Jam sudah menunjukkan pukul 06.30 pagi, tapi belum ada satupun dari Valdo dan juga Vero yang bangun.
Sampai akhirnya mama dan papanya Valdo datang dan melihat keduanya, mereka pun hendak keluar lagi tetapi Valdo langsung terbangun.
“Mama sama papa kok udah disini?”
Tanya Valdo dengan suara serak khas bangun tidur melihat orang tuanya hendak keluar.
Valdo melihat Vero yang masih tertidur pulas di dalam pelukannya tidak tega untuk membangunkannya.
Iya, mama tadi cuma mau nganterin makanan buat Vero, tapi kalian malah masih tidur, ya sudah kalau gitu mama sama papa ke ruangan dokter dulu sayang kamu jangan macem-macem sama Vero ya” Ujar mamanya.
“Siap Mamaku sayang”
Valdo sebenarnya tahu jika orang tuanya hanya beralasan saja ke dokter, tapi dia membiarkan mereka keluar, karena memang dia masih ingin berdua bersama Vero.
Valdo kembali membenamkan wajah Vero ke dalam pelukannya, tapi tiba-tiba saja dia merasakan nyeri luar biasa pada kepalanya.
Valdo berusaha menahannya agar tidak membangunkan Vero, tetapi tidak lama kemudian Vero terbangun karena merasakan gerakan-gerakan dari tubuh Valdo, saat dia sudah benar-benar membuka matanya ternyata Valdo sedang memegangi kepalanya sambil memejamkan mata sedang menahan kesakitan.
“Kak Valdo kamu nggak papa? Kenapa Kakak nggak bangunin aku sih”
Ujar Vero khawatir melihat Valdo masih tetap memejamkan matanya.
“Nggak apa-apa biasa cuman nyeri sedikit kok, lagian kamu itu tidur udah kayak bayi tahu nggak, pulas banget mana tega aku banguninnya”
Jawab Valdo bohong sambil mencubit hidung Vero. Tapi entah mengapa saat melihat Vero mengkhawatirkannya rasa sakitnya seperti menguap tak Ia rasakan lagi.
“Tapi kalau ada yang lihat, aku kan malu”
Rengek Vero lagi dengan wajahnya yang makin menggemaskan.
“Memangnya kenapa? Mama sama papa juga tadi udah lihat kok”
Jawab Valdo sengaja meledek Vero.
“Kamu serius?”
Vero terkejut mendengar jawaban dari Valdo yang menjawab dengan begitu santainya.
“Tuh, mama bawain makanan, kamu mandi dulu sana aku udah laper nih pengen makan masakan mama tapi disuapin kamu”
“Ihhh kamu jahat banget sih, aku kan malu Kak”
Ujar Vero sambil berusaha menutupi mukanya dengan kedua tangan mungilnya.
Kenapa harus malu, lagian mama sama papa juga nggak papa kok, liat tuh muka kamu udah kaya kepiting rebus”
Ledek Valdo sambil memegangi kedua pipi Vero yang memerah.
“Selamat pagi Valdo, bagaimana keadaan kamu, apa kepala kamu masih sakit? Eh maaf kami mengganggu kalian ya”
Tiba-tiba saja dokter dan suster sudah berada di depan pintu, membuat Vero semakin salah tingkah karena dia masih duduk di ranjang Valdo.
Dia tahu jika Valdo sedang mengamatinya sambil terus tersenyum jahil, membuat Vero semakin salah tingkah, saat dia hendak beranjak dari ranjang Valdo langsung menahannya.
“Kamu mau kemana? udah lah lagian kamu kan juga lagi sakit, jadi nggak papa kan dok dia disini? Lagian saya juga sudah baikan kok dok, cuman masih sedikit pusing saja dok”
Ucapan Valdo langsung membuat wajah Vero semakin merah karena malu dan juga kesal dengan tingkah Valdo. Apalagi melihat dokter dan juga suster yang ikut tersenyum melihatnya.
“Kalau gitu biar saya periksa sebentar boleh?”
Dokter pun bertanya sambil tersenyum melihat ke arah mereka, lebih tepatnya sih ke arah Vero, karena Valdo dari tadi tidak juga mau melepaskan pelukannya.
Vero pun memaksa Valdo untuk melepaskan pelukannya.
“Iya dok silahkan, saya permisi mau ke kamar mandi sebentar”
Ujar Vero sambil berjalan dengan sangat cepat ke dalam kamar mandi yang berada di pojok ruangan itu.
Valdo pun tersenyum gemas melihat tingkah pacarnya.
“Kalian benar-benar pasangan yang sangat romantis sekali ya, saya salut loh sama pacar kamu. Waktu kamu masih kritis setiap hari dia bercerita kepada kamu, dia sangat yakin kalau kamu pasti bisa mendengarnya, dan mungkin memang itu yang membuat kamu bisa sadar dengan cepat”
Ucapan dokter benar-benar mengejutkan Valdo, pasalnya dia tidak mengetahui hal itu.
“Beneran dok?”
“Kalau kamu tidak percaya kamu bisa bertanya sendiri kepada dia”
“Apa masih ada keluan lain, apa kepala kamu benar-benar sudah tidak sakit lagi?”
Tanya dokter seperti tidak yakin pada jawaban Valdo tadi.
“Tadi sempat sakit sebentar sih dok, tapi sekarang sudah baikan kok, kira-kira kapan saya boleh pulang dok?”
“Mungkin 3 atau 4 hari lagi, tunggu sampai kondisi kamu benar-benar stabil, dan nanti kamu juga harus melakukan ronsent lagi jangan sampai lupa ya, kalau begitu kami permisi dulu selamat pagi”
“Iya dok, terimakasih”
*****
Saat Vero keluar dari kamar mandi, di luar sudah ada mama dan papanya Valdo, selain itu ada juga Hitto, keluarga Yugo, dan keluarganya juga.
Vero benar-benar malu melihat mereka semua. Tapi dia tidak mungkin terus-terusan berada di kamar mandi juga.
Akhirnya Vero berusaha memberanikan diri untuk menyapa mereka.
Vero sini sayang, kamu pasti belum makan kan, ini mama tadi sudah bawa makanan buat kamu”
Vero pun hanya bisa tersenyum dan berterima kasih menanggapi ucapan mamanya Valdo, setelah itu Vero langsung menyapa semua yang ada sebelum akhirnya mama Sita menariknya ke sofa dan menyuapi Vero makanan kesukaan Valdo.
“Tapi aku juga mau makan itu Ma” rengek Valdo.
“Nggak boleh sayang, kamu kan masih belum sembuh total”
Tapi makanan disini itu nggak seenak masanan mama, pokoknya Valdo mau makan masakan mama aja”
Valdo tetap memaksa, akhirnya Vero makan sambil menyuapi Valdo yang masih saja membuat Vero malu dengan tingkahnya.
Semua yang ada dikamar Valdo asyik ngobrol-ngobrol di sofa saat Vero dan Valdo sedang makan.
Saat sedang makan tiba-tiba Valdo tersedak makanannya sampai ter batuk-batuk, membuat orang-orang yang sedang mengobrol pun menghampirinya.
Vero pun langsung memberi Valdo segelas air putih, tapi Valdo masih saja terbatuk-batuk sampai akhirnya keluar darah dari mulutnya membuat orang-orang yang berada di kamar panik, terutama Vero.
Dia sangat panik dan juga khawatir melihat Valdo terbatuk-batuk sampai kesakitan seperti itu.
“Cepet panggilin dokter”
Vero berteriak sambil memegangis melihat Valdo yang sudah terkulai lemas.
“Aku nggak papa Vero, kamu nggak perlu khawatir gitu”
Valdo berusaha menenangkan Vero setelah dia sudah tidak terbatuk batuk lagi. Dia berbicara dengan sangat lemas.
“Tapi keadaan kamu nggak mengatakan kalau kamu baik-baik aja Kak”
Ujar Vero dengan suara yang bergetar sambil menahan air matanya agar tidak keluar.
“Vero kalau aku udah nggak ada, kamu mau kan janji sama aku kalau kamu nggak boleh lama-lama sedihnya, aku nggak mau lihat air mata kamu, kamu harus tetap tersenyum, dan kamu juga nggak boleh lama-lama mikirin aku, kamu harus mencari seseorang yang bisa jagain kamu dan juga menyayangi kamu lebih dari aku. Aku juga mau ngucapin terimakasih sama kamu sayang, karena kamu udah bikin sisa hidup aku bahagia, sudah bikin hidup aku lebih berwarna, aku sayang banget sama kamu, makasih sayang untuk selama ini. Maaf karena aku nggak bisa jagain kamu lagi.”
“Mama, papa, Valdo juga minta maaf kalau selama ini Valdo udah bikin mama sama papa khawatir, Valdo sayang sama kalian, kalian jangan sedih, karena kalian akan tetap mempunyai Vero dan juga Hitto yang bisa jagain kalian”
ujar Valdo terbata-bata membuat semua yang ada di dalam kamar tak kuasa menahan tangis.
“Valdo bertahan nak, dokter sebentar lagi datang”
Mamanya Valdo berusaha menguatkan putranya sambil terus menangis.
“Iya Kak kamu nggak boleh ngomong kayak gitu, kamu harus bertahan, demi aku demi kita semua”
Vero ikut menguatkan Valdo sambil terus berusaha untuk menghentikan air matanya.
Namun perlahan kesadaran Valdo mulai menurun, sampai akhirnya Valdo pun menutup matanya untuk selama-lamanya dengan senyuman yang mengembang di sudut bibir pucatnya.
Semua yang ada di dalam kamar Valdo pun tidak kuasa lagi menahan tangis saat melihat orang yang mereka sayang telah benar-benar pergi untuk selama-lamanya.
“Kak Valdooooo bangun, kamu nggak boleh pergi aku sayang sama kamu Kak, kamu harus bangun!”
Teriak Vero histeris melihat orang yang ia sayangi benar-benar pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya.
Yugo berusaha menenangkan Vero. Sedangkan mamanya Valdo pun ikut tak sadarkan diri melihat anak semata wayangnya harus pergi meninggalkannya.
Dokter datang, tapi sudah terlambat karena Valdo sudah tidak bisa di selamatkan lagi. Dokter pun meminta maaf karena tidak bisa menyelamatkan Valdo.
*****
The End....