue bakalan lebih sering maen kerumah lo. Siapa tau bisa ketemu Koko lagi. Koko orangnya cakep lho" kata Nina sambil tersenyum sendiri. Isma yang mendengar pun langsung menghentikan aktivitasnya.
" Jadi lo suka sama Koko? " tanya Isma sambil memasang ekspresi keheranan.
" Dari pertama kali masuk ke kelas kali Is, dia itu cakep banget lho. Elu tau ngga si Indah, dia juga bilang kalo naksir sama tuh cowok".
" Hahhh jadi elu pada sama sama naksir sama cowok itu? " tanya Isma kaget.
" Iya lah, Elu juga nyadar kan kalo dia cakep? ".
" Ogah, elu berdua aja tuh kejar cowok itu sampe dapet ya. Ntar kalo jadian jangan lupa traktir gue".
" Oke. Awas ya kalo lu tiba-tiba suka sama Koko" kata Nina sambil memicingkan matanya.
" Suer,gue ga akan pernah suka sama tuh cowok mau secakep apapun" ucap Isma dengan yakin.
" Oke, gue pegang kata kata lo ya".
Isma pun hanya memutar kedua bola matanya. Lalu setelah Isma beberes kamar tidurnya agar terlihat rapi. Akhirnya mereka lapar dan memesan pesan antar makanan lewat aplikasi di telepon genggam. Isma sebenarnya tidak ingin membahas tentang Koko karena sudah dibuat kecewa sama dia, ya walaupun secara tidak langsung. Sejujurnya saat pertama kali bertemu dengan Koko, ia menyadari kalo cowok itu memang terlihat cakep. Apalagi kemampuannya di bidang akademis sudah tidak diragukan lagi. Malah bisa jadi rival sama Isma di kelasnya.
Ia pun juga tidak bisa mengelak untuk benci sama Koko karena cowok itu anti banget sama kucing. Padahal Isma berharap Koko suka sama kucing. Tapi mau gimana lagi syarat dari Isma itu yang akhirnya tidak berharap kepada cowok itu lagi. Tapi setelah itu kenapa dia malah selalu ketemu dengan Koko disaat dia ingin menghindarinya. Disaat sibuk memikirkan itu semakin pusing dibuatnya. Tiba-tiba Isma merasa disenggol pelan oleh Nina.
" Ngelamunin apa sih, serius banget kayaknya" tanya Nina sambil menatapnya.
" Ngga kok, ngga ada apa-apa. Eh kayaknya udah mau sampe nih pesanan kita. Aku ambil dulu ya" kata Isma sambil beranjak pergi menuju halaman depan rumah.
Ia akhirnya menerima pesanan makanan dan di bawanya dua kantong kresek berisi cemilan untuk dibawa ke kamar. Disaat ia hendak masuk , Mama Isma memanggilnya.
" Isma, mama minta tolong ya kamu nanti pergi ke rumah Koko soalnya uangnya kelebihan tadi mama ga teliti banget. Eh baru nyadar pas udah buku notulen Mama" kata Mama Isma.
" Mama aja deh kan masih ada Nina disini" tolak Isma berusaha menghindar.
Belum sempat Mama Isma menjawab. Nina sudah keluar dari kamar dan menawarkan untuk bisa ke rumah Koko.
" Nina bisa kok tante buat nganterin Isma kerumahnya Koko. Aku nggak keberatan kok." kata Nina sambil tersenyum lebar.
Emosi Isma sedang tidak baik tapi dia tidak bisa menolak karena mamanya sudah memberikan uang yang akan dikembalikan. Isma pun segera berbalik dan menuju keluar rumah sambil dengan hati sebal. Di jalan dia melangkah dengan sangat cepat, sampai-sampai Nina pun harus setengah berlari untuk mengejarnya.
" Tunggu dong Is, cepet banget kalo jalan sih" kata Nina yang tidak mengetahui kondisi suasana hati temannya.
" Biarin. Nih gara-gara elu pakai nawarin bantuan segala. Lagian aku males ketemu sama Koko" jawab Isma sambil memajukan bibirnya hingga terlihat manyun.
Nina yang sedang menatap ekspresi temannya hanya bisa tertawa. Nina merasa tidak bersalah telah memutuskan untuk menerima bantuan dari Mama Isma yang malah dihindari oleh temannya. Bukannya takut ketika temannya sedang marah, ia malah terlihat senang.
" Isma jangan cemberut gitu dong. Jelek tau" rayu Nina sambil menggoda temannya.
Isma hanya meneruskan jalannya dengan cepat yang hanya tinggal beberapa langkah. Cuaca hari ini tampaknya sedang tidak bersahabat, hawa yang panas ditambah hati Isma yang terasa panas sampai mendidih yang dirasakannya. Setelah beberapa langkah, akhirnya mereka sampai juga tempat yang dituju. Halaman depan rumah yang dipenuhi dengan tanaman rindang itu terlihat sepi. Tapi walaupun begitu penghuni rumah mungkin sedang sibuk di dalam rumah. Isma berdoa dalam hati semoga tidak bertemu lagi dengan cowok tersebut berharap dia akan bertemu dengan Mamanya saja dan cepat cepat pergi untuk meninggalkan tempat ini. Dengan hati bimbang, ia pun segera memencet bel rumah, lalu berdering dan menunggu agak lama untuk dibukakan pintunya.
Pintu pun dibuka, ternyata yang berdiri disana adalah Mama Koko yang menatap heran dengan kedatangan mereka.
" Eh Isma, ada apa ya? " tanya Bu Siska.
" Eh tante ini kata Mama uangnya kelebihan jadi Isma disuruh ngembaliin uangnya tante" jawab Isma dengan menghembuskan nafas lega karena yang ditemuinya adalah orang yang tepat.
" Oh ya ampun. Nggak usah repot-repot. Makasih ya" kata Bu Siska sambil tersenyum.
" Iya tante sama-sama. Isma mau pamit dulu ya tante".
Ketika Isma ingin berbalik badan untuk meninggalkan rumah tersebut. Tiba-tiba Nina pun nyeletuk.
" Tante, Koko kemana ya kok nggak ada" tanya Nina sambil menengok ke arah dalam rumah untuk mencari cowok tersebut.
" Ada kok di kamar. Tante panggil kan ya" .
" Nggak usah tante" jawab Isma dengan cepat.
" Ini kita mau pulang kok. Biarin Koko ada di kamar, kita nggak mau ganggu dia. Selamat siang Tante " pamit Isma sambil menggeret Nina yang masih berdiri di depan pintu itu. Nina pun terpaksa mengangguk pertanda berpamitan dengan Mama Koko.
Sesampainya di jalan, Isma pun segera mencurahkan isi hatinya.
Hatinya sebal sekali kenapa temannya tidak tahu emosinya saat ini.
" Nin, plis deh. Awas ya kalo lu gitu lagi. Nggak ada contek-contekan lagi. Sebel tau" ucap Isma sambil cemberut.
" Iya deh, maaf ya kan aku penasaran banget sama dia. Maaf ya Is. Lu tetep mau nyontekkin gue kan" kata Nina sambil merayu temannya yang sedang sebal.
Isma pun tetap cemberut dan berjalan dengan langkah yang cepat untuk sampai di rumahnya. Nina pun terpaksa setengah berlari lagi untuk mengejar temannya.