Read More >>"> Seharap (15. Tantangan Tambahan) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Seharap
MENU
About Us  

    "Lha, malah tidur-tiduran." Riana menggeleng-geleng melihat sang adik yang asik merebahkan tubuh di sofa ruang keluarga sambil memejamkan mata. Padahal di luar sana matahari sudah cukup tinggi menampakkan dirinya. 
    "Heum ...." Tisha hanya menggeliat sedikit dan makin mengeratkan pelukan pada bantal sofa. Meski memang tidak sedang tidur, tetapi netranya masih setia menutup.
    "Bangun, hei!" Riana mengguncang bahu Tisha tak santai.
    Tisha berdecak, lantas membuka mata malas dan menyahut sewot, "Apa, sih? Ganggu banget."
    Riana menunjuk jam di dinding. "Udah pukul 08.15, cantik.  Bangun! Ayo berangkat!"
    Tisha berguling, mengubah posisi, menghadap sandaran sofa. "Aku gak ikut hari ini!"
    "Tumben?" Riana mengernyit. "Enggak kangen sayuranmu?"
    Riana heran. Aneh sekali baginya mendengar sang adik menolak ajakan pergi ke desa sebelah untuk mengunjungi kebun peninggalan orang tua mereka yang dikelola paman dan bibi. Sebab, biasanya jika akhir pekan atau hari libur tiba Tisha akan selalu dengan semangat mempersiapkan keberangkatan demi melihat berbagai sayuran yang telah ditanam tangan dinginnya.
    Meskipun bukan termasuk keluarga kaya raya dengan harta berlimpah, tetapi kehidupan mereka berkecukupan. Selain dari tabungan dan asuransi orang tua, hasil kebun itulah yang menjadi penopang hidup dua saudari itu.
    "Teteh kan bisa bantu fotokan," gumam Tisha kurang jelas karena wajahnya kian menelusup pada bantal.
    Riana merotasikan bola mata. "Teteh juga punya perasaan malas kali, Sha. Apalagi seminggu ini kegiatan Teteh padat, tiap hari pulang malam, capek sebenarnya."
    Tisha menimpali cepat, "Ya udah, gak usah pergi. Mari tiduran bareng di sini."
    "Belum selesai, Tisha!" Riana malah menggeram dengan kedua tangan terkepal erat. "Maksud Teteh kalau mau ngikutin malas mah jelas mendingan gak ke mana-mana, tapi kan malas gak harus dituruti, justru harus dilawan."
    "Iya, iya, aku bakal lawan, tapi nanti. Kalau sekarang aku udah gak ada tenaga banget."
    Riana memindahkan telapak tangan ke kening Tisha. "Enggak hangat kok."
    Tisha menepisnya, lalu duduk bersandar. "Bukan fisik aku yang gak baik-baik aja, tapi batin."
    "Kenapa?"
    "Ternyata menjalani tantangan dari Teteh benar-benar menguras energi."
    Riana membulatkan mulut. Oh, itu ternyata masalahnya. Riana duduk di sofa seberang Tisha. "Tapi sepadan kan dengan hadiahnya? Katanya kamu mau minta hadiah yang besar dari Teteh?"
    Embusan napas berat lolos dari mulut Tisha. "Tapi aku gak nyangka akan seberat ini."
    "Jadi ...." Riana menaikkan kaki kanan ke kaki kiri, menyangga dagu dengan sebelah tangan. "Mau mundur aja, nih? Udah seminggu padahal, udah sampai setengah jalan."
    "Ya ... ya ..." Ah, Tisha tak tahu harus bagaimana. Dia dilema.
    Riana berdeham. "Emang ada apa, sih? Sawala ngapain kamu lagi?"
    Tisha malah memasang muka memelas. "Tolong, Teh, bisa gak sehari aja aku gak dengar nama itu?"
    Netra Riana menyipit. "Kenapa?"
    "Aku terguncang karena dia, Teh!" sahut Tisha lirih.
    Riana memandang Tisha penuh selidik. "Tolong jelaskan dengan benar. Apa yang terjadi?"
    Sesaat Tisha mempersiapkan diri, menarik napas dalam-dalam. "Teteh ingat aku pernah ngira kalau Kak Sawala itu gila karena banyak menolong orang dan melakukan berbagai kegiatan baik lainnya?"
    Riana mengangguk. Dia tak mungkin lupa, itu adalah kesan pertama perjumpaan sang adik dengan orang pilihannya. "Terus?"
    Tisha mendongak, meniup udara di sekitar waja. "Ternyata itu salah, Teh. Kak Sawala gak gila, dia justru lagi otw jadi sebaik-baiknya manusia."
    Alis Riana bertaut. "Gimana?"
    Tisha menegakkan punggung. "Kemarin dia bawa aku ke kumpulan rohis. Di sana ada kegiatan semacam ceramah gitu. Terus pematerinya bahas kalau salah satu cara untuk menjadi bahagia adalah menjadi sebaik-baiknya manusia. Nah, contoh kegiatannya adalah melakukan apa saja yang memberikan kebermanfaatan, dan ... itu semua sesuai dengan apa yang Kak Sawala lakukan."
    Riana manggut-manggut, kemudian tersenyum. "Ya, berarti bagus dong, dia bukan melakukan hal yang dilarang."
    "Tapi, Teh ...."
    "Apalagi, sih, Sha?" Riana memotong tak sabaran. Lebih kepada tak mau mendengarkan lagi alasan ataupun asumsi sang adik yang terlalu memutar-mutar. 
    Tisha kicep. Matanya sayu. Ah, memang salah bercerita pada sang kakak yang punya cara pandang berbeda. Seharusnya Tisha cukup memendam semua perasaan yang dia alami dalam diam. Tak perlu melibatkan orang lain atas segala pemikirannya. Memang baiknya Tisha tetap sendirian.
    "Gini, deh." Riana bertepuk tangan sekali. "Tadi itu kan yang kamu bilang baru asumsi, ya. Masih belum jelas yang sebenarnya bagaimana. Enggak menutup kemungkinan kalau bisa aja ada teori konspirasi di balik semua tingkah Sawala."
    Riana mencondongkan tubuh ke arah Tisha. "Gimana kalau kamu coba membuktikan kebenarannya?"
    Kening Tisha mengerut. "Hah?" 
    Wajah Riana kian maju. "Teteh tambah tantangannya. Kalau sebelumnya cuman menyuruh kamu berdekatan dengan dia, sekarang Teteh minta kamu ikut melakukan apa yang dia lakukan, terus cari tahu alasan sebenarnya dari semua yang dia lakukan. Nanti Teteh kasih dua hadiah lagi."
    Tisha mengusap dagu. Untuk urusan mengikuti apa yang Sawala lakukan mungkin dia tidak akan ada masalah, toh selama seminggu ini memang sudah sedikit melakukannya tanpa sengaja. Namun, untuk urusan mencari alasanya ... Tisha bingung. "Caranya?"
    "Ya, tanya-tanya dia, lah! Deep talk gitu."
    Tisha menggeleng lemah. "Enggak akan bisa."
    "Kenapa?"
    Jemari Tisha bertautan. Dalam kepalanya terbayang lagi kejadian kemarin lalu saat Sawala banyak mendiaminya. "Kak Sawala itu udah jenuh sama aku. Kayaknya dia bakal memutuskan kebersamaan kami, deh."
    Riana memundurkan tubuh dan menepuk kening sendiri. "Hadeuh, berasumsi lagi."
    "Bukan gitu, Teh!" Refleks Tisha menggebrak meja yang membatasi mereka. "Pemikiran ini gak mengada-ada. Aku bicara berdasarkan fakta yang terjadi akhir-akhir ini. Dia itu berubah jadi pendiam, gak kayak pas awal-awal. Dia gak lagi banyak memulai pembicaraan, dan kalau aku tanya pun jawabannya singkat-singkat. Menunjukkan kalau dia emang udah bosen sama aku."
    Itu tuh asumsi, Sha! Kalimat itu tertahan di tenggorokan Riana. Dia hanya sanggup meneriakkan dalam hati. Mengingat di usia Tisha itu memang biasanya cukup keras kepala dan merasa benar sendiri, maka Riana tak mau memantik konflik dengan terus menerus mendebat apalagi sampai terkesan menggurui. Riana akan memilih jalan lembut saja untuk menggiring sang adik pada arah yang dia harapkan.
    "Ya sudah, Teteh akan coba cari tahu tentang itu." Riana bangkit dan menepuk-nepuk roknya yang sedikit kusut. "Kalau nanti ternyata perkiraan kamu gak benar dan Sawala masih mau bersama dengan kamu, maka kamu harus melakukan tantangan yang kedua."
    Tisha sudah membuka mulut untuk menyela, tetapi Riana memajukan telapak tangan kanan untuk melarang pemotongan perkataannya. "Teteh akan tambah dua reward-nya. Jadi, nanti kamu boleh minta tiga hadiah."
    Bola mata Tisha berbinar. Kepalanya mulai bercabang, memikirkan hal-hal menyenangkan yang diinginkan.
    "Sekarang Teteh mau berangkat. Kamu tetap gak mau ikut, nih?"
    "Enggak." Tisha kembali berbaring. "Mau boboan. Titip salam dan permintaan maaf saja untuk paman dan bibi."
    "Baiklah." Sesaat sebelum melangkah, Riana menajamkan mata dan mengangkat telunjuk tangan kiri. "Awas jangan kebablasan. Pokoknya harus tetap makan dan mandi."
    Tisha mengerang. Padahal dia berencana untuk libur mandi seharian ini.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
RIUH RENJANA
313      237     0     
Romance
Berisiknya Rindu membuat tidak tenang. Jarak ada hanya agar kita tau bahwa rindu itu nyata. Mari bertemu kembali untuk membayar hari-hari lalu yang penuh Renjana. "Riuhnya Renjana membuat Bumantara menyetujui" "Mari berjanji abadi" "Amerta?"eh
Depaysement (Sudah Terbit / Open PO)
2455      1150     2     
Mystery
Aniara Indramayu adalah pemuda biasa; baru lulus kuliah dan sibuk dengan pekerjaan sebagai ilustrator 'freelance' yang pendapatannya tidak stabil. Jalan hidupnya terjungkir balik ketika sahabatnya mengajaknya pergi ke sebuah pameran lukisan. Entah kenapa, setelah melihat salah satu lukisan yang dipamerkan, pikiran Aniara dirundung adegan-adegan misterius yang tidak berasal dari memorinya. Tid...
Premium
Di Bawah Langit yang Sama dengan Jalan yang Berbeda
4045      1322     10     
Romance
Jika Kinara bisa memilih dia tidak ingin memberikan cinta pertamanya pada Bian Jika Bian bisa menghindar dia tidak ingin berpapasan dengan Kinara Jika yang hanya menjadi jika karena semuanya sudah terlambat bagi keduanya Benang merah yang semula tipis kini semakin terlihat nyata Keduanya tidak bisa abai walau tahu ujung dari segalanya adalah fana Perjalanan keduanya untuk menjadi dewasa ti...
Kiara - Sebuah Perjalanan Untuk Pulang
1791      911     2     
Romance
Tentang sebuah petualangan mencari Keberanian, ke-ikhlasan juga arti dari sebuah cinta dan persahabatan yang tulus. 3 Orang yang saling mencintai dengan cara yang berbeda di tempat dan situasi yang berbeda pula. mereka hanya seorang manusia yang memiliki hati besar untuk menerima. Kiara, seorang perempuan jawa ayu yang menjalin persahabatan sejak kecil dengan Ardy dan klisenya mereka saling me...
Lebih dari Cinta Rahwana kepada Sinta
652      490     0     
Romance
Pernahkan mendengarkan kisah Ramayana? Jika pernah mendengarnya, cerita ini hampir memiliki kisah yang sama dengan romansa dua sejoli ini. Namun, bukan cerita Rama dan Sinta yang akan diceritakan. Namun keagungan cinta Rahwana kepada Sinta yang akan diulas dalam cerita ini. Betapa agung dan hormatnya Rahwana, raksasa yang merajai Alengka dengan segala kemewahan dan kekuasaannya yang luas. Raksas...
Heliofili
1531      784     2     
Romance
Hidup yang sedang kami jalani ini hanyalah kumpulan berkas yang pernah kami tandatangani di kehidupan sebelumnya— dari Sastra Purnama
Premium
MARIA
5079      1839     1     
Inspirational
Maria Oktaviana, seorang fangirl akut di dunia per K-Popan. Dia adalah tipe orang yang tidak suka terlalu banyak bicara, jadi dia hanya menghabiskan waktunya sebagian besar di kamar untuk menonton para idolanya. Karena termotivasi dia ingin bercita-cita menjadi seorang idola di Korea Selatan. Hingga suatu ketika, dia bertemu dengan seorang laki-laki bernama Lee Seo Jun atau bisa dipanggil Jun...
Wanita Di Sungai Emas (Pendek)
276      188     3     
Fantasy
Beberapa saat kemudian, aku tersandung oleh akar-akar pohon, dan sepertinya Cardy tidak mengetahui itu maka dari itu, dia tetap berlari... bodoh! Akupun mulai menyadari, bahwa ada sungai didekatku, dan aku mulai melihat refleksi diriku disungai. Aku mulai berpikir... mengapa aku harus mengikuti Cardy? Walaupun Cardy adalah teman dekatku... tetapi tidak semestinya aku mengikuti apa saja yang dia...
My World
465      307     1     
Fantasy
Yang Luna ketahui adalah dirinya merupakan manusia biasa, tidak memiliki keistimewaan yang sangat woah. Hidup normal menyelimutinya hingga dirinya berusia 20 tahun. Sepucuk surat tergeletak di meja belajarnya, ia menemukannya setelah menyadari bahwa langit menampilkan matahari dan bulan berdiri berdampingan, pula langit yang setengah siang dan setengah malam. Tentu saja hal ini aneh baginya. I...
The Alpha
1168      584     0     
Romance
Winda hanya anak baru kelas dua belas biasa yang tidak menarik perhatian. Satu-satunya alasan mengapa semua orang bisa mengenalinya karena Reza--teman masa kecil dan juga tetangganya yang ternyata jadi cowok populer di sekolah. Meski begitu, Winda tidak pernah ambil pusing dengan status Reza di sekolah. Tapi pada akhirnya masalah demi masalah menghampiri Winda. Ia tidak menyangka harus terjebak d...