Loading...
Logo TinLit
Read Story - Seharap
MENU
About Us  

Tisha tersenyum melihat jam tangan. Dia senang karena di hari kedelapan bisa ke perpustakaan tepat waktu, bersamaan dengan berbunyinya bel pertanda jam istirahat.

Dalam perjalanan, Tisha berpapasan dengan Riana. Kakaknya itu memang sudah kembali mengajar seperti biasa. Namun, Riana tetap menyuruh Tisha untuk pulang-pergi bersama Sawala, karena katanya Riana ada sesuatu yang harus diurus. Entah apa itu, Tisha tak mau mencari tahu, mungkin berkaitan dengan kegiatan pelatihan di pusat kabupaten satu minggu kemarin.

“Assalamu'alaikum, Bu,” ucap Tisha sesopan mungkin. Di sekolah mereka memang bersikap sangat formal dan profesional. Meskipun Tisha belum pernah diajar langsung oleh Riana, karena Riana mengajar kelas sebelas, tetapi Tisha harus tetap menghormatinya.

“Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.” Riana tersenyum di tengah keribetan membenahi bawaannya. Kini dia sedang mendekap buku siswa yang cukup banyak.

Hal itu seketika mengingatkan Tisha pada kejadian beberapa hari lalu, saat dia bersama Sawala membantu membawakan buku milik guru yang sedang hamil. Apakah sekarang Tisha harus melakukan hal serupa terhadap Riana?

“Uhm ... maaf, apa boleh saya bantu bawakan bukunya, Bu?” Akhirnya Tisha menawarkan diri setelah menimbang singkat. Dia pikir tidak apa-apa melakukan itu. Lagipula memang tantangan dari Riana kan yang menyuruhnya untuk mencoba mengikuti hal-hal yang Sawala lakukan.

Sesaat, Riana agak mengernyit. Dia heran mendengar adiknya berucap demikian. Meskipun begitu, dia memilih untuk menerima tawaran itu. “Oh, boleh. Ini, tolong, ya. Terima kasih.”

Tisha hanya membalas dengan anggukan, kemudian berjalan di belakang Riana, menyusuri teras-teras kelas sampai ke perpustakaan.

Begitu memasuki bangunan penuh buku itu, Tisha mengikuti arahan Riana untuk meletakkan bawaannya di meja penjaga, lalu mengisi buku pengunjung. Kemudian, dia mengedarkan pandangan, melihat sekitarnya begitu ramai dengan hilir-mudik para siswa. Netra Tisha menyipit, berusaha menemukan keberadaan Sawala. Sayangnya, meski sudah banyak sudut yang dia perhatikan, kakak kelasnya itu tidak kunjung kelihatan.

Akhirnya, Tisha memutuskan untuk mencari Sawala ke ruangan penyimpanan buku baru. Namun, karena kurang fokus dengan jalannya, di belokan rak dia menabrak seseorang.

“Aduh ....” Ringisan terdengar.

Tisha yang baru sadar dan berusaha menyeimbangkan diri, menoleh, melihat sesosok gadis mungil terduduk di lantai sambil menunduk dalam, memegangi kaki.

Tisha gelagapan. “Maaf, ya,” ucapnya merasa bersalah.

Gadis itu mendongak, kemudian menunjukkan senyuman. “Eh, enggak apa-apa,” balasnya tergagap sembari berusaha bangkit dan membenahi rok.

“Itu ....” Tisha menggerakkan dagu ragu. “Perlu diobati kakinya?”

Gadis itu menggeleng. “Enggak perlu, enggak kenapa-kenapa, kok.”

Tisha mengangguk. Baiklah. Semaunya gadis itu saja. Dia tidak akan memaksa, karena dia bukan Sawala. Eh? Tisha baru ingat tujuannya, ingin mencari Sawala, tetapi Tisha segan pada orang yang baru ditabraknya. Tidak enak jika langsung pergi begitu saja.

“Sedang mencari buku, kah?” Akhirnya Tisha melakukan sesuatu yang bukan gayanya sama sekali, basa-basi. Dia sendiri juga heran, dari mana datangnya keinginan berkata demikian? Ah, tetapi dia tidak mau mengambil pusing, anggap saja ini langkah memenuhi tantangan tambahan.

Gadis itu mengangguk. “Iya, aku sedang mencari buku tentang virus pada hewan.”

Kening Tisha agak bergelombang, sepertinya dia familier dengan itu. Oh, dia ingat, itu adalah bahasan biologi minggu kemarin. Refleks Tisha menelisik gadis itu. Sedetik kemudian pupilnya melebar, menyadari bahwa gadis itu satu angkatan dengannya. Belum lama ini Tisha melihatnya dibantu oleh Sawala di parkiran, saat sedang kesulitan mengeluarkan dan menyalakan motornya.

“Sudah menemukannya?”

“Sudah.” Bukannya ceria, gadis itu malah terlihat lemas.

Tisha melihat tangan gadis itu masih kosong. “Di mana?”

Perlahan, gadis itu mengangkat tangan, mengarahkannya pada rak paling atas di dekat mereka.

Tisha membandingkan postur tubuh gadis itu dengan posisi buku yang ditunjuknya. Tidak seimbang. Rak itu terlalu tinggi.

“Tadi aku lagi jinjit-jinjit, mau ambil itu, tapi ....” Gadis itu menggantung kalimatnya sambil memainkan jemari.

Tisha menahan napas, menyadari tabrakannya mengganggu usaha gadis itu. Sebagai kompensasi, maka Tisha mengajukan diri. “Boleh aku bantu ambilkan?”

Gadis itu mengangguk cepat. “Bo-boleh, terima kasih banyak.”

Begitu Tisha berhasil mengambil dan menyodorkannya, gadis itu segera menerimanya dengan mata yang berbinar. Wajahnya pun berubah cerah.

Tisha menggaruk tangan, salah tingkah. “Masih ada lagi yang mau dicari?” Ah, dia sadar sudah kebablasan, tetapi tak berniat berhenti, anggap saja dia kemasukan Sawala.

“Iya.” Wajah gadis itu bersemu, malu-malu. “Aku mau nyari buku fiksi terjemahan.”

“Uhm ....” Tisha memutar kepala, kemudian menunjuk sebuah sudut. “Kayaknya ada di sana.”

“Iya, kah?” Gadis itu antusias.

Tisha mengangguk. Lima hari menemani Sawala di tempat ini, membuatnya mulai mengenali isinya. Dia bahkan hafal beberapa rak berisi buku-buku tertentu. “Mau aku bantu cari?”

“Apa enggak merepotkan?”

Tisha tercenung sekejap. Harusnya, jika jiwa apatisnya mode on dia akan langsung menjawab repot, kan? Namun, kenapa sekarang lidahnya kelu untuk menolak dan malah mengajak, “Ayo ke sana!”

Sepuluh menit berikutnya Tisha habiskan dengan menemani gadis itu berkeliling. Ternyata gadis itu mencari cukup banyak buku, katanya untuk makin memantapkan pemahamannya akan materi yang telah dijelaskan guru. Melihat bagaimana antusias dan rajinnya, Tisha yakin gadis itu adalah siswa yang cerdas seperti Sawala.

Setelah menyelesaikan data peminjaman, gadis itu mendekap buku-buku itu dengan erat. Saat menuju ambang pintu, dia memandang Tisha intens. “Sekali lagi, terima kasih banyak, ya.”

“Sama-sama.” Tisha hanya membalas sekenanya dengan tatapan tak biasa. Semacam menyiratkan keharuan? Ah, entahlah, yang Tisha tahu perasaannya selalu tak keruan saat melihat ada orang yang merasa terbantu olehnya.

Saat Tisha akan membalikkan tubuh, suara gadis itu kembali menginterupsi.

“Eh, kita belum kenalan.” Tangan gadis itu terulur. “Nama aku Tazkia.”

Tisha menggigit bibir. Bimbang untuk menyambutnya.

“Nama kamu siapa?” Tazkia kembali bertanya.

Membuat Tisha membuang napas. Baiklah, mungkin tidak ada salahnya untuk menambah kenalan. Ya, ingat, Tisha hanya akan menjadikan gadis itu kenalan, tidak mau lebih. Akhirnya, tangan kanan Tisha terulur. “Aku Tisha.”

“Wah, sama-sama T. Semoga kita bisa berteman, ya,” tanggap Tazkia ceria.

Tidak mau! jerit Tisha dalam hati.

“Kalau gitu aku pamit, ya.” Tazkia berjalan sambil melambaikan tangan. “Sampai jumpa lagi, Tisha.”

Tisha hanya mengatupkan bibir. Dia tidak masalah jika harus bertemu Tazkia lagi. Namun, cukup dari jauh. Jika harus dari dekat apalagi sampai harus berinteraksi lagi ... Tisha mending kabur saja.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Prakerin
8088      2137     14     
Romance
Siapa sih yang nggak kesel kalo gebetan yang udah nempel kaya ketombe —kayanya Anja lupa kalo ketombe bisa aja rontok— dan udah yakin seratus persen sebentar lagi jadi pacar, malah jadian sama orang lain? Kesel kan? Kesel lah! Nah, hal miris inilah yang terjadi sama Anja, si rajin —telat dan bolos— yang nggak mau berangkat prakerin. Alasannya klise, karena takut dapet pembimbing ya...
Lebih dari Cinta Rahwana kepada Sinta
3601      1790     0     
Romance
Pernahkan mendengarkan kisah Ramayana? Jika pernah mendengarnya, cerita ini hampir memiliki kisah yang sama dengan romansa dua sejoli ini. Namun, bukan cerita Rama dan Sinta yang akan diceritakan. Namun keagungan cinta Rahwana kepada Sinta yang akan diulas dalam cerita ini. Betapa agung dan hormatnya Rahwana, raksasa yang merajai Alengka dengan segala kemewahan dan kekuasaannya yang luas. Raksas...
The Arcana : Ace of Wands
173      150     1     
Fantasy
Sejak hilang nya Tobiaz, kota West Montero diserang pasukan berzirah perak yang mengerikan. Zack dan Kay terjebak dalam dunia lain bernama Arcana. Terdiri dari empat Kerajaan, Wands, Swords, Pentacles, dan Cups. Zack harus bertahan dari Nefarion, Ksatria Wands yang ingin merebut pedang api dan membunuhnya. Zack dan Kay berhasil kabur, namun harus berhadapan dengan Pascal, pria aneh yang meminta Z...
Mendung (Eccedentesiast)
8939      2275     0     
Romance
Kecewa, terluka adalah hal yang tidak bisa terhindarkan dari kehidupan manusia. Jatuh, terpuruk sampai rasanya tak sanggup lagi untuk bangkit. Perihal kehilangan, kita telah belajar banyak hal. Tentang duka dan tentang takdir yang kuasa. Seiring berjalannya waktu, kita berjalan maju mengikuti arah sang waktu, belajar mencari celah kebahagiaan yang fana. Namun semesta tak pernah memihak k...
Langit Indah Sore Hari
154      128     0     
Inspirational
Masa lalu dan masa depan saling terhubung. Alka seorang remaja berusia 16 tahun, hubungannya dengan orang sekitar semakin merenggang. Suatu hari ia menemukan sebuah buku yang berisikan catatan harian dari seseorang yang pernah dekat dengannya. Karena penasaran Alka membacanya. Ia terkejut, tanpa sadar air mata perlahan mengalir melewati pipi. Seusai membaca buku itu sampai selesai, Alka ber...
My World
785      528     1     
Fantasy
Yang Luna ketahui adalah dirinya merupakan manusia biasa, tidak memiliki keistimewaan yang sangat woah. Hidup normal menyelimutinya hingga dirinya berusia 20 tahun. Sepucuk surat tergeletak di meja belajarnya, ia menemukannya setelah menyadari bahwa langit menampilkan matahari dan bulan berdiri berdampingan, pula langit yang setengah siang dan setengah malam. Tentu saja hal ini aneh baginya. I...
The Sunset is Beautiful Isn't It?
2311      721     11     
Romance
Anindya: Jangan menyukai bunga yang sudah layu. Dia tidak akan tumbuh saat kamu rawat dan bawa pulang. Angkasa: Sayangnya saya suka bunga layu, meski bunga itu kering saya akan menjaganya. —//— Tau google maps? Dia menunjukkan banyak jalan alternatif untuk sampai ke tujuan. Kadang kita diarahkan pada jalan kecil tak ramai penduduk karena itu lebih cepat...
Gunay and His Broken Life
8686      2527     0     
Romance
Hidup Gunay adalah kakaknya. Kakaknya adalah hidup Gunay. Pemuda malang ini telah ditinggal ibunya sejak kecil yang membuatnya secara naluri menganggap kakaknya adalah pengganti sosok ibu baginya. Hidupnya begitu bergantung pada gadis itu. Mulai dari ia bangun tidur, hingga kembali lagi ke tempat tidur yang keluar dari mulutnya hanyalah "kakak, kakak, dan kakak" Sampai memberi makan ikan...
AUNTUMN GARDENIA
161      140     1     
Romance
Tahun ini, dia tidak datang lagi. Apa yang sedang dia lakukan? Apa yang sedang dia pikirkan? Apakah dia sedang kesulitan? Sweater hangat berwarna coklat muda bermotif rusa putih yang Eliza Vjeshte kenakan tidak mampu menahan dinginnya sore hari ini. Dengan tampang putus asa ia mengeluarkan kamera polaroid yang ada di dalam tasnya, kemudian menaiki jembatan Triste di atas kolam ikan berukura...
Le Papillon
3263      1284     0     
Romance
Victoria Rawles atau biasa di panggil Tory tidak sabar untuk memulai kehidupan perkuliahannya di Franco University, London. Sejak kecil ia bermimpi untuk bisa belajar seni lukis disana. Menjalani hari-hari di kampus ternyata tidak mudah. Apalagi saat saingan Tory adalah putra-putri dari seorang seniman yang sangat terkenal dan kaya raya. Sampai akhirnya Tory bertemu dengan Juno, senior yang terli...