Drap.. drap.. drap
Ternyata kantor kepolisian di pagi hari sangat sibuk. Anggota muda berbaris mengikuti instruksi dari seniornya. Ini pertama kalinya aku pergi ke kantor polisi. Tidak ada yang menganggur, semua saling bergerak aktif hingga berlari-lari di koridor. Bahkan dering telepon sudah memenuhi ruangan itu. Dokter Joshua terlihat sudah familier dengan lokasinya dan langsung masuk ruangan yang dituju.
“Selamat pagi, Tuan Joshua. Silahkan masuk ke ruangan saya terlebih dahulu.”
Meow! (Selamat pagi, Pak Polisi.) Aku menyembul keluar dari mantel Dokter Joshua. Senang rasanya mengagetkan polisi satu ini. Wajahnya yang semula tegang menjadi tambah tegang karena melihatku.
“Selamat pagi, Pak Inspektur. Maafkan saya namun saya terpaksa menyembunyikannya di balik mantel karena takut kucing kesayangan saya ini diusir oleh rekan-rekan Anda. Sekali lagi saya minta maaf.” Dokter Joshua menunduk padanya.
“Tidak masalah, Tuan. Saya hanya sedikit kaget. Sebetulnya saya juga menyukai kucing. Siapa namamu, cantik?” Inspektur itu mengusap kepalaku secara tiba-tiba.
Hiiissshhh! (Cepat singkirkan tangan Anda! Saya tidak suka!)
“Sepertinya Jasumin juga terkejut melihat Anda. Lambat laun kalian pasti bisa akrab. Mari kita lanjutkan hasil pembicaraan semalam, Pak.” Dokter Joshua berusaha mencairkan ketegangan antara Pak Inspektur dan seekor kucing bar-bar.
“Ehem! Baiklah. Tuan, ini barang bukti berupa HP milik Nona Rachel. Anda bisa lihat kondisi fisiknya 90% hancur. Seharusnya semua data hilang, namun syukurlah beberapa data terakhir masih bisa kami pulihkan. Sebaiknya Anda menggunakan sarung tangan pelindung sebelum memegang barang bukti.” Pak Inspektur menyerahkan HP ku kepada Dokter Joshua.
Data terakhir berarti bisa saja bukti pesan anonim itu masih ada! Itu satu-satunya petunjuk untukku. Aku melompat ke pangkuan Dokter Joshua untuk melihat kondisi HP ku.
Meow! (Aku ingin lihat!)
Layarnya sudah pecah dan buram namun masih bisa menampilkan beberapa tampilan seperti pesan dan daftar panggilan. Daftar panggilan terakhir adalah nomor Ayah. Namun sayangnya aku tidak ingat nomor lain yang masuk di bawahnya. Ketika Dokter Joshua membuka pesan, munculah daftar pesan dari pengirim anonim itu.
“Ini bukan pesan biasa. Seperti pesan rahasia yang terenkripsi.”
“Anda benar Tuan. Saya rasa pesan itu sengaja ditujukan hanya untuk Nona Rachel. Bisa saja ancaman atau bisa saja informasi penting yang tidak ingin diketahui pihak luar.”
“Apa Anda bisa membantu saya untuk membukanya, Pak Inspektur?”
“Seharusnya ini menjadi bukti di persidangan namun pihak keluarga memutuskan untuk menutup kasus kecelakaan Nona Rachel dan menolak penyelidikan lainnya. Barang bukti ini sengaja saya amankan jika sewaktu-waktu pihak keluarga memerlukannya.”
Mee-o-uww?! (Ayah tidak ingin tahu penyebab kematianku?!)
“Tenanglah, Jasumin. Mari kita lihat bersama isi pesan itu. Saya akan menunggunya, Pak Inspektur. Terima kasih telah membantu saya.”
“Sama-sama. Saya akan menghubungi Anda kembali. Hati-hati Tuan Joshua.”
Selepas dari kantor polisi, Dokter Joshua mengajakku ke salon Neko-nyaw miliknya. Ia meminta maaf karena harus bekerja dan berjanji akan pulang lebih awal serta mengajakku bermain. Awalnya aku dititipkan di carriage khusus kucing, namun aku menolak dan memilih menunggu di ruang resepsionis tanpa diikat ataupun dikurung. Semula aku senang karena setiap orang yang masuk selalu memuji kecantikanku hingga membuat hewan peliharaan mereka iri kepadaku. Lambat laun, aku bosan dan memutuskan mencari udara segar.
Ketika mengitari halaman salon, aku teringat rute menuju rumahku yang tidak begitu jauh. Aku memutuskan berjalan sambil beradaptasi dengan kaki mungilku. Satu langkah kaki mungilku membutuhkan waktu tempuh 2 kali lipat lebih lambat dari langkah manusiaku. Akhirnya setelah perjuangan panjang, aku tiba di depan rumah yang aku rindukan.
Kriett
Pintu utama terbuka. Kulihat Ayah keluar dari dalam rumah diikuti Bastian di belakangnya. Bastian membawa sebuah map cokelat dan memeluk Ayah. Mereka saling bercakap-cakap. Meskipun jarakku cukup jauh dari mereka, namun aku bisa mendengar pembicaraan mereka dengan jelas. Bastian bahkan memanggil Ayahku dengan sebutan Ayah!
“Ayah harus tetap makan dan sehat. Saya akan sedih jika Ayah menyiksa diri sendiri.”
“Nak, Ayah rindu Rachel. Kepergiannya sangat mendadak. Apalagi kalian akan bertunangan. Ayah yakin kamu pasti jauh lebih tersiksa.”
“Ayah, Bastian akan selalu ada untuk Anda. Sekarang, saya pamit dulu, istirahatlah yang cukup.”
“Terima kasih. Hati-hati di jalan, nak!” sapa Ayah kepadanya.
Ayah kembali masuk ke dalam rumah selepas kepergian Bastian. Aku menyusulnya sementara pintu utama belum tertutup. Ayah terduduk di sofa sambil menangis memegang foto diriku. Ayah aku merindukanmu. Namun aku tidak bisa berbuat apa-apa karena wujudku yang seperti ini. Melihat Bastian yang begitu memperhatikan Ayah, aku merasa sedikit lega. Setidaknya ada orang yang akan merawat dan menjaga Ayah setelah kepergianku. Diam-diam aku naik ke kamarku di lantai 2. Tidak ada satupun perabotan yang berubah. Semua masih sama dan bersih. Kecuali ranjang milik Jasumin. Ranjang Jasumin tidak ada di tempatnya. Seolah keberadaan Jasumin sengaja dihilangkan oleh pihak yang tidak menyukainya. Mungkinkah Ayah? Tidak ada waktu berpikir. Aku harus segera kembali sebelum Ayah menemukanku. Besok aku akan mengunjunginya lagi.
Aku sampai di depan salon ketika kulihat Dokter Joshua mondar mandir kebingungan. Ketika melihatku, ia langsung berlari memelukku. “Jasumin, betapa khawatirnya aku! Jangan menghilang seperti itu. Beri tahu aku jika kamu harus pergi. Ok?”
Meow! (Tenanglah, aku minta maaf!)
Sejak kapan Dokter Joshua menjadi se-sensitif ini kepada Jasumin? Apa karena Jasumin kucing kesayangan Rachel sehingga ia merasa bertanggung jawab untuk menjaganya? Lain kali aku harus memperbaiki sikapku yang buruk ini dan berpamitan padanya. Entah ia akan mengerti ucapanku atau tidak. Sebelum pulang ke rumah, Dokter Joshua mengobati lecet-lecet di kakiku. Ternyata aku berjalan terlalu cepat sehingga tanpa sadar kakiku menjadi lecet.
“Selama aku merawat kucing persia, hanya kamu yang aktif bergerak. Aku tahu kamu pasti melihat rumahmu, kan? Jangan memaksakan diri. Lihatlah akibatnya!”
Mee-o-uww (Ini tidak sakit. Sungguh. Kamu terlalu overprotektif)
“Jangan memprotesku, Jasumin. Ini karena aku mencemaskanmu. Nah, sudah selesai ayo kita pulang. Sementara kamu tidak boleh berjalan. Aku akan menggendongmu. Apa kamu sudah bertemu Ayah nonamu? Bagaimana keadaan beliau?”
Mee-o-uww (Ayah selalu sedih dan tidak merawat diri dengan baik. Beruntung Bastian merawat Ayah dengan penuh perhatian meskipun calon tunangannya sudah meninggal.)
“Sepertinya tunangan nonamu adalah orang yang baik. Syukurlah.”
Mee-o-uww? (Anda mengerti apapun yang kukatakan?)
“Tentu saja. Jadi jangan harap kamu bisa seenaknya mengataiku! Hahaha…”
Glek !
Sudah 5 hari aku hidup sebagai seekor kucing. Kakiku sudah sembuh karena Dokter Joshua sangat memperhatikan lukaku. Meskipun mendapat pelayanan seperti ratu, namun aku tetap saja merasa kesulitan ketika harus makan. Makanan yang bisa kuterima hanya susu dan salmon mentah. Bahkan stok makanan untuk susu dan salmon di kulkas bertambah karena keinginanku. Aku juga menjadi malas bergerak dan senang mengibaskan ekor di kala santai. Saat sedang bermain-main dengan buntalan benang, ada panggilan masuk di HP Dokter Joshua.
“Jasumin, sepertinya kita mendapat kabar baik. Ayo kita ke kantor polisi sekarang.”
Mee-o-uww? (Harus sekarang?)
Kami tiba di kantor polisi 15 menit kemudian. Dokter Joshua langsung memasuki ruangan tempat Pak Inspektur menunggu. Disana sudah ada seorang hacker kepolisian yang membantu memecahkan kode enkripsi tersebut. Setelah mengutak atik perangkat, kami menunggu beberapa saat dan pesan itu dapat terbuka sekaligus informasi pengirimnya.
“Sepertinya kasus yang melibatkan Nona Rachel bukan kasus biasa. Apakah Anda mengenal nama-nama yang tercantum dalam pesan ini?” tanya Pak Inspektur.
“Saya tahu Tuan Bastian adalah tunangan Nona Rachel. Ia seorang pengusaha. Ia juga memiliki hubungan yang baik dengan keluarga serta teman-teman calon tunangannya. Namun saya tidak tahu dengan Nona Tika. Saya tidak mengenalnya. Apa arti pesan ini supaya Nona Rachel berhati-hati kepada Tuan Bastian?” Dokter Joshua bertanya bingung.
“Sepertinya Nona Tika memiliki kaitan dengan Tuan Bastian. Karena ini masih bersifat abu-abu sebaiknya kita mencari tahu dengan bantuan detektif. Bisa saja kasus ini mengarah pada tindak pidana. Bagaimana Tuan Joshua?”
“Saya setuju. Hanya saja saya tidak memiliki kenalan detektif untuk melakukannya.”
“Rekan saya akan membantu Anda. Beliau adalah seorang pengacara yang handal di bidangnya. Bisa saja ini melibatkan sesuatu yang berbahaya jadi saya sarankan Anda berhati-hati dan tidak bertindak sendirian.”
“Terima kasih Pak Inspektur.”
“Sama-sama Tuan Joshua. Ini kartu nama rekan saya, Anda bisa menghubunginya. Saran saya Anda harus memberi tahu Ayah mendiang. Namun jangan terlibat dengan Nona Tika dan Tuan Bastian sampai rekan saya memberi petunjuk.”
“Baik. Saya undur diri.”
Siapa itu Tika? Mantan Bastian, kah? Namun kenapa ia sampai tega membunuhku? Apa karena cemburu buta? Tidak! Kalau dipikir-pikir tidak mungkin karena cemburu buta sebab ia menyuruhku berhati-hati kepada Bastian. Bahkan ia mengatakan memiliki bukti kejahatan Bastian. Itulah sebabnya aku terburu-buru sampai tidak menyadari lalu lintas saat itu. Kecelakaan itu mungkin menjadi kecelakaan biasa bagi orang awam karena kelalaianku namun jika berkaitan dengan kasus kejahatan, bisa saja sesuatu yang direncanakan. Membayangkannya saja sudah membuat tubuhku bergetar.