Selain chat yang belum terbaca dari Patricia, terdapat chat dari grup lain. Terdapat chat dari grup dengan kawan dari masa SMA dan perkumpulan cowok-cowok Teknik Kimia. Obrolan yang masuk pada dua grup itu masih chat yang terkirim kemarin. Sementara itu, grup kelas yang terbentuk semenjak dari tahun 2018 menjadi sepi semenjak mereka menginjak semester delapan.
Masih berbicara mengenai kontak dan komunikasi, kebanyakan chat berasal dari Anders yang merupakan sahabatnya sejak lama. Anders yang selalu ceria dan heboh melengkapi dirinya yang diam dan tenang. Anders tidak pernah memberitahukan secara gamblang, namun ia yakin Anders adalah reinkarnasi dari Vince. Terbukti dari Anders yang terkadang memanggil Gilbert dan Patricia dari nama pertama mereka.
Anders juga sedang menyusun tugas akhir namun sedang berada di kampung halaman sehingga mereka jarang bertemu selama dua bulan ini. Sesekali Anders mengirimkan pesan atau video mengenai anjing peliharaannya saat pemuda itu tengah senggang.
Diantara semua entitas manusia yang ada di bumi, Anders adalah orang yang selalu tahu bagaimana masalah romansa Gilbert. Gilbert jarang bercerita dengannya namun pasti Anders dapat mengetahuinya. Bila sedang mengabari Gilbert, ia akan menanyakan Patricia terlebih dahulu dibanding dirinya. Bahkan ketika Anders menjadi jahil, ia akan menggedor notifikasinya dengan pertanyaan dengan makna serupa.
Anders Vince
P!P!
Anjingku lucu
Sent a video
Hei, gimana dengan Pat
Apakah lancar
Apakah kamu sudah kencan dengannya
Kapan nikah
Jangan lama-lama
Kamu dengan Maria
pernah dekat loh :(
Tolong jangan bertanya padanya, Anders. Gilbert memijat kepalanya pusing. Ia tahu bahwa ia pernah berkomunikasi dengan baik dengan sosok Maria di kehidupan sebelumnya. Ia tidak paham benar juga apa yang menyebabkan ia menjadi tidak suka dan sangat tidak tertarik dengan Patricia.
Pernah Gilbert bertanya pada Anders, tetapi ia malah mendapatkan jawaban teraneh sepanjang masa.
“Gill, mengapa kamu terus menolak Maria. Dia itu gadis yang seru, tahu! Dia, kan selalu menghampiriku, bukan? Meskipun aku seorang Duke yang terkenal, dulu, tetapi aku juga tak lepas dari gunjingan. Putra Duke yang liar dan gila karena sihir. Maria mendatangiku pertama kali dan tertarik akan petualanganku! Bukankah sebuah perpaduan yang luar biasa Putra Duke yang mengurusi militer dengan seorang putri Count yang memiliki akademi sihir.”
“Sudah kubilang aku tidak pernah memiliki perasaan apapun, Tuan. Perasaan itu tidak bisa dipaksakan,” sahut Gilbert sambil memanggil Anders dengan panggilan Tuan. Ia sengaja memanggilnya seperti itu karena tidak terima jawaban Anders.
“Jangan panggil aku begitu!” seru Anders. Gilbert sampai menjauhkan gawainya dari telinganya karena suara Anders yang meledak-ledak.
“Kan, kubilang mungkin kamu harus mencobanya terlebih dahulu! Bukankah kamu pernah mengatakan cinta itu datang karena terbiasa. Kamu kan belum melihat sikap manis dan baiknya, jadi kamu tidak pernah berpikiran untuk bersamanya. Jangan berani bilang kalian tidak sefrekuensi, aku saja tidak pernah melihatmu mencoba berbicara agak lama dengannya.” Sejurus kemudian Anders melanjutkan pamer kebucinannya pada Gilbert.
“Kayak aku dan Alice, dong. Sejak dahulu kala, sampai selamalamalamalamalamanyaaaa kami akan tetap bersama. Aku akan berusaha kaya seperti dulu agar dapat membahagiakan ayang.”
Gilbert segera mematikan sambungan teleponnya dengan Anders. Sudah berkali-kali ia mendengar terbiasa terbiasa hal semacam itu. Hatinya tetap menolak! Bila ia berpikir dengan baik, ia benar-benar tidak pernah merasakan apapun!
Apabila ia melanjutkan hubungan tanpa rasa ini dengan Patricia, ia akan terus membohongi gadis itu! Pada sisi spiritual, hatinya dan dirinya benar-benar menolak ide itu! Ia akan terus menaruh rasa tidak suka pada Patricia.
Berpikir hal yang percuma akan menghabiskan waktunya. Gilbert memutuskan untuk berkutat pada skripsinya. Kemarin ia sudah menghabiskan waktu untuk memanjakan mata dan pikiran. Ia berhasil mengerjakan sebagian kecil hitungan pada skripsinya. Sekarang ketika ia ingin memakan sesuatu, ia tidak menemukan apapun di kosnya.
Ia beranjak merapikan dirinya, mengambil jaket dan sejumlah uang. Ia akan pergi membeli makanan dan mungkin juga membeli kebutuhan lainnya yang ternyata mulai habis. Jarak kos-kosannya dengan toko mini market terdekat adalah sepuluh menit saat ia menaiki motor.
“Hai, Gilbert! Sudah lama tidak melihatmu, ya!”
Gilbert mendapati seorang gadis berambut pendek menyapanya saat ia berada di section camilan. Ia menatap beberapa saat sebelum ia mengenali siapa yang ia temui. Gilbert mengenalinya sebagai Laura, teman satu sekolahnya dulu. Ia belum pernah sekelas dengan gadis itu.
Gilbert juga memang sudah mengetahui beberapa teman yang berasal dari satu SMA yang sama berkuliah di universitas yang sama juga dengannya. Beberapa berkuliah di fakultas ekonomi, farmasi dan juga fakultas teknik sama sepertinya. Namun untuk Laura, ia baru pertama kali melihat gadis itu selama 4 tahun berada di kota ini.
“Apa kabarmu, Gilbert?”
“Ah, baik saja. Aku baru melihatmu. Apakah kamu berkuliah disini?”
“Iya, aku berkuliah di universitas yang sama denganmu, jadi mungin kamu belum pernah melihatku. Namun kita beda angkatan. Aku mengikuti ujian umum lagi sehingga aku menjadi angkatan 19.”
“Oh begitu. Kamu memilih jurusan apa disini?” tanya Gilbert.
“Jurusan psikologi, kalau kamu?”
“Jurusan teknik kimia.”
“Disini ngekos, ya. Ngekos dimana?”
Mereka saling bertanya sambil berjalan dan mengambil kebutuhan yang mereka inginkan. Gilbert yang bertemu dengan teman sekolahnya berusaha ramah dan menjawab pertanyaan yang dilontarkan kawannya. Setelah selesai mengantri dan membayar belanjaan, Laura menahan Gilbert sebentar.
“Boleh minta nomormu tidak? Sudah lama aku tidak menyimpan nomor teman dan mumpung kita dekat biar bisa nge-chat kalau ingin sekedar mengobrol.”
Gilbert memang meragukan apakah kedepannya ia bakal berbicara dengan gadis ini. Namun ia memberikan saja nomornya tanpa ragu. Mungkin saja mereka tetap bisa berhubungan baik karena merupakan teman satu sekolah sebelumnya.
Dikatakan sebagai suatu kebetulan pun terdengar sedikit mustahil sebenarnya momen pertemuan dengan temannya ini. Ia menjadi berpikir apakah ini ulah Cupid. Beberapa hari lalu Cupid memang mengatakan bahwa ia menembakkan panah untuk menjadi soulmate bagi Gilbert. Gilbert mengenyahkan pikirannya, yang sudah ada dari dulu saja ia malas membalasnya, apalagi yang baru ditakdirkan oleh Cupid.
“Mengapa tiba-tiba teman sekolahku datang? Apakah ini ada hubungannya dengan perkataanmu tempo lalu?” tanya Gilbert pada dewa Eros dalam wujud anak kecilnya yang jahil di suatu mimpi.
Cupid hanya melayang malas. Ketika Gilbert mencoba bertanya lagi, Cupid hanya mengedikkan kedua bahunya dan memasang tampang polos. Gilbert menyesal ketika ia mencoba bertanya pada dewa itu.