Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Skylarked Fate
MENU
About Us  

Kehidupan anak kuliah semester akhir memang sedikit kacau. Tidak ada jadwal yang pasti kapan mereka akan pergi ke kuliah. Tidak ada yang menjamin pula kalau di tempat kediaman akan benar-benar waras. Tugas mereka memang hanya tersisa satu, tetapi satu tersebut berbobot berat dapat memberikan beberapa dampak pada mahasiswa.

 

Walaupun tidak sedang melakukan bimbingan, Gilbert sesekali pergi mengunjungi laboratorium dan perpustakaan. Ia pernah mendengar bahwa duduk di kampus lebih baik daripada hanya berdiam di rumah. Di kampus, ia bertemu dengan kawannya dan orang lain lalu saling bertukar pikiran untuk menyelesaikan tugas akhir perkuliahan. Berada di lingkungan yang suportif membuat mood-nya juga naik untuk mengerjakan tugas pekuliahan.

 

Ia belum mencari pekerjaan. Di kehidupan ketujuhnya yang baik, ia diberkati dengan keluarga yang baik. Orang tuanya mengatakan bahwa ia tak perlu risau karena masih mencukupi kebutuhannya. Gilbert fokus saja pada pendidikannya supaya tertanam dalam pikirannya dengan baik dan dapat langsung ia aplikasikan. Pernah dikatakan sebelumnya bahwa kakaknya juga sangat memanjakkannya seperti anak kecil.

 

Gilbert tidak terbiasa hidup dalam perhatian seperti ini karena masa lalunya yang lebih banyak kepahitan. Sehingga ia tidak terlihat dekat dan jarang meminta bantuan mereka. Meskipun begitu mereka tetap berusaha mengerti Gilbert.

 

Saat Gilbert menjadi sering melaksanakan agendanya di kampus, ia sering bertemu dengan Patricia pula. Gadis itu kadang terlihat menyendiri, terkadang juga terlihat bersama teman-temannya. Terkadang ia juga melihat gadis itu berada di workshop yang terletak di belakang gedung laboratorium mereka. Ketika ia bertemu tatap dengan gadis itu, ia langsung menghampiri Gilbert dengan girang.

 

“Gilbert, kamu akan pergi kemana? Mari kita pergi bersama lagi! Tidak perlu tempat yang mengeluarkan uang, cukup berbincang bersama denganku saja!”

 

“Gilbert, ayo kencan!”

 

Sebelumnya memang Patricia sudah sering mengajak Gilbert namun Gilbert hanya mengabaikannya. Beberapa waktu sebelumnya perhatian Patricia tampak mereda. Namun semenjak mereka jalan bersama, Patricia tampak semakin sering melakukan komunikasi dengannya dan mengajaknya pergi ‘kencan’. Gilbert terus mendiamkannya.

 

Beberapa kali mereka juga bertemu di lobby gedung akademik dan perpustakaan. Patricia akan duduk bersamanya, sesekali akan mencecarnya dan sesekali akan diam mengerjakan tugas bersama.  

 

Sesekali Gilbert akan mengintip hasil kerja Patricia karena penasaran. Patricia rupanya masih mengerjakan proposalnya. Ia masih membaca referensi metode apa yang akan ia gunakan di bab 3.

 

“Ada apa, Gil?” Patricia bertanya karena menyadari lirikan Gilbert.

 

Gilbert mengalihkan tatapan dengan cepat, sungguh malu ia rasakan karena ketahuan melirik. Patrcia bertanya dengan santai lalu ia mengubah raut wajahnya menjadi raut wajah jenaka.

 

“Gilbert memperhatikanku, ya? Aduhh senangnya diperhatikann!”

 

“Kata siapa!” Gilbert menyablak dan membuat Patricia tertawa.

 

“Skripsimu tentang apa, Gil?” tanya Patricia.

 

“Oh, ini tentang perancangan pabrik xylitol.”

 

“Aku masih melihatmu mengerjakan skripsi sendirian. Bagaimana dengan temanmu itu, hm? Dia masih tidak sadar diri?”

 

Raut wajah Gilbert berubah menjadi muram ketika Patricia bertanya seperti itu. Ia menjawab tidak dengan singkat lalu melanjutkan lagi pekerjaannya. Patricia masih menatapnya lekat.

 

“Kamu tidak mau bertanya padaku, gitu? Aku, kan pengin ditanyai juga…”

“Hei, Gil…”

 

Gilbert menghela napas. Mungkin ada baiknya ia bertanya pada gadis ini. Daripada terus penasaran akan pekerjaannya, lebih baik ia bertanya langsung. Ia netralkan raut wajah terganggunya dan mulai mengajakan beberapa pertanyaan.

 

“Skripsimu tentang apa?”

 

“Oh, ini tentang potensi sampah pasar menjadi biogas.”

 

“Gimana itu? Kamu memakai reaktor di workshop ya makanya jadi sering kesana? Memangnya sudah dimulai?”

 

“Gilbert tahu?? Gilbert memperhatikanku juga ya ternyata aww” Patricia menutupi mulutnya yang berseru senang. Raut wajahnya tampak girang sekali walaupun Gilbert hanya membahas soal itu.

 

“Jawab saja,” namun sayangnya Gilbert berkata ketus.

 

“Hmm belum dimulai, sih kan aku belum seminar proposal. Tapi aku hanya mengecek saja bagaimana reaktornya. Aku harus menggambar reaktornya jadi aku mengambil fotonya. Terdapat alat yang kurang, yaitu pengaduk, jadi aku bisa lihat dimana aku bisa menambahkan alatnya.

 

“Nanti aku akan mengambil sampah organik pasar dan mengukur volume timbulannya. Sampahnya akan dimasukkan bersama dengan starter. Didiamkan saja secara anaerobik sambil dilakukan pengukuran suhu, pH dan volatile solid. Volume biogasnya kurang lebih terproduksi selama 30 hari.”

 

Gilbert hanya mengangguk saja mendengarkan penjelasan Patricia. Setengah dari penjelasannya dapat ia mengerti dan setengahnya lagi hanya bisa terpental keluar. Ia melanjutkan pertanyaannya dengan Patricia.

 

“Siapa dosenmu?”

 

“Pak Edhi dengan Bu Dwi.”

 

“Sudah berapa kali bimbingan?”

 

“Baru dua… Aku sempat ganti judul tau jadi lama…”

 

Bila dilihat memang interaksi Gilbert dengan Patricia biasa saja. Pertanyaannya hanya pertanyaan yang biasa dilontarkan oleh teman dan saat bertanya mengenai skripsi.

 

Perasaan Gilbert-lah yang tidak biasa saja. Ia sudah memberi jawaban pada Patricia sendiri dan pada Cupid bahwa ia tidak bisa menyukai gadis itu. Ia tidak memiliki perasaan pada Patricia.

 

Malahan, terdapat perasaan yang sejujurnya Gilbert tak pernah ceritakan pada orang lain. Ia merasa berat hati, terganggu saat eksistensi Patricia berada dalam radius dekat dengannya. Ia merasa kening dan alisnya akan selalu berkerut ketika melihat dan berinteraksi gadis itu.

 

Gilbert seringkali menganggap dirinya bermasalah karena membenci tanpa sebab. Pada kehidupan lampaunya pun rasanya Patricia tidak pernah menyakiti bagian dari dirinya, baik perasaan, raga ataupun rohnya. Gilbert mengasosiakan perasaan ini sebagai perasaan benci, dengki. Agar perasaannya tidak berlarut-larut, sebisa mungkin ia tidak melihat apalagi berbicara pada gadis itu.

 

Gilbert merasa ia tak perlu memberi tahu pada siapapun ganjalan perasaan ini. Ia sudah menjelaskan bahwa ia memang tidak bisa membalaskan perasaannya pada Patricia. Ia berpikir itu sudah baik, Memang sakit hati, tetapi hanya di awal saja. Ketika Gilbert sudah memperjelas dari awal ia tidak perlu memberi gadis itu harapan palsu.

 

Masalah yang terjadi sekarang adalah Patricia tidak pernah mendengarkannya. Ia seperti menganggap ucapan Gilbert adalah angin lalu dan akan terus mengganggu Gilbert. Perlakuan tersebut malah semakin membuat Gilbert tidak menyukai Patricia.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Dear N
15518      1757     18     
Romance
Dia bukan bad boy, tapi juga bukan good boy. Dia hanya Naufal, laki-laki biasa saja yang mampu mengacak-acak isi hati dan pikiran Adira. Dari cara bicaranya yang khas, hingga senyumannya yang manis mampu membuat dunia Adira hanya terpaku padanya. Dia mungkin tidak setampan most wanted di buku-buku, ataupun setampan dewa yunani. Dia jauh dari kata itu. Dia Naufal Aditya Saputra yang berhasil m...
CORAT-CORET MASA SMA
482      349     3     
Short Story
Masa SMA, masa paling bahagia! Tapi sayangnya tidak untuk selamanya. Masa depan sudah di depan mata, dan Adinda pun harus berpikir ulang mengenai cita-citanya.
The Diary : You Are My Activist
14668      2484     4     
Romance
Kisah tentang kehidupan cintaku bersama seorang aktivis kampus..
Aditya
1413      636     5     
Romance
Matahari yang tak ternilai. Begitulah Aditya Anarghya mengartikan namanya dan mengenalkannya pada Ayunda Wulandari, Rembulan yang Cantik. Saking tak ternilainya sampai Ayunda ingin sekali menghempaskan Aditya si kerdus itu. Tapi berbagai alasan menguatkan niat Aditya untuk berada di samping Ayunda. "Bulan memantulkan cahaya dari matahari, jadi kalau matahari ngga ada bulan ngga akan bersi...
Sweet Scars
288      239     1     
Romance
Wake Me Up With Amnesia
795      498     2     
Short Story
who would have thought that forgetting a past is a very difficult thing
Kisah Kita
2048      729     0     
Romance
Kisah antara tiga sahabat yang berbagi kenangan, baik saat suka maupun duka. Dan kisah romantis sepasang kekasih satu SMA bahkan satu kelas.
House with No Mirror
464      349     0     
Fantasy
Rumah baru keluarga Spiegelman ternyata menyimpan harta karun. Anak kembar mereka, Margo dan Magdalena terlibat dalam petualangan panjang bersama William Jacobs untuk menemukan lebih banyak harta karun. Berhasilkah mereka menguak misteri Cornwall yang selama ini tersembunyi?
Chloe & Chelsea
8469      1820     1     
Mystery
30 cerita pendek berbentuk dribble (50 kata) atau drabble (100 kata) atau trabble (300 kata) dengan urutan acak, menceritakan kisah hidup tokoh Chloe dan tokoh Chelsea beserta orang-orang tercinta di sekitar mereka. Menjadi spin off Duo Future Detective Series karena bersinggungan dengan dwilogi Cherlones Mysteries, dan juga sekaligus sebagai prekuel cerita A Perfect Clues.
THE DARK EYES
719      405     9     
Short Story
Mata gelapnya mampu melihat mereka yang tak kasat mata. sampai suatu hari berkat kemampuan mata gelap itu sosok hantu mendatanginya membawa misteri kematian yang menimpa sosok tersebut.