Masa lalu adalah
Hal yang paling sensitif bagi sebagian orang
Namun ada hal lain yang lebih membuatku takut, yaitu kehilangan
Sebuah genggaman yang menguatkanku untuk melalui masa depanku
***
8 years ago
"Sayang ayo tiup lilinnya” ujar sang mama.
“Tapi ma, Indra belum dateng, aku nggak mau tiup lilin sebelum dia dateng ma” jawab anak perempuan yang mengenakan gaun pesta warna pink yang sangat cantik dan disampingnya juga ada anak laki-laki yang memakai jas hitam yang membuatnya terlihat sangat tampan.
“Tapi ini udah jam 7 Valda, paling juga dia nggak bakalan dateng, aku udah pengin tiup lilin” ujar anak laki-laki yang mengenakan jas yang tak lain adalah Valdo kembaran Valda.
Anak kecil yang mengenakan gaun warna pink itu.
“Kalau kamu mau tiup lilin ya udah kamu tiup lilin aja sendiri, pokoknya aku nggak mau tiup lilin sebelum Indra dateng” ujar Valda seraya berlari meninggalkan orang-orang yang berada di pesta ulang tahunnya yang ke sepuluh.
Revaldo yang merasa bersalah pada kembarannya pun mengejarnya sampai pada akhirnya dia melihat Valda sedang menatap bintang-bintang, sambil bercerita seperti sedang bercerita pada seseorang.
“Kenapa sih kamu lebih suka cerita sama bintang yang nggak bisa bicara daripada sama aku kembaran kamu sendiri?” ujar Valdo sedikit kesal, sambil mendekati kembarannya, diapun terkejut melihat Valdo sudah berada di hadapannya.
“Valdo, kamu itu nggak pernah bisa ngertiin aku, nggak kaya Indra yang selalu ngerti apa yang aku mau, dia juga nggak pernah keberatan buat nemenin aku melihat bintang dan saling bercerita, dia juga udah janji sama aku, kalau dia nggak akan pernah pergi ninggalin aku, dia akan selalu ada seperti bintang yang selalu ada di setiap malam, kenapa sih kamu nggak pernah ngerti” ujar anak yang berumur 10 tahun itu.
“Kenapa sih selalu Indra terus yang ada di pikiran kamu. Kalua dia sayang sama kamu dia pasti ada disini sekarang”
Ujar Valdo yang tidak bisa menahan emosinya lagi, Valdo pun langsung pergi meninggalkan Valda sendirian.
Setelah kepergian kembarannya, Valda terduduk lemas diatas rumput taman. Valda tidak bisa menahan lagi air matanya, dia pun menangis.
“Kenapa kamu bohong sama aku Indra, kamu kan udah janji sama aku kalau kamu mau menjadi bintang buat aku” ujar Valda di sela-sela tangisannya sambil menatap bintang yang sedang berkelap-kelip indah.
“Aku benci kamu Indra! Aku juga benci sama bintang-bintang yang kamu anggap sebagai teman terbaik! Aku benci semuanya” seru Valda sambil terus menangis.
*****
Saat Valdo akan masuk kedalam rumah dia mendengar suara tangisan mamanya, dia pun menghentikan langkahnya.
“Sudah ma, kalau mama nangis terus nanti Valda pasti curiga” ujar papa yang sedang menenangkan mamanya.
“Kita harus ngomong apa sama Valda pa, mama nggak tega”
“Tapi kita harus tetap ngomong sama Valda kalau Indra sudah meninggal ma, Valda pasti paham”
“Apa pa, Indra udah meninggal?” tanya Valdo berharap kalau apa yang tadi didengarnya itu salah.
“Valdo... kamu dengar sayang?” tanya mamanya kaget saat melihat Valdo berdiri tak jauh dari mereka.
“Jawab Ma, pa apa bener yang di katakan papa kalau Indra udah meninggal?” tanya Valdo lagi.
“Apa yang kalian bicarakan?” pertanyaan Valda mengejutkan semua yang ada di dalam rumah.
“Apa maksud kamu bilang kalau Indra sudah meninggal?” tanya Valda lagi
“Valda... yang kamu dengar benar sayang, Indra sudah nggak ada, tadi om Darma telefon mama” ujar mamanya sambil memeluk putrinya.
“Eng... nggak mungkin Ma nggak mungkin Indra ninggalin aku ma” Valda masih tidak bisa mempercayai apa yang di katakan oleh orang tuanya.
“Sayang kamu harus ikhlas”
“Enggak mungkin Ma... nggak mungkin!” ujar Valda seraya berlari keluar rumah.
“Valda... kamu mau kemana sayang” seru mamanya.
“Biar aku yang kgejar Valda ma, mama sama papa disini aja” ujar Valdo segera mengejar Valda keluar.
“Valda! Kamu mau kemana!”
“Ngapain kamu ngikutin aku! Aku mau ketemu Indra aku mau mastiin kalau kalian bohong sama aku, aku nggak percaya sama kalian!” seru Valda.
“Tapi yang kamu dengar itu semua benar Valda, kita nggak ada bohongin kamu”
“Aku nggak percaya! Kamu iri kan samaIndra makanya kamu ngarang-ngarang cerita kayak gitu, iya kan!”
“Aku nggak ngarang cerita valda, aku juga kaget waktu dengar mama lagi ngomongin itu, aku minta maaf kalau misalkan aku nggak pernah bisa ngertiin kamu kaya Indra, tapi mulai sekarang aku janji, aku akan menjadi kakak dan juga sahabat terbaik buat kamu, kamu mau kan maafin aku?”
“Kamu beneran Val-
Va...Valda AWAASS
Braaggg
*****
“Revaldo apa yang terjadi sayang, Valda kenapa?” tanya mamanya khawatir.
“Valdo nggak tau ma, dokternya belum keluar dan Valdo nggak boleh masuk sama suster”
“Maaf bu, pak, karena bapak dan ibu sudah disini saya mau permisi pak” ucap seorang bapak-bapak yang kira-kira seumuran dengan papa yang menolong valdo membawa adiknya ke rumah sakit.
“Apa bapak yang sudah menolong anak saya?” tanya papa kepada lelaki itu.
“Iya pak, kebetulan tadi saya sedang ada di dekat situ saat saya melihat anak bapak kecelakaan” jelas bapak yang menolong mereka.
“Kalau begitu kami sangat berterima kasih sama bapak, saya tidak tahu kalau misalkan bapak tidak menolong anak kami, sekali lagi saya berterima kasih sekali pak”
Iya pak, sama-sama saya juga mempunyai anak, jadi saya tahu betul apa yang sekarang bapak khawatirkan, kalau begitu saya permisi pak, semoga anak bapak baik-baik saja” kata bapak penolong itu sambil berjalan meninggalkan kami setelah bersalaman dengan papa dan mama.
“Sebenarnya apa yang terjadi sama adik kamu Valdo, cerita sama papa” ujar papa khawatir.
“Tadi waktu aku kejar Valda, dia tanya sama aku kalau yang aku omongin itu Cuma bohongan. Tapi, waktu aku bilang kalau yang dia dengar itu benar, dia nggak percaya dan dia terus saja berlari sampai akhirnya dari arah berlawanan ada mobil yang melaju dengan sangat kencang, aku sudah berusaha untuk manggil Valda pa, tapi mobil itu lebih cepat dan valda...”
Valdo tidak sanggup lagi meneruskan ceritanya dia terduduk di sebelah pintu kamar Valda sambil terus menangis mengingat kejadian itu.
“Valda... maafin mama sayang ini semua salah mama”
“Udah Ma... kita serahin saja semuanya sama yang di atas, mama yang tenang” ujar papa berusaha menenangkan mama.
“Ini semua gara-gara Valdo, kalau saja tadi Valdo lebih cepat lagi, pasti Valda nggak akan kecelakaan, aku memang kakak yang jahat!” ujar Valdo sambil terus menangis menyalahkan dirinya sendiri.
“Valdo ini bukan salah kamu nak, ini sudah menjadi jalan Valda, kamu nggak boleh nyalahin diri kamu sendiri” papa Valdo berusaha menenangkan anaknya walaupun sebenarnya dia juga sangat terpukul.
“Tapi kalau aku lebih cepat lagi, Valda pasti nggak akan ada di dalampa” tiba-tiba ruangan Valda terbuka membuat semua yang ada disana berlari menemui dokter yang baru saja keluar dari ruangan Valda.
“Dok, bagaimana keadaan anak saya dok?”
“Maaf Bu, Pak, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi... anak bapak sudah tidak bisa tertolong akibat pendarahan di kepalanya yang sangat parah, kami sungguh minta maaf” ucap dokter menyesal.
“Tidak mungkin dok, adik saya harus selamat dokter harus selametin dia dok”.
“Sudah Valdo, kita harus ikhlas, Valda pasti sekarang sudah bahagia bisa bertemu Indra” ujar papa berusaha menenangkan Valdo.
“Valda... maafin Ma...
“Mama... mama bangun ma”
Akhirnya mamanya Valdo tak sadarkan diri karena syok.
*****
“Kamu sudah bangun?” tanya Vero saat melihat Valdo mengedip-ngedipkan matanya.
“Hemm... kok kamu disini”
“Tadi malem kamu itu demam, ini aku udah bawain sarapan buat kamu”
“Bukannya semalem kita di taman samping?”
“Iya, tapi kamu bilang kalau kamu pusing, waktu sampai di kamar kamu malah pingsan. Setelah kamu.... eh iya lupa, nih kamu makan dulu, masa aku kesini cuma buat nemenin kamu sakit” ujar Vero pura-pura cemberut.
“Setelah aku apa kok nggak jadi sih”
“Emmm... setelah kamu... bilang kalau kamu sayang banget sama aku, dan kamu nggak mau kalau aku pergi dari kamu” bisik Vero tepat telinga Valdo.
Valdo yang mendengarnya pun langsung tersenyum, sambil menarik Vero ke dalam pelukannya.
“Masa???” tanya Valdo pada Vero yang masih dalam pelukannya.
“Nggak percaya...” ujar Vero sambil melepaskan tubuhnya dari pelukan Valdo.