Loading...
Logo TinLit
Read Story - Seharap
MENU
About Us  

“Tolong teratur, anak-anak!”

Tisha memperhatikan belasan orang yang langsung menuruti perintah itu. Setelah masing-masing mendapat kotak makanan dan minuman, mereka bersila dan mulai menyantapnya.

“Dek!”

Tisha menoleh saat mendengar suara Sawala yang duduk di sebelahnya. “Ya, kak?”

Sawala menggerakkan jempol tangan untuk menunjuk anak perempuan yang bersandar padanya. “Kata Nala makasih jusnya.”

Tisha tersenyum canggung. “Sama-sama.”

Pada akhirnya, Tisha memutuskan untuk menepati janji yang tak sengaja dibuatnya pada Nala. Di hari Minggu, dia bersama Sawala kembali mengunjungi panti dengan membawa berbagai olahan sayur. Namun, kali ini mereka hanya berdua, berangkat dengan motor Sawala. Riana tak bisa ikut karena ada urusan.

Melihat sang kakak yang tampak makin sibuk membuat Tisha membulatkan keputusan akan hadiah yang akan dipinta begitu selesai menjalani tantangannya. Ah, tantangan, sekarang adalah hari terakhirnya harus bersama dengan Sawala. Tisha tak dapat menjelaskan bagaimana perasaanya. Yang dia tahu hanya kini ada yang berbeda dalam hatinya dibandingkan saat pertama mereka berjumpa.

“Anak-anak mau main lilin malam. Kamu mau gabung atau nunggu di sini?” Sawala menyadarkan Tisha dari lamunan.

Tanpa perlu berpikir panjang, Tisha segera menyahut, “Aku gabung.”

Akhirnya dia larut dalam keramaian itu. Awalnya memang canggung, tetapi lama-lama dia nyaman. Terlebih Nala selalu bertingkah menggemaskan dan cukup bermanja padanya. Mereka membuat banyak tiruan benda-benda.

“Nala senang bisa bikin alat-alat masak.” Anak berkuncir dua itu menjembreng dua tiruan mangkuk.

“Bagus,” puji Tisha. Dia sadar itu memang bukan gayanya, tetapi dia memaksakan diri untuk melakukannya. Dia sudah bertekad untuk bersosialisasi dengan lebih baik, termasuk mengapresiasi tingkah kecil orang lain.

“Terima kasih, Kakak.”

“Sama-sama.”

“Main ini bisa bikin tulisan kamu bagus, lho.” Tiba-tiba Sawala nimbrung dan mengusap-usap Nala. Sejak tadi dia memang tidak diam, terus berkeliling mendatangi tiap anak untuk mengobrol.

“Iyakah?” Nala antusias.

Sawala mengangguk mantap. “Saat menekan-nekan lilin malam jari-jari kita berolahraga biar enggak kaku. Jadi, pas nulis kita bisa lebih lentur dan tulisannya bagus.”

“Wah, keren!” Nala mengalihkan atensi pada Tisha. “Kakak juga suka main ini? Tulisan Kakak kan bagus.”

“Uhm ... dulu Kakak pernah main ini.” Saat SD Tisha memang suka memainkan ini, bersama Fathan. Mereka sering latihan bersama sebelum membuat kaligrafi. Namun, sudah lama dia tak memainkannya.

Bertahun-tahun Tisha menghindari apa pun yang mengingatkannya pada pemuda itu. Namun, kini karena mereka sudah memaafkan, dan Tisha juga sudah memutuskan untuk ikut lomba, jadi dia mungkin bisa kembali rutin memainkan lilin malam.

“Ayo main banyak-banyak!” Nala bersorak.

***

Keasyikan bermain, tak terasa Zuhur pun tiba. Setelah salat berjamaah, Tisha dan Sawala pun bersiap pulang. Namun, sebelum menaiki motor, Tisha mencekal tangan Sawala.

“Kenapa, Dek?”

“Kita makan mi ayam di tempat yang waktu itu, yuk!”

“Oh, boleh.”

Tak lama dua gadis itu tiba di kedai tujuan. Setelah memesan, mereka pun duduk berhadapan.

Tisha menekan-nekan jempol tangan. “Kakak enggak ngasih makan kucing lagi?”

Sawala mengedarkan pandangan. “Enggak ada kucingnya. Nanti kalau ada aku kasih. Kebetulan kemarin baru dapat promo pembelian ....”

Sawala asyik bercerita tentang produk makanan kucing yang dibelinya di toko online. Dia juga menambahkan penjelasan tentang varian dan kandungannya.

Sekuat tenaga Tisha menahan diri untuk tak menunjukkan raut malas. Dia memang tak terlalu tertarik dengan topik Sawala. Namun, dia akan berusaha menghargainya. Bagaimanapun itu memang hal yang diharapkannya, Tisha pernah sangat merindukan suara itu, jadi dia tak akan menyia-nyiakan kesempatan yang ada untuk mendengarnya.

Sawala baru diam saat makanan tiba. Mereka pun makan dalam kesunyian.

Setelah menghabiskan pesanannya, Tisha membasahi tenggorokan. Ada sebuah tujuan khusus yang membuatnya mengajak Sawala makan. “Maaf.” Sedikit ada perasaan ingin merutuki diri sendiri karena seolah meniru kebiasaan Sawala dulu yang suka meminta maaf tiba-tiba.

Sawala menyelesaikan usapan tisu di wajah. “Untuk?”

“Karena pernah berburuk sangka pada Kakak.”

“Eh?”

Tisha mengembuskan napas berat. Ini tidak mudah, tetapi dia sudah memikirkannya matang-matang. Dia ingin jujur. “Sebenarnya, aku mau menemani Kakak selama dua minggu ini karena tantangan dari kakakku, Bu Riana.”

“Jadi ... kamu terpaksa?”

“Iya.” Tisha tak menyangkal. “Awalnya aku memang merasa terpaksa, terlebih sikap Kakak yang agresif itu, sempat membuat aku tak menyukai Kakak.”

“Maaf.” Raut Sawala penuh penyesalan,

Tisha menggeleng. “Aku juga minta maaf, karena aku berburuk sangka menyangka yang tidak-tidak.” Meski berniat mengatakan semuanya, tetapi Tisha tak berani jika sampai mengatakan fakta tentang dia yang sempat mengira Sawala gila. “Tapi sekarang aku sudah terbiasa. Maksudku, sikap Kakak itu wajar. Enggak membahayakan aku. Malah aku jadi banyak belajar nilai-nilai kebaikan dari aksi Kakak menolong orang lain.”

Jeda sejenak. Masih berat untuk Tisha berbicara panjang. “Dengan mengikuti Kakak dan mencoba melakukan hal yang sama dengan Kakak, aku jadi bisa memperbaiki diri. Aku mulai sedikit keluar dari zona nyaman yang sepi.” Setelah semua yang terjadi, Tisha sadar, bahwa dia memang harus berhenti dari sikap apatisnya.

Melihat tak ada tanda-tanda Tisha akan berkata lagi, Sawala pun mulai menanggapi. “Aku ... cukup kaget dengan yang kamu katakan. Waktu itu Bu Riana hanya menawari aku mau punya teman di perpus atau enggak. Ya aku langsung mau. Beliau enggak ada bilang apa-apa tentang perjanjian kalian, cuma emang ngasih tahu kalau waktunya hanya dua minggu. Jadi, aku berusaha melakukan yang terbaik selama kita bersama, bahkan aku terus berdoa mengharap kamu akan terus jadi pengunjung setia bareng aku. Tapi ....”

Sawala menghela napas. “Setelah mendengar kenyataan barusan, aku enggak akan lagi memaksa. Mungkin memang takdirnya kita hanya bersama sebentar. Aku sudah sangat bersyukur dengan itu, aku bahagia. Aku juga senang, alhamdulillah kalau kebersamaan yang singkat itu memberi dampak baik buat kamu, eh buat aku juga, deh. Jadi, meski ke depan kita mungkin berpisah, tapi semoga kita bisa tetap berteman, ya. Kalau berpapasan jangan lupa sapa aku.”

Tisha berdeham. “Kalau aku mau meniru Kakak bagaimana?”

Alis Sawala bertaut. “Meniru apa?”

“Mimpi. Aku ingin seharap dengan Kakak, mengejar bahagia dengan menjadi orang bermanfaat dan meraih keberkahan Allah. Apa ... itu boleh?”

Pupil Sawala berbinar. Diraihnya jemari Tisha yang ada di meja. “Boleh banget, Dek. Setiap orang berhak untuk mengejar mimpi itu, semua berhak mengharap rida Allah.”

“Bahkan meskipun aku sudah sangat lama melalaikannya?”

Sawala mengeratkan genggaman. “Allah selalu membuka pintu taubat untuk semua hambanya, apa pun yang sudah hambanya lakukan, asalkan bersungguh-sungguh. Kalau kamu mau berubah menjadi lebih baik, aku yakin Allah akan menerima dan merangkul kamu.”

Mata Tisha berkaca-kaca. “Tolong bantu aku, Kak.”

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Cinta dalam Impian
136      108     1     
Romance
Setelah ditinggal oleh kedua orang tuanya, seorang gadis dan abangnya merantau untuk menjauh dari memori masa lalu. Sang gadis yang mempunyai keinginan kuat untuk meraih impian. Voska belajar dengan rajin, tetapi dengan berjalannya waktu, gadis itu berpisah dengan san abang. Apa yag terjadi dengan mereka? Mampukah mereka menyelesaikan masalahnya atau berakhir menjauh?
Cinta Tiga Meter
705      438     0     
Romance
Fika sudah jengah! Dia lelah dengan berbagai sikap tidak adil CEO kantor yang terus membela adik kandungnya dibanding bekerja dengan benar. Di tengah kemelut pekerjaan, leadernya malah memutuskan resign. Kini dirinya menjadi leader baru yang bertugas membimbing cowok baru dengan kegantengan bak artis ibu kota. Ketika tuntutan menikah mulai dilayangkan, dan si anak baru menyambut setiap langkah...
RIUH RENJANA
516      373     0     
Romance
Berisiknya Rindu membuat tidak tenang. Jarak ada hanya agar kita tau bahwa rindu itu nyata. Mari bertemu kembali untuk membayar hari-hari lalu yang penuh Renjana. "Riuhnya Renjana membuat Bumantara menyetujui" "Mari berjanji abadi" "Amerta?"eh
Wanita Di Sungai Emas (Pendek)
550      366     3     
Fantasy
Beberapa saat kemudian, aku tersandung oleh akar-akar pohon, dan sepertinya Cardy tidak mengetahui itu maka dari itu, dia tetap berlari... bodoh! Akupun mulai menyadari, bahwa ada sungai didekatku, dan aku mulai melihat refleksi diriku disungai. Aku mulai berpikir... mengapa aku harus mengikuti Cardy? Walaupun Cardy adalah teman dekatku... tetapi tidak semestinya aku mengikuti apa saja yang dia...
Memories About Him
4208      1783     0     
Romance
"Dia sudah tidak bersamaku, tapi kenangannya masih tersimpan di dalam memoriku" -Nasyila Azzahra --- "Dia adalah wanita terfavoritku yang pernah singgah di dalam hatiku" -Aldy Rifaldan --- -Hubungannya sudah kandas, tapi kenangannya masih berbekas- --- Nasyila Azzahra atau sebut saja Syila, Wanita cantik pindahan dari Bandung yang memikat banyak hati lelaki yang melihatnya. Salah satunya ad...
Lebih Dalam
181      156     2     
Mystery
Di sebuah kota kecil yang terpencil, terdapat sebuah desa yang tersembunyi di balik hutan belantara yang misterius. Desa itu memiliki reputasi buruk karena cerita-cerita tentang hilangnya penduduknya secara misterius. Tidak ada yang berani mendekati desa tersebut karena anggapan bahwa desa itu terkutuk.
KELANA [Kenzie - Elea - Naresh]
5310      1859     0     
Fan Fiction
Kenzie, Elea, Naresh, tiga sahabat yang ditakdirkan menjadi seorang bintang. Elea begitu mengagumi Naresh secara diam-diam, hingga dia amat sangat peduli terhadap Naresh. Naresh yang belakangan ini sering masuk lambe turah karena dicap sebagai playboy. Bukan tanpa sebab Naresh begitu, laki-laki itu memiliki alasan dibalik kelakuannya. Dibantu dengan Kenzie, Elea berusaha sekuat tenaga menyadarka...
Kiara - Sebuah Perjalanan Untuk Pulang
3066      1317     2     
Romance
Tentang sebuah petualangan mencari Keberanian, ke-ikhlasan juga arti dari sebuah cinta dan persahabatan yang tulus. 3 Orang yang saling mencintai dengan cara yang berbeda di tempat dan situasi yang berbeda pula. mereka hanya seorang manusia yang memiliki hati besar untuk menerima. Kiara, seorang perempuan jawa ayu yang menjalin persahabatan sejak kecil dengan Ardy dan klisenya mereka saling me...
The Maze Of Madness
5254      1887     1     
Fantasy
Nora tak banyak tahu tentang sihir. Ia hidup dalam ketenangan dan perjalanan normal sebagai seorang gadis dari keluarga bangsawan di kota kecilnya, hingga pada suatu malam ibunya terbunuh oleh kekuatan sihir, begitupun ayahnya bertahun-tahun kemudian. Dan tetap saja, ia masih tidak tahu banyak tentang sihir. Terlalu banyak yang terjadi dalam hidupnya hingga pada saat semua kejadian itu merubah...
Pria Malam
1090      660     0     
Mystery
Semenjak aku memiliki sebuah café. Ada seorang Pria yang menarik perhatianku. Ia selalu pergi pada pukul 07.50 malam. Tepat sepuluh menit sebelum café tutup. Ia menghabiskan kopinya dalam tiga kali tegak. Melemparkan pertanyaan ringan padaku lalu pergi menghilang ditelan malam. Tapi sehari, dua hari, oh tidak nyaris seminggi pria yang selalu datang itu tidak terlihat. Tiba-tiba ia muncul dan be...