Di perjalanan mereka berdua hanya membisu, tak ada percakapan yang menghiasi suasana. Tapi, tiba-tiba di tengah perjalanan, Rekal memberhentikan motornya.
Rara mengerutkan dahinya, "Kenapa? kok berhenti?" Tanya Rara.
Rekal seperti tak enak menjawabnya, "Anu.. emm.. itu.., Rara turun dulu deh!"
Dengan rasa kesal di hatinya, mau tak mau Rara pun turun dari motor Rekal.
"Kenapa? kalau gak niat buat nganter gue pulang mending bilang dari tadi" ucap Rara dengan memasang wajah kesal.
"Enggak, bukan gitu. Ini.., ban motor Ekal yang belakang kayaknya kempes deh, Ra" Ucap Rekal sambil turun dari motornya.
Rekal langsung mengecek ban motor belakangnya dan benar saja, Ban motornya itu ternyata kempes. Rekal langsung berdecak sebal.
"M-maaf ya Ra.., ban motor Ekal kempes" Ucap Rekal dengan sangat lembut.
Rara melihat ban tersebut dan ternyata memang benar. "Ya udah kita cari bengkel yang deket aja!" Ucap Rara.
Rekal langsung menahan tangan Rara. "Kamu pulang duluan aja! aku pesenin ojek online, biar aku cari bengkel sendiri."
Rara mengerutkan dahinya saat Rekal mengubah gaya bicaranya menjadi aku-kamu.
"Gak perlu, gue berangkat sama lo, dan pulang juga harus sama lo!" Ucap Rara
"Tapi nanti kalau kamu capek gimana? di deket sini takutnya gak ada bengkel" ucap Rekal.
"Lo mana tau kalau belum di cari" Ucap Rara yang membuat Rekal terdiam.
"Ya udah deh, tapi nanti kalau Kamu pengen pulang, aku pesenin ojek online ya" ucap Rekal
Rara tidak menjawab, Ia malah langsung berjalan mendahului Rekal. Dan Rekal pun langsung ikut berjalan dengan mendorong motornya.
Dengan penuh inisiatif, Rara langsung ikut mendorong motor Rekal dari belakang, sama seperti saat Rekal ikut mendorong motor Rara yang kempes waktu awal mereka bertemu.
Rekal menoleh, "Kamu ngapain ikut dorong? nanti kamu capek gimana?"
"Ck, Gue gak capek ya. Gue bantuin biar cepet" Ucap Rara
"Udah, gak usah, Ra" Ucap Rekal yang melarang Rara membatunya mendorong motornya.
"Emang kenapa sih?" Tanya Rara kesal.
"Cewek secantik kamu jangan dorong yang berat-berat.., nanti kecapean gimana?"
Rara memutar bola matanya malas, "Gue gak bakal capek, gak usah keras kepala deh. Gue bantuin dorong karena biar cepet"
Rekal pun menghela napasnya, mau tak mau, Rekal menuruti kata-kata Rara.
~~~
Setelah lama mencari bengkel, akhirnya mereka menemukan bengkelnya. Rara pun duduk di sebuah kursi yang sudah di sediakan, karena lelah Rara pun mengambil air minum yang berada di dalam tasnya.
Rekal melihat Rara yang terlihat kecapean, "Tuh kan, kamu pasti capek" Tebak Rekal.
Rekal ikut duduk di samping Rara. "Kan tadi Ekal udah bilang, pulangnya Ekal pesenin ojek online aja biar gak lama dan gak kecapean juga"
Rara menoleh, "Bisa gak sih, gak usah di bahas. Yang penting sekarang motor lo udah di bengkel kan?"
"Ya tapi kan Rara jadi capek kan?" Tanya Rekal
"Gue capek atau enggak, bukan urusan lo!" Ucap Rara dengan datar.
"Ya itu urusan Ekal dong, kan Rara adalah orang yang Ekal sayang" Ucap Rekal dengan menampakkan senyum manisnya.
Rara sama sekali tak baper dengan senyuman limited edition nya Rekal. Kalau orang lain yang melihatnya pasti sudah kesemsem.
Rara memutar bola matanya malas, "Gak usah pake kata-kata buaya lo segala!, gue gak suka sama lo!"
"Nanti juga suka kok" Ucap Rekal dengan pedenya.
"Gak bakal! cowo lain pun susah dapetin gue, apalagi elo!" Ucap Rara tanpa ekspresi alias datar.
Dengan tangan yang di lipat di atas dada, "Mereka sih kurang usaha aja, kalau Rekal sih bisa pastiin kalau Rara bakal suka sama Rekal dan pacaran sama Rekal"
Rara hanya memutar bola matanya malas. Kata-kata Rekal itu membuat Rara ingin muntah mendengarnya.
"Gue udah gak mempan sama kata-kata buaya kayak gitu" Ucap Rara dengan tatapan tajamnya.
"Ini tuh bukan kata-kata buaya, tapi ini kata-kata Rekal!" ucap Rekal yang sok tidak tahu.
Rara malah kesal dan memukul tangan kiri Rekal.
Bugh
"Aduhh" ucap Rekal yang pura-pura kesakitan.
"SUKURIN! PURA-PURA GAK PAHAM LAGI LO!"
Rekal pun hanya bisa cengengesan. Tiba-tiba terpintas beberapa pertanyaan di kepalanya.
"Mmm.., Rara.." Panggil Rekal
Dan Rara pun menoleh, "Kenapa?"
"Kok lama banget bales cinta gue?" Tanya Rekal yang mengubah gaya bicaranya menjadi gue.
"Siapa suruh suka sama orang yang mati rasa." Ucap Rara santai.
"Mati rasa akan cinta?" Tanya Rekal penasaran.
"Menurut lo?" Ucap Rara yang malah bertanya balik.
Rekal pun hanya menghela napasnya, dan kembali menjawab, "Siapa sih yang bikin lo mati rasa?"
"Manusia tak punya perasaan" Ucap Rara sambil menatap kosong ke arah depan.
"Ish parah banget ya ternyata. Terus gak mau buka hati lagi gitu?" Tanya Rekal
"Gak"
"Kenapa?" Tanya Rekal sekali lagi, eh mungkin bisa berkali-kali lagi.
Rara pun menoleh dan malah menjadi kesal, "Nanya mulu lo!"
"Ya kan Rekal penasaran loh, Ra.." Ucap Rekal yang kembali mengubah gaya bicaranya.
Rekal memang tidak konsisten ya.
"Itu masalahnya" Ucap Rara
Rekal yang di jawab seperti itu pun malah tak paham, "Maksudnya?"
Rara menoleh dan menatap Rekal dengan tatapan yang menyiratkan sesuatu.
"Orang yang suka sama gue, rata-rata cuman karena penasaran" Ucap Rara
Rekal terdiam, dari tatapan Rara, Ia tahu kalau Rara menyimpan sesuatu yang sangat pedih.
"Dari penasaran itu membuat mereka berani untuk suka sama gue dan menjalin hubungan dengan gue." Lanjut Rara
"Tapi itu semua gak bertahan lama.." Ucap Rara dengan kepala yang Ia tundukkan ke bawah.
Seperti menahan tangis. Rekal yang melihat itu pun menjadi merasa bersalah karena Dialah yang bertanya akan hal itu.
Entah setan apa yang menghinggapi Rekal, tapi Rekal memeluk Rara dari samping.
"Rara jangan sedih!" Ucap Rekal yang sangat pelan.
Rara yang di perlakukan seperti itu pun langsung menolak, Ia langsung melepas tangan Rekal yang merengkuh tubuhnya.
"Gue gak apa-apa, gak perlu di peluk" ucap Rara dingin.
"Bohong!"
"Semua orang yang bilang 'gue gak apa-apa' itu nyatanya lagi gak baik-baik aja. Kata-kata itu hanya kebohongan belaka yang dapat menutupi luka yang ada" Lanjut Rekal.
Rara terdiam.
"Orang yang mati rasa juga ada masanya. Gak semua cowok begitu, Ra. Semua rasa pahit dan sedih kamu itu akan hilang saat ada orang baru yang menggantikan semua momen tersebut jadi momen yang indah." Ucap Rekal dengan panjang lebar.
Rara menggeleng. "Menerima orang baru? maaf gak dulu."
"Apa salahnya menerima orang baru, Ra? Gak semuanya harus terbayang-bayang sama masa lalu. Hidup itu harus banyak rasa, gak harus gitu-gitu aja." Ucap Rekal memberi nasihat.
Ia juga tidak mau kalau Rara terpuruk akan cinta di masa lalu.
"Gue udah nyaman sendiri" ucapnya singkat.
"Kadang kesendirian memang menyenangkan, tapi mau sampai kapan bertahan? mau sampai lumutan?" Tanya Rekal
Tak ada jawaban dari Rara. Dan Rekal pun kembali menghela napasnya.
"Semua orang juga belajar, Ra. Bukan belajar pelajaran aja, tapi percintaan juga. Dan hati kamu juga jangan di kurung terus! coba hatinya di buka pelan-pelan, Hati juga layak belajar percaya akan cinta lagi." Ucap Rekal.
Rara menoleh ke arah Rekal, "Gue udah gak percaya sama yang namanya cinta. Jangankan cinta, gue aja gak percaya sama diri gue sendiri"
"Belajar percaya, Ra! Semua manusia juga wajib berubah, bukan berubah jadi yang lebih buruk, tapi berubah menjadi yang lebih baik"
Rara menunduk.
"Gue coba"