Senyum seringan kapasmu
Wajah sesejuk hembusan angin pagi
Hingga kini masih selalu ku kenang
Bersamamu dalam dekapan angin malam...
Akhirnya selesai juga UTS-nya. Dan sekarang waktunya liburan....
Minggu ini adalah hari libur pertama Vero, biasanya jam segini Vero masih asyik dengan dunia mimpinya tapi sudah dari jam 6 pagi tadi dia sibuk nyiapin makanan yang akan dia bawa untuk dimakan di mobil nanti.
Karena perjalanan Jakarta-Bogor cukup jauh dan melelahkan apalagi hari libur seperti ini pasti akan sangat macet makanya Vero berinisiatif untuk membawa makanan ringan.
“Dek... cepetan turun Valdo udah dateng nih” teriak kak Randi yang berada diruang tamu.
“Iya... bentar” setelah Vero selesai mengemas barang-barangnya dia pun turun menemui Valdo.
“Maaf ya lama” ujarnya pada Valdo dan Kaila yang ternyata juga sudah ada dibawah.
“Nggak papa kok, ya udah kita langsung berangkat aja yuk” ujar Valdo sambil menggandeng tangan Vero.
Akhirnya mereka pun berangkat, sedangkan Yugo sudah duluan untuk menyiapkan surprise buat mereka katanya.
“Pemandangan disini masih sama seperti waktu kita terakhir kesini ya, sejuk banget” ujar Vero pada Valdo yang berada disampingnya.
“Aku juga mau nunjukin satu tempat yang bakalan bikin kamu makin suka sama tempat ini” ujar Valdo sambil tersenyum ke arah Vero.
“Oh ya... dimana?” tanya Vero antusias.
“Ya kalau dikasih tahu sekarang nggak jadi surprise dong” jawab Valdo sambil menjawil pipi Vero gemas.
“Kayaknya ada yang nggak sadar deh kalau ada kita disini, tau gitu kita bawa mobil sendiri aja tadi” sindir Randi yang sedang menyetir.
“Iya deh sorry... lagian kalian emangnya nggak capek apa dari tadi diem-dieman aja kasian kak Kaila tuh” ujarku sambil melihat ke arah kak Kaila dan kak Randi bergantian.
“Kata siapa diem-dieman, orang dari tadi kita lagi dengerin musik kok, liat nih kuping kita” ujar kak Randi sambil menunjuk headset yang ada di telinganya dan juga Kaila.
“Ye maap, abisnya nggak keliatan sih”
“Udah-udah, kakak adik kok kerjaannya berantem terus, kasian nih aku sama Valdo pusing dengerin kalian berdua dari tadi.
Kamu juga, sebagai seorang kakak seharusnya kamu kan bisa ngalah bukannya bikin ribut”
ujar Kaila sambil melirik kearahku dan juga kak Randi secara bergantian.
“Iya bener tuh kata kak Kaila” sambung Valdo.
Setelah itu merekapun diam dan tidak ribut lagi sampai akhirnya beberapa menit kemudian mereka sampai di Villa yang dulu dipakai mereka saat kesini.
*****
“Selamat datang semuanya...” sapa seorang laki-laki yang keluar dari Villa tersebut yang tak lain adalah kak Yugo dan juga seorang cewek yang berada di sampingnya.
“Weeehhhh siapa tuh, lengket amat kenalin kali sama kita-kita” ujar kak Randi menggoda sahabatnya itu.
“Lem kali lengket, Btw kenalin nih Cyla cewek gue” ucap kak Yugo memperkenalkan cewek yang bernama Cyla itu.
“Cyla” ucap Cyla sambil bersalaman dengan Vero, Kaila dan Randi karena cuma Valdo yang sudah dia kenal.
“Loh, kok Valdo dilewatin?” goda Randi tak jelas.
“Kalau sama Valdo gue udah kenal soalnya kemarin waktu dia di rumah sakit gue sempet nengok, tapi sayangnya nggak sempet ketemu sama Vero” ujar Cyla menjelaskan sambil tersenyum ke arah Vero.
“Valdo sering cerita sama gue tau, katanya Lo itu...
Sebelum Cyla menyelesaikan ucapannya Valdo langsung menahan Cyla dan langsung mendapat jambakan dari Yugo sepupunya, membuat semua ketawa kecuali Vero yang masih kepo karena ucapan Cyla barusan.
“Enggak kok... gue cuma bilang kalau gue juga punya cewek yang cantik” elak Valdo.
“Apaan sih, sakit tau” ujar Cyla pura-pura kesakitan.
“Emang dia cerita apa aja sama kak Cyla?”
“Cerita aja dia nggak bakal berani ngapa-ngapain kakak kok” ujar Vero meyakinkan Cyla.
“Nanti aja deh ceritanya, mending kita sekarang masuk, gue udah capek banget nih dari tadi berdiri terus” ujar Randi yang langsung disetujui yang lainnya.
“Iya... ayo masuk dulu aja nanti gue pasti bakalan cerita” ujar Cyla sambil mengajak masuk.
Akhirnya mereka semua masuk dan langsung diantar kedalam kamar masing-masing. Aku satu kamar dengan Kaila dan jugaCyla karena kamarnya cukup luas dan ada dua tempat tidur dengan ukuran besar didalam. Sedangkan para cowok tidur tepat di depan kamar cewek. Ternyata Villa ini udah banyak yang berubah.
“Wah... aku kira aku udah nggak akan bisa melihat pemandangan seindah ini lagi, tapi ternyata Villa ini nggak berubah semua ya” ujar Vero di samping jendela kamarnya.
“Iya... kata Yugo kamar ini Valdo yang desain khusus buat lo supaya lo tetap bisa melihat pemandangan di bawah sana” jawaban Cyla membuat Vero speechless, dia tidak menyangka kalau ternyata Valdo bener-bener seperhatian itu dengan dia.
“Kak Cyla serius, ini.... kak Valdo yang...”
“Iya, Valdo itu sayang banget sama Lo” Cyla memotong ucapan Vero.
*****
Vero, Kaila dan Cyla sedang menyiapkan makan malam sedangkan para cowok bagian menyiapkan tempat untuk pesta BBQ nanti malam di taman belakang.
“kak kuliah di Sastra susah nggak sih?”
“Ya.... tergantung kamunya gimana, kalau kamu suka sama sesuatu yang kamu lakuin, pasti gampang kecuali kalau kamu ngelakuin sesutu itu nggak dari hati pasti berat dan susah” jawab Kaila.
“Emangnya Lo mau ambil Sastra apa Ver?” tanya kak Cyla.
“Aku sih... sebenarnya ada dua pilihan antara pengen ambil psikolog atau Sastra tapi nggak tau deh kak, masih bingung soalnya aku seneng dengerin curatan orang dan bantu mereka buat menyelesaikan masalah mereka tapi aku juga suka nulis nulis gitu makanya mau masuk Sastra”
“Kenapa nggak ambil bisnis aja kaya kakak-kakak kamu” ujar kak Kaila.
“Yah.... aku ngerasa nggak ada passion aja disitu kak, kayaknya asyik aja gitu jadi psikolog”
“Kalian ngobrol aja kapan selesainya nih, udah pada laper, kalian nggak kasihan apa lihat pacarnya pada kelaperan” rajuk Valdo yang tiba-tiba sudah ada di dapur.
“Iya ini juga udah selesai kok, kamu kesana aja bentar lagi juga kita nyusul” ujar Kaila.
“Iya...kamu ganggu aja sih” sambung Vero.
*****
Setelah makan malam Vero dan Valdo pergi ke halaman samping Villa, halaman itu masih sama seperti saat-saat terakhir kali Vero kesini dan pemandangannya pun masih tetap indah dengan bintang-bintang yang seperti sedang menari-nari diatas sepasang remaja yang sedang memandangnya.
Vero dan Valdo merebahkan tubuh mereka di atas rumput. Mereka asyik memandangi ribuan bintang yang menemani bulan yang juga sedang bersinar dengan sempurna seperti sedang menyambut mereka saat tiba-tiba Valdo bertanya pada Vero.
“Ver”
“Hmm”
“Kamu masih inget nggak sama tempat ini, aku mau jujur sama kamu kalau.... sebenernya aku dulu benci banget sama bintang dan lainnya tapi entah kenapa setelah aku denger kata-kata kamu tentang mereka, aku berusaha untuk menyukai mereka, sampai akhirnya aku betah semalaman mandangin mereka. makasih ya karena kamu sudah kenalin mereka dengan cara kamu yang sangat baik” ucap Valdo yang membuat Vero langsung memandangnya dengan tidak pecaya.
“Oiya? Emang apa yang bikin kamu nggak suka sama mereka, padahal mereka itu kan indah banget” ujar Vero yang agak sedih mendengar perkataan Valdo.
“Dulu, Revalda... kembaran aku juga kayak kamu, dia suka banget sama bintang sebelum akhirnya Indra, sahabat Falda yang sangat dia sayang pergi.
Bahkan aku aja dulu suka cemburu sama Indra, karna Falda selalu saja membela Indra daripada aku kembarannya sendiri” ujar Valdo sambil mengusap matanya yang mulai berkaca-kaca.
“Emangnya Indra pergi kemana” tanya Vero penasaran.
“Dia pergi meninggalkan kita semua karena penyakit yang dideritanya”.