Read More >>"> Seharap (20. Alasan Sawala) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Seharap
MENU
About Us  

Lho, Kakak kira kamu enggak ke sini, Dek.”

Tisha memutar kepala, melihat Sawala berdiri di dekat tempat penyimpanan. Segera saja dia memangkas jarak. “Maaf tidak langsung menemui Kakak, tadi aku harus melakukan sesuatu dulu.” Dia memilih untuk tidak mengatakan yang sebenarnya secara gamblang, tidak mau dianggap pamrih. Yang tadi cukup jadi rahasianya. Namun, kenapa diksinya mengikuti Sawala, ‘melakukan sesuatu’? Ah, sepertinya dia mulai terkontaminasi.

Tisha berdeham. Sebelum Sawala menyelidikinya, segera dia mengalihkan. “Kakak tadi di mana?”

“Oh!” Sawala menunjukkan jempol ke belakang. “Urus buku-buku di sini.”

Alis Tisha terangkat sebelah. “Ada buku baru?”

Sawala mengangguk cepat. “Banyak banget, mana seru-seru lagi. Jadi, enggak sabar, deh, buat masukin ke pojok-pojok baca, biar yang lain bisa ikut menikmatinya.”

“Ya udah, ayo kita masukin ke sana.” Begitu ringannya Tisha mengajak, terlalu refleks.

“Gimana?” Sawala mengerjap-kerjap, kentara sangat terkejut. “Kita?”

“Iya.” Tisha menggaruk tangan. Mungkin ucapan impulsifnya membuat Sawala menganggapnya aneh. Namun, Tisha sudah bertekad untuk berani dalam menyelesaikan tantangan tambahan. Jadi, bagaimanapun tanggapan Sawala, Tisha tidak akan mundur dari mengikuti kegiatannya.

Sawala berdeham, menetralkan ekspresi. “Sekarang?”

Tisha mengangguk mantap. “Kalau Kakak mau dan bukunya udah siap.”

Sawala merendahkan bahu. “Sayangnya bukunya masih belum siap, belum dibuka dan ditandatangani petugas. Jadi, aku akan buka dulu sekarang.”

Tisha menggigit bibir. “Aku ... boleh ikut buka?”

“Boleh banget. Ayo!” Sawala menggandeng Tisha.

Setelahnya mereka sibuk membongkar buku-buku baru.

“Wah!” Sorakan Sawala menghentikan keheningan.

Tisha melihat Sawala sedang mengacungkan sebuah buku. “Apa, Kak?” Tisha bingung campur senang. Dia bersyukur bisa mendengar lagi Sawala membuka pembicaraan random.

Sawala menyodorkan buku itu pada Tisha. “Ini cocok buat kamu kayaknya.”

“Resep Makanan Fungsional.” Tisha membaca judulnya.

“Iya,” sahut Sawala semangat, bahkan sampai bertepuk tangan sekali. “Kemarin di panti Ibu Riana bilang kamu suka masak, berarti kamu suka membaca buku resep, kan?”

Tisha meringis dalam hati. Sebenarnya dia tidak terlalu suka membaca. Biasanya untuk mempelajari resep baru, Tisha lebih suka menonton video tutorial di internet. Namun, untuk menghargai, Tisha menerimanya sambil berucap, “Terima kasih.”

Sunyi kembali. Sawala sudah sibuk menumpuk buku sesuai genre. Sementara Tisha yang melihatnya malah menggigit bibir bawah, ingin kembali mengobrol, tetapi bingung bagaimana memulainya.

“Kakak ... suka baca?” Buntu, Tisha hanya bisa mengatakan itu.

Sawala menoleh sambil manggut-manggut. “Sangat. Sejak kecil aku suka membaca.”

Tisha baru memikirkan pertanyaan lainnya. Namun, Sawala sudah lebih dulu melanjutkan.

“Mau fiksi ataupun non-fiksi aku suka. Aku pembaca segalalah. Karena dengan membaca aku jadi bisa mengeksplorasi banyak hal yang kadang di nyata belum tentu aku lihat atau datangi. Makanya aku betah banget di perpus ini, soalnya bukunya beragam banget.”

Seketika Tisha ingat ucapan Riana tentang kesediaan Sawala sebelum tantangan dimulai. Tisha jadi penasaran alasan Sawala. Mungkinkah Riana juga menjanjikan hadiah pada Sawala? “Uhm ... kenapa Kakak mau disuruh kak, maksuduku, Bu Riana buat dekat sama aku?”

“Hem ....” Sawala melepas buku di tangannya. Memfokuskan pandangan pada Tisha sepenuhnya. “Karena aku ingin punya teman.”

Tisha mengerutkan kening. Bukannya Sawala sudah punya banyak teman, ya? Melihat kedekatannya dengan para anggota Rohis, Tisha yakin Sawala berteman atau bahkan bersahabat dengan mereka.

“Maksudku yang mau jadi pengunjung setia perpustakaan. Itu belum ada. Teman yang lain pada kurang suka di sini.” Sawala melanjutkan karena Tisha hanya diam. “Padahal aku pengin banget di sini ramai. Karena meskipun membaca memang membutuhkan ketenangan, tapi kalau sendirian banget di ruangan sebesar ini mah sepi banget, kayak krik krik gitu.”

Sawala menjeda dengan kekehan kecil. “Makanya saat Bu Santi nanya mau ditemani adiknya Bu Riana, enggak? Ya jelas aku langsung mau.”

“Meskipun Kakak enggak kenal aku?”

Sawala berdeham. “Sebenarnya aku udah lama tertarik sama kamu. Bukan dalam arti dalam tanda kutip, ya. Tapi lebih ke penasaran aja gitu kok ada anak yang berani duduk sendirian di belakang kelas yang sepi. Cuma aku enggak sempat mulu buat ngajak kamu kenalan, takut juga nanti jadi ganggu kamu. Makanya pas Bu Riana ngasih sedikit info sekaligus nunjukin foto kamu, aku makin semangat buat bersama kamu.”

Tisha meremas jemari. Perasaannya tak keruan. Ini jatuhnya dia jadi pemberi harapan palsu bukan, sih? Soalnya kan Tisha tidak sesuai dengan yang Sawala harapkan. Tisha tidak hobi membaca, tidak juga terlalu suka perpustakaan. Tisha jadi dilema. Haruskah dia jujur tentang kesukaannya?

“Ya, meskipun cuma dua minggu, dan sekarang tinggal beberapa hari lagi, tapi aku sangat bersyukur.” Bagai monolog, Sawala terus bicara sendiri. “Tapi ... aku berharap kamu bakal kecanduan.”

“Hah?” Tisha terkesiap. 

Lagi, Sawala tertawa renyah. Tampak terhibur dengan respons Tisha yang menggemaskan. “Aku berharap kamu bisa terus jadi pengunjung setia perpus bareng aku, hehe.”

“Itu ....” Tisha menggigit bibir.

“Apa tetap mau jadi penunggu belakang kelas?” Sawala memotong. “Kalau boleh tahu apa kelebihan di sana?”

Bibir Tisha mulai sakit, jadilah dia menghentikan gigitan. Menelan ludah susah. “Di sana ... sunyi,” ucapnya parau.

“Nah!” Sawala bertepuk tangan. “Di sini kan juga sunyi. Jadi, terus di sini aja, ya? Plis ... terus jadi teman aku, ya.” Mata Sawala berkedip-kedip. Merayu.

Sawala salah tingkah. Bagaimana ini? Rencananya setelah tantangan selesai kan kembali menyendiri. Namun, jika langsung memberikan penolakan, kok Tisha tidak tega, ya?

“Kalau kamu terus jadi pengunjung setia, nanti aku bisa mewujudkan rencana buat bikin klub buku.” Sawala masih menggebu-gebu.

“Gimana?” Tisha menelengkan kepala.

“Aku tuh pengin bikin kumpulan siswa buat baca dan diskusi buku bareng.” Sawala memajukan jari telunjuk pada tengah ruangan. “Lihat meja itu. Harusnya diisi banyak orang, tapi selama aku jadi pengunjung di sini belum pernah lihat yang gitu. Nanti kalau ada teman, terus bikin kumpulan, aku mau bikin kampanye buat narik siswa ke sini. Nunjukin kelebihan dari buku yang ada.”

Tisha mengedip lamat. Sungguh rencana Sawala begitu keren. Tisha jadi tertarik. Eh?

Sawala menghela napas. “Soalnya pojok baca masih belum efektif. Kamu lihat kan waktu itu debunya sampai banyak gitu saking enggak adanya yang pinjam di sana.”

Bahkan aku aja enggak tahu ada yang seperti itu. bisik Tisha dalam hati. Dulu di masa pengenalan lingkungan sekolah tidak ada penjelasan tentang pojok. “Itu juga rencana Kakak?” Tisha menebak.

Sawala menggeleng. “Kalau itu emang program sekolah, baru dibikin tiga bulan lalu. Yang ngurus awalnya guru penjaga, terus aku ngajuin diri buat bantu urus. Tapi kalau kamu nanti gabung, enggak perlu ikut urus. Kamu cukup temenin aku di perpus.”

Duh, Tisha tidak tahu harus apa.

“Hey, udah bel!” Tiba-tiba kepala Riana melongok di ambang pintu. “Asyik banget ngobrol sampai enggak denger gitu.”

Tisha dan Sawala saling pandang, lalu tersenyum canggung. 

“Yuk ke kelas.” Sawala bangkit lebih dulu dan mengulurkan tangan untuk membantu Tisha berdiri. Saat akan berpisah di lorong kelas sebelas, Sawala berbisik, “Tolong dipertimbangkan, ya, Dek. Jadi pengunjung setia juga.”

Tisha bergidik sambil memperhatikan Sawala yang menjauh. Meresahkan. Sawala diam, Tisha takut. Sawala kembali agresif, Sawala makin horor. Dua minggu kok berasa lama banget, ya?

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
RIUH RENJANA
313      237     0     
Romance
Berisiknya Rindu membuat tidak tenang. Jarak ada hanya agar kita tau bahwa rindu itu nyata. Mari bertemu kembali untuk membayar hari-hari lalu yang penuh Renjana. "Riuhnya Renjana membuat Bumantara menyetujui" "Mari berjanji abadi" "Amerta?"eh
Depaysement (Sudah Terbit / Open PO)
2455      1150     2     
Mystery
Aniara Indramayu adalah pemuda biasa; baru lulus kuliah dan sibuk dengan pekerjaan sebagai ilustrator 'freelance' yang pendapatannya tidak stabil. Jalan hidupnya terjungkir balik ketika sahabatnya mengajaknya pergi ke sebuah pameran lukisan. Entah kenapa, setelah melihat salah satu lukisan yang dipamerkan, pikiran Aniara dirundung adegan-adegan misterius yang tidak berasal dari memorinya. Tid...
Premium
Di Bawah Langit yang Sama dengan Jalan yang Berbeda
4045      1322     10     
Romance
Jika Kinara bisa memilih dia tidak ingin memberikan cinta pertamanya pada Bian Jika Bian bisa menghindar dia tidak ingin berpapasan dengan Kinara Jika yang hanya menjadi jika karena semuanya sudah terlambat bagi keduanya Benang merah yang semula tipis kini semakin terlihat nyata Keduanya tidak bisa abai walau tahu ujung dari segalanya adalah fana Perjalanan keduanya untuk menjadi dewasa ti...
Kiara - Sebuah Perjalanan Untuk Pulang
1791      911     2     
Romance
Tentang sebuah petualangan mencari Keberanian, ke-ikhlasan juga arti dari sebuah cinta dan persahabatan yang tulus. 3 Orang yang saling mencintai dengan cara yang berbeda di tempat dan situasi yang berbeda pula. mereka hanya seorang manusia yang memiliki hati besar untuk menerima. Kiara, seorang perempuan jawa ayu yang menjalin persahabatan sejak kecil dengan Ardy dan klisenya mereka saling me...
Lebih dari Cinta Rahwana kepada Sinta
652      490     0     
Romance
Pernahkan mendengarkan kisah Ramayana? Jika pernah mendengarnya, cerita ini hampir memiliki kisah yang sama dengan romansa dua sejoli ini. Namun, bukan cerita Rama dan Sinta yang akan diceritakan. Namun keagungan cinta Rahwana kepada Sinta yang akan diulas dalam cerita ini. Betapa agung dan hormatnya Rahwana, raksasa yang merajai Alengka dengan segala kemewahan dan kekuasaannya yang luas. Raksas...
Heliofili
1531      784     2     
Romance
Hidup yang sedang kami jalani ini hanyalah kumpulan berkas yang pernah kami tandatangani di kehidupan sebelumnya— dari Sastra Purnama
Premium
MARIA
5079      1839     1     
Inspirational
Maria Oktaviana, seorang fangirl akut di dunia per K-Popan. Dia adalah tipe orang yang tidak suka terlalu banyak bicara, jadi dia hanya menghabiskan waktunya sebagian besar di kamar untuk menonton para idolanya. Karena termotivasi dia ingin bercita-cita menjadi seorang idola di Korea Selatan. Hingga suatu ketika, dia bertemu dengan seorang laki-laki bernama Lee Seo Jun atau bisa dipanggil Jun...
Wanita Di Sungai Emas (Pendek)
276      188     3     
Fantasy
Beberapa saat kemudian, aku tersandung oleh akar-akar pohon, dan sepertinya Cardy tidak mengetahui itu maka dari itu, dia tetap berlari... bodoh! Akupun mulai menyadari, bahwa ada sungai didekatku, dan aku mulai melihat refleksi diriku disungai. Aku mulai berpikir... mengapa aku harus mengikuti Cardy? Walaupun Cardy adalah teman dekatku... tetapi tidak semestinya aku mengikuti apa saja yang dia...
My World
465      307     1     
Fantasy
Yang Luna ketahui adalah dirinya merupakan manusia biasa, tidak memiliki keistimewaan yang sangat woah. Hidup normal menyelimutinya hingga dirinya berusia 20 tahun. Sepucuk surat tergeletak di meja belajarnya, ia menemukannya setelah menyadari bahwa langit menampilkan matahari dan bulan berdiri berdampingan, pula langit yang setengah siang dan setengah malam. Tentu saja hal ini aneh baginya. I...
The Alpha
1168      584     0     
Romance
Winda hanya anak baru kelas dua belas biasa yang tidak menarik perhatian. Satu-satunya alasan mengapa semua orang bisa mengenalinya karena Reza--teman masa kecil dan juga tetangganya yang ternyata jadi cowok populer di sekolah. Meski begitu, Winda tidak pernah ambil pusing dengan status Reza di sekolah. Tapi pada akhirnya masalah demi masalah menghampiri Winda. Ia tidak menyangka harus terjebak d...