“Sesil dimana lo, gue tau lo ada di dalam!”
Teriak Sandra dari luar untuk memancing Sesil.
Vero yang mendengar suara Sandra pun terkejut, dia sampai membenarkan posisi tubuhnya, melihat Sesil yang sedang kalap dia khawatir kalau akan terjadi sesuatu dengan sahabatnya.
Tapi dia hanya bisa berdoa supaya Sandra tidak kenapa-kenapa dan bisa menyelamatkannya. Sesil yang mendengar teriakan itu pun ikut terkejut. Tapi sesaat kemudian dia berusaha mengendalikan rasa kagetnya itu, dia memandang Vero sesaat sebelum akhirnya berjalan ke samping jendela.
“Berani juga temen lo kesini sendirian, tapi tenang aja sebentar lagi dia juga akan bernasib sama seperti lo”
Ujar Sesil pada Vero yang sudah mulai kelelahan.
“Errggghh errggghh errggghh”
Vero berusaha memberontak tetapi dia tidak cukup kuat.
“Apa, lo mau apa heh?” Bentak Sesil sambil menarik rambut Vero.
“Lo nggak berhak buat nyakitin temen gue” Ujar Vero tapi dia tak bisa mengucapkannya, hanya matanya saja yang bisa mengungkapkannya pada sesil.
“Jangan harap gue bakal takut sama temen lo, lihat aja nanti siapa yang bakalan gue lenyapin lebih dulu, lo atau sahabat lo yang sok jadi pahlawan itu” ujar Sesil lagi.
“He Sesil lepasin temen gue, lo bener-bener udah nggak waras ya pake nyulik anak orang sembarangan”
Teriak Sndra setelah berhasil menemukan persembunyian Sesil.
“Hebat juga ya lo, iya gue emang udah nggak waras, kenapa emangnya, dan gue nggak waras juga gara-gara temen lo ini ngerti nggak lo?”
Jawab Sesil sambil menarik rambut Vero untuk yang ke sekian kalinya, dan kali ini lebih keras lagi karena Vero sampai benar-benar merasa kesakitan.
Sandra yang melihat sahabatnya di perlakukan seperti itupun tidak terima, dia maju beberapa langkah sebelum akhirnya Sesil menyudorkan pisau yang dia arahkan ke arah Vero.
“Kalau lo berani maju selangkah aja, gue abisin sahabat lo”
Bentak Sesil dengan berusaha mengancam sandra.
“Sesil itu bahaya, singkirin benda itu dari sahabat gue atau gue bakalan teriak” ujar Sandra ikut mengancam Sesil.
Lo kira gue bodoh, silahkan aja lo teriak sekenceng-kencengnya juga nggak bakalan ada yang denger teriakan lo” ujar Sesil sinis.
Vero akhirnya berhasil melepaskan ikatan di tangannya, dan saat Sesil sedang lengah, Vero langsung memanfaatkannya untuk mengambil alih pisau yang berada di tangan Sesil untuk kemudian dilemparnya ke sembarang arah.
“Sialan lo” ujar Sesil saat melihat Vero sudah berhasil melepaskan diri.
Sandra yang melihatnya pun langsung memanfaatkan waktu untuk mendorong Sesil dari sahabatnya.
“Ayo Ver, kita harus keluar” ujar Sandra menarik tangan Vero.
“Aauuwww”
Saat Vero hendak berlari tiba-tiba ada sesuatu yang melukai kakinya, dan ternyata Sesil berhasil mengambil pisau yang tadi dilempar oleh Vero lalu dengan cepat dia berhasil mengenai kaki Vero.
“Hahaha rasain lo, kalian kira kalian bakal bisa lolos dari gue dengan mudah, karena lo udah berusaha nyelakain gue maka lo juga akan gue habisin duluan” ujar Sesil berusaha bangun.
Sandra yang melihat kaki Vero terluka pun langsung menyuruh Vero menyingkir dari Sesil.
Silahkan aja kalau lo bisa, lo kira gue takut sama lo, karena lo udah bikin sahabat gue terluka jadi jangan salahin gue kalau gue juga bakalan nyelakain lo” ujar Sandra sambil mendekat ke arah Sesil, dan saat Sesil lengah dia berhasil menendang pisau yang ada ditangan Sesil membuat Sesil ikut terjatuh lagi. Sesil pun langsung bangun dan menampar Sandra dengan keras, Sandra pun balik menampar Sesil, sampai akhirnya Hitto dan Randi datang menyelamatkan mereka.
“Sesil stop!” Bentak Hitto yang langsung mengagetkan Sesil.
Sedangkan Randi langsung menghampiri adiknya yang terduduk dipojokan sambil terus memegangi kakinya yang terluka.
“Ini bukan urusan lo, jadi lo nggak usah ikut campur” ujar Sesil pada Hitto.
“Ini urusan gue karena lo udah berani nyakitin cewek gue dan juga temen gue, lo lupa kalau gue udah pernah peringatin lo kalau sampai lo berani macem-macem sama Vero, maka gue juga nggak akan tinggal diam” ujar Hitto sambil terus mendekat kearah Sesil.
Sandra yang melihat Sesil sedang lengah pun langsung mendorong Sesil, Hitto pun langsung maju ke arah sesil untuk mengamankannya.
“Lo sekarang udah nggak bisa lari lagi” ujar Hitto pada Sesil.
Beberapa saat kemudian polisi pun datang dan langsung mengamankan Sesil.
“Sialan lo semua, tunggu aja pembalasan gue nanti” ujar Sesil sebelum dia pergi dibawa oleh polisi.
*****
"Sandra aku dimana?"
Tanya Vero setelah sempat pingsan dari perjalanan menuju rumah sakit tadi.
Lo dirumah sakit, tadi lo pingsan waktu kita selametin Lo. Lo mau minum?"
Vero hanya menjawab Sandra dengan gelengan kepala. Dia masih sedikit pusing dan merasakan nyeri di kaki kanannya yang terkena pisau.
Dia masih berfikir, kenapa Sesil begitu tega melakukan itu terhadapnya, dan kenapa Valdo juga sama sekali tidak mengkhawatirkan keadaannya. Apa begitu mudahnya Valdo melupakan semua kenangan-kenangan mereka selama ini atau justru Valdo sudah punya wanita lain lagi. Tanpa sadar air matanya keluar saat memikirkan hal tersebut.
"Lo kenapa nangis Ver, apanya yang sakit?" Tanya Sandra khawatir melihat sahabatnya tiba-tiba menangis.
"Kak Valdo San, aku nggak nyangka dia tega sama aku. Aku benci sama Kak Valdo San, dia jahat" Ucap Vero sambil terus menangis.
Sandra yang melihat sahabatnya menangis begitu pun kaget dengan ucapan Vero barusan tetapi dia langsung memeluknya untuk menenangkannya.
Sedangkan Hitto yang ada di depan pintu melihat kejadian itu pun bingung kenapa Vero bisa berkata seperti itu.
Sebenarnya dia ingin sekali memberi tahu keadaan Valdo yang sebenarnya pada Vero, tapi setiap kali dia akan melakukannya, wajah Valdo terus saja terbayang membuatnya jadi serba salah.
Tiba-tiba hp Hitto berbunyi mengagetkan Hitto yang sedang melamun.
"Itu hp kamu bunyi sayang" ujar Sandra yang melihat pacarnya diam saja melihat hpnya berbunyi.
"Iya, aku keluar dulu ya" Hitto pun langsung berjalan keluar ruangan sambil mengangkat telefon.
"Hallo tante, ada apa?" tanya Hitto setelah berada di luar kamar.
"Iya iya tante, Hitto langsung kesana sekarang" setelah menjawab telepon tersebut Hitto bergegas masuk ke kamar Vero lagi.
"Siapa yang?" tanya Sandra yang melihat pacarnya masuk.
"Mama minta dijemput,kamu disini dulu nggakpapa kan nanti aku jemput?"
"Nggak usah kamu pulang duluan aja, aku gampang nanti bisa minta anterin kak Randi kok"
"Ya sudah kalau gitu aku pergi dulu, Ver lo cepet sembuh ya" pamit Hitto.
"Iya, makasih Kak"
"It's okay Ver, kamu hati-hati ya sayang"
Ucap Hitto sambil mengecup kening Sandra sebelum meninggalkan kamar Vero. Sesaat setelah Hitto pergi Randi pun masuk.
"Kamu udah sadar Ver, kakinya masih sakit ya" tanya kak Randi yang melihat sang adik sudah siuman.
"Aku nggak kenapa-kanapa kok kak, kakak kemana aja sih aku udah nggak betah disini, aku mau pulang kak"
"Iya kamu udah boleh pulang, tapi tetap harus istirahat dulu nggak boleh kemana-mana dulu"
"Sukur deh kalau gitu, lo nggak harus nginep disini" kata Sandra sambil memeluk Vero girang.
"Siapa juga San yang mau nginep disini"
Setelah selesai berkemas, Vero, Randi dan juga Sandra langsung meninggalkan rumah sakit. Karena kaki Vero masih sakit jadi Vero harus memakai kursi roda untuk sementara waktu.
Mereka mengantar Sandra terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah. Saat diperjalanan Vero seperti sedang memikirkan sesuatu, Sandra yang memerhatikannya pun bertanya kepada Vero.
"Lo lagi mikirin apa sih Ver serius banget?"
“Aku lagi mikir aja, kok kalian bisa tahu sih aku ada di dalem gudang?" tanya Vero yang merasa agak aneh.
"Emm, gue juga kurang paham sih Ver soalnya yang tahu duluan itu Hitto, gue juga lupa tanya dia dikasih tahu siapa" jawab Sandra juga seperti sedang memikirkan pertanyaan Vero itu.
"Yang penting kan sekarang lo udah selamat Ver, udahlah nggak usah terlalu dipikirin soal kaya gituan juga" kak Randi yang sedang menyetir pun ikut menanggapi pembicaraan Vero dan juga Sesil tadi.
"Iya bener juga kata kak Randi sih yang penting kan lo udah selamat"
Sandra menyetujui ucapan kak Randi.
"Tapi aneh kan, masa dia tiba-tiba tahu gue lagi di gudang sama Sesil, pasti ada seseorang yang ngasih tahu Kak Hitto deh"
Vero masih belum puas dengan jawaban kakaknya dan juga sahabatnya itu.
"Ya coba deh besok biar gue tanya sama hitto, lebih baik sekarang lo istirahat aja biar cepat sembuh dan nggak usah mikir macem-macem ver"
"Bener tuh kata Sandra, mending sekarang lo istirahat aja, sama nyiapin alasan buat mama sama papa kalau mereka pulang" Sambung kak Randi.
Orang tua Vero memang sedang pergi keluar kota selama 1 minggu, dan mereka akan pulang dua hari lagi, kalau sampai mereka tahu soal penculikan Vero pasti mereka akan sangat khawatir dan bertanya tentang ini itu tidak selesai-selesai.
"Jadi mama sama papa belum tau?"
Tanya Vero memperjelas.
"Ya belom lah, gue mikir juga kali, kalau sampai mereka tahu, nanti ujung-ujungnya gue lagi yang dikira nggak becus jagain lo"
"Pinter banget sih kakak aku, gini kan jadi nggak sia-sia papa nyekolahin kamu diluar negeri"
Ledek Vero pada kakaknya.
"Sialan lo"
Akhirnya setelah mengantar Sandra pulang meraka langsung pulang kerumah.
Selama di perjalanan pulang mereka sibuk memikirkan tentang apa yang akan mereka katakan kepada orang tua mereka sebagai alasan jika mereka pulang nanti.