Saat sedang dalam pelajaran terakhir tiba-tiba hp Vero bergetar, Vero pun segera melihatnya dengan hati-hati. Dia langsung membuka pesan tersebut seperti biasa tanpa melihat siapa pengirimnya.
Gue tunggu dibelakang sekolah. Dan awas aja kalau lo berani kasih tau orang lain.
Lo bakal tanggung sendiri akibatnya
Sesil
Setelah Vero membaca pesan tersebut, dia langsung berfikir apa yang akan dilakukan oleh Sesil. Jujur dia khawatir karena dia tahu Sesil bisa saja melakukan sesuatu yang membahayakannya.
“Chatt dari siapa Ver?”
Tanya Sandra mengagetkan Vero.
“Eh, ini mama nyuruh aku buat beli kue dulu nanti sebelum pulang”
Ujar Vero berbohong, dia tidak mau membuat Sandra khawatir, apalagi kalau sampai Sesil tahu dia memberi tahu Sandra. Dia takut Sandra kenapa-napa.
“Ya udah nanti gampang gue temenin” ujar Sandra yang langsung ditolak oleh Vero.
“Nggak usah San, aku sendiri aja nggak apa-apa kok. Lagian kamu kan nanti di suruh nemuin Bu Dini pulang sekolah?”
Vero mengingatkan Sandra yang disuruh menemui Bu Dini sepulang sekolah nanti.
“Oiya gue lupa, untung aja lo ingetin” ujar Sandra sambil cengengesan.
Tiba-tiba bel pulang berbunyi, membuat anak-anak kelas XII IPS 2 termasuk Vero dan Sandra yang awalnya sepi berubah ramai seperti di pasar.
“gue duluan ya Ver” ujar Sandra setelah selesai mengemasi barang-barangnya.
“Iya San” ujar Vero yang masih mengemasi bukunya.
Setelah selesai Vero langsung berjalan menuju ke belakang sekolah. Dalam perjalanan dia terus saja berdoa supaya Sesil tidak berbuat macam-macam padanya.
Sampai dibelakang sekolah Vero tidak melihat siapapun, dia hendak menelefon Sesil saat tiba-tiba saja ada yang membekap mulutnya dengan kain dari belakang dan membuat Vero langsung jatuh pingsan.
“Bawa dia”
Ujar seorang cowok kepada yang lain. Vero pun dibawa ke dalam sebuah ruangan lalu cowok tersebut mengikat tangan Vero dan juga menutup mulutnya. Cowok tersebut langsung menelfon seseorang dan memberitahu jika dia sudah menyelesaikan pekerjaannya.
*****
“Nih anak lagi ngapain sih, lama banget angkat telfonnya”
Dengus Sandra saat dia berusaha menelefon Vero. Tapi hanya jawaban operator yang dari tadi diterimanya.
Akhirnya Sandra memutuskan untuk menelefon ke rumah Vero.
“Hallo” ujar seseorang dari rumah Vero.
“Hallo kak ini aku Sandra, Vero lagi ngapain ya, kok dari tadi aku telefon nggak di angkat-angkat sih” Ujar Sandra pada Randi.
“Loh gue kira Vero lagi sama lo San. Dia belum pulang soalnya dari tadi” ujar Randi bertanya balik.
“Loh belum pulang kak? Nggak kok Kak, Tadi dia bilang dia di suruh beli kue dulu sebelum pulang dan gue disuruh ke ruang guru dulu jadi kita nggak pulang bareng” ujar Sandra pada Randi.
“Beli kue?” tanya Randi bingung.
“Iya kak, katanya disuruh tante”
“Mama nggak nyuruh kok, ya udah kalau gitu biar gue cari dia deh. Kalau lo udah dapet kabar langsung kasih tau gue ya San”
“Aku ikut ya kak, nanti aku biar minta tolong Hitto juga sekalian”
Setelah menutup telefon mereka langsung bergegas pergi mencari Vero ke sekitar sekolah dulu. Tapi setelah hampir 1 jam mereka keliling sekitar sekolah, sampai ke mall-mall yang dekat sekolah Vero belum juga ketemu, hpnya pun masih belum bisa di hubungi, membuat Randi, Sandra dan juga Hitto semakin khawatir.
Saat Hitto sedang berada di sekitar belakang sekolah, dia tiba-tiba teringat dengan kejadian tadi pagi, dan tanpa pikir panjang akhirnya Hitto langsung menelefon seseorang.
“Hallo”
Ujar seseorang di seberang telefon Hitto.
“Lo bawa kemana Vero?” ujar Hitto dengan emosi.
“Maksud lo apa sih, gue nggak ngerti”
“Alah udah deh Sil, nggak usah akting lo, gue udah paham sama kelakuan lo, kalau lo emang mau tahu Valdo dimana lo tanya aja sama gue. Karena cuman gue yang tahu, jadi nggak perlu lo bawa-bawa Vero” ujar Hitto akhirnya.
“Tapi sayang lo udah telat Hitto, karena gue udah tanya sendiri sama orangnya” ujar Sesil dengan sinis.
“Apa maksud lo?”
“Gue udah telefon Valdo dan dia juga udah milih buat nyerahin cewek ini ke gue dari pada ngasih tau keberadaannya sama gue. Jadi gue bebas dong ngelakuin apa aja sama cewek ini” ujar Sesil pura-pura sedih.
“Sialan lo, cepet jawab lo dimana brengsek!” bentak Hitto semakin emosi.
“Lo tanya aja sama sahabat lo itu” ujar Sesil sebelum akhirnya mematikan telefonnya.
Setelah itu Hitto langsung menelefon Valdo, tapi sebelum dia sempat memencet nomor Valdo dia sudah lebih dulu menelefonnya.
“Hallo To, lo dimana sekarang?” tanya Valdo khawatir.
“Maksud lo apa sih Do, bukannya lo masih sayang sama Vero, tapi kenapa lo malah ngebiarin Sesil nyakitin dia, sumpah gue bener-bener nggak ngerti sama lo Do” ujar Hitto panjang lebar.
“Bukan gitu maksud gue To, gue nelefon lo justru mau minta tolong sama lo buat nyelametin Vero, karena lo tau sendiri keadaan gue gimana gue nggak mungkin bisa dateng sendirian kesana, gue khawatir banget sama Vero To. Terserah lo mau anggap gue apa, yang penting lo harus nyelametin Vero gue mohon sama lo To” ujar Valdo lirih. Karena kondisinya yang memang masih belum stabil setelah melakukan kemoterapi.
“Oke, sekarang lo kasih tau gue dimana Vero”
“Di gudang belakang sekolah”
“Ya udah gue kesana dulu lo tenang aja gue percaya sama lo. Sorry gue tadi kebawa emosi” ujar Hitto sebelum mematikan hpnya.
Hitto kemudian langsung menelefon Randi dan juga Sandra. Mereka pun langsung ke tempat dimana Vero di sekap.
*****
Saat Vero membuka mata, dia sudah berada didalam ruangan yang sangat pengap dengan kondisi mulut dilakban dan juga tangan dan kaki diikat. Dia tidak ingat apa pun yang membuatnya ada di tempat ini. Saat Vero sedang berusaha membebaskan diri tiba-tiba ada seseorang yang masuk.
“Sudah sadar rupanya anak manis”
“Dimana aku, kenapa kamu ngelakuin ini sama aku, apa salah aku” ujar Vero tapi hanya dalam hati, dia hanya bisa sedikit berontak itupun lewat gerakan-gerakannya tangan dan mata yang berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh.
“Lo nggak usah khawatir, karena sebentar lagi gue bakal lepasin lo, asalkan lo mau berjanji sama gue untuk memberi tahu yang sebenarnya sama gue” ujar seseorang yang sudah tak membuat Vero kaget. Siapa lagi kalau bukan si nenek lampir satu ini yaitu Sesil. Dia pun langsung membuka lakban dimulut Vero dengan kasar, membuat Vero kesakitan.
“Mau kamu apa sih? Aku kan udah bilang kalau aku nggak tau apa-apa soal Kak Valdo. Percuma tahu nggak kamu nyulik aku” ujar Vero memberanikan diri karena dia sudah sangat kesal terhadap Sesil.
“Lo lihat saja nanti, siapa yang akan gue telefon” ujar Sesil sambil menutup lagi mulut Vero dengan lakban sebelum menelefon seseorang.
“Hallo” ucap seseorang dari balik telefon.
“Hallo Valdo sayang ini aku Sesil. Kok kamu lama banget sih ngangkatnya” ujar Sesil manja.
Vero yang mendengar nama Valdo di sebut pun langsung kaget.
“Ada apa Sil?”
“Kamu dimana sih, kenapa setelah hari pertama Try out kamu ngilang, nggak ngasih kabar lagi, aku kangen tau”
Ujar sesil tepat di hadapan Vero.
“Bukan urusan Lo”
“Oh iya? Tapi aku masih sayang sama kamu Valdo”
“Terserah Sil lo mau ngomong apa gue nggak peduli” ujar Valdo.
“Kalau gitu lo pasti bakalan peduli setelah tau gue lagi sama siapa sekarang” ujar Sesil memancing Valdo.
“Apa maksud Lo?”
“Gue lagi sama mantan cewek Lo. Apa lo masih nggak peduli?” ujar Sesil dengan menekankan kata mantan pada Valdo.
“Vero maksud lo?”
“Iya lo mau ngomong sama dia kan cepetan ngomong” ujar Sesil sambil menyodorkan hpnya kedepan muka Vero dan langsung membuka lakban di mulut Vero dengan keras membuat Vero refleks berteriak karena kesakitan.
“Aaauuwww”
“Lo apain dia Sil lo itu punya urusan sama gue, jadi nggak usah lo bawa-bawa dia” ujar Valdo khawatir mendengar teriakan Vero barusan.
Tapi gara-gara dia juga gue jadi kaya gini Valdo. Lo dulu care sama gue, tapi sekarang semenjak ada dia Lo nggak pernah peduli lagi sama gue. Jadi sekarang gue bakal lenyapin dia supaya nggak ada lagi yang gangguin hubungan kita Valdo sayang” ujar Sesil pada Valdo.
“Sekalipun lo lakuin itu, gue nggak bakal balik sama lo lagi Sesil, jadi percuma saja” ujar Valdo yang langsung membuat Sesil dan juga Vero kaget dengan ucapan Valdo. Vero tidak menyangka Valdo akan diam saja kalau tahu dia lagi dalam bahaya. Vero pun tidak bisa menahan air matanya lagi. Sesil juga sangat marah mendengar ucapan Valdo.
“Kalau gitu gue bakal lenyapin kalian berdua, lo masih punya waktu 15 menit kalau lo mau cewek ini selamat, dan lo harus nemuin gue di gudang belakang sekolah sendiri, nggak boleh sampai ada yang tahu atau kalian berdua nggak akan ada yang selamat” ancam Sesil pada Valdo.
“Terserah Sil, tapi gue nggak akan pernah ketemu sama lo dan mungkin untuk selamanya”
Ucapan Valdo benar-benar membuat Vero sakit. Dia sangat kecewa dengan cowok yang pernah menjadi pegangannya, dia sungguh sakit hati dan tidak menyangka jika Valdo akan berbicara seperti itu apalagi di hadapan dia dan juga Sesil.
Setelah mendengar omongan Valdo, Sesil langsung mematikan hpnya dan berteriak untuk melepaskan emosinya. Kemudian dia dikagetkan dengan suara hpnya yang berbunyi lagi, dia pun melihat siapa yang menelefonnya, dan setelah Sesil mengetahui sang penelefon dia pun langsung tersenyum sinis sambil keluar ruangan untuk mengangkat telefonnya.