Read More >>"> Violet, Gadis yang Ingin Mati (14.Pertemanan yang Rusak) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Violet, Gadis yang Ingin Mati
MENU 0
About Us  

Hanz tidak terlalu kaget saat mendapati Dave berdiri di teras rumahnya. Apalagi dia tahu kalau Senin bukanlah jadwal kerja sampingan Hanz. Cowok itu suka melakukannya kalau sedang berkunjung ke rumah Hanz. Menunggu di serambi depan sampai Hanz kembali.

Muka Dave terlihat buruk dengan memar di sekitar tulang pipi dan sudut bibir yang robek. Hanz tidak menyangka kalau tinjunya sekeras itu dan ada sedikit perasaan bersalah yang menelisik di hatinya. Bagaimanapun, Dave pernah membantunya beberapa kali dan cowok itu bisa bersikap sangat baik pada saat-saat tertentu.

Hanz mengenali sepedanya yang tersandar di tembok rumah. Tidak rusak. Sepertinya Dave yang mengantar langsung. Kedua cowok itu berdiri dalam diam, berhadapan seperti petarung yang siap berkelahi. Atmosfer terasa kental, canggung, dan menegangkan bagi Hanz. Perasaan marah, tidak enak, kesal, sedih juga bingung, campur aduk jadi satu.

“Kamu bahkan nggak mau bertemu dengan aku, Evan dan Kirk di sekolah?” Dave akhirnya bersuara. Cowok itu tampak kesal, mengepalkan tangan di kedua sisi tubuh. “Apa kamu benar-benar nggak sadar apa yang sudah terjadi kemarin?”

Hanz menaikkan kacamata yang melorot di hidung dan mendengus. “Harusnya aku yang bertanya begitu. Dave, aku tahu kalau kamu ini seorang playboy. Tapi, apa kamu harus jadi cowok tolol yang melakukan kejahatan?”

Dave merangsek maju dan menarik kerah jaket Hanz. Wajah cowok itu memerah dengan mata memelotot tajam.

“Apa urusanmu dengan Violet Moon, hah? Kenapa kamu lebih memilih cewek itu daripada aku, temanmu sendiri?”

Hanz mencengkeram lengan Dave, melepas pegangan dan mendorong cowok itu. Sekarang, dia juga mulai merasa amarah menguasai dirinya. “Soal itu, kamu nggak perlu tahu. Kamu sadar nggak kalau yang terjadi kemarin adalah tindak kriminal? Bagaimana kalau Violet melapor ke polisi? Kamu kira penjara anak-anak itu mal atau kafe yang nyaman?”

“Cerewet!” bentak Dave. “Aku cuma ingin menakutinya sedikit sampai kamu merusak semuanya. Sekarang, cewek itu bakal jadi besar kepala.”

Hanz membuang napas panjang, tidak menyangka kalau temannya sejak SMP ini bisa bersikap kekanakan hanya karena seorang gadis menolaknya. Namun, di saat bersamaan, Hanz juga sadar kalau seharusnya dia yang paling tahu. Itulah cara Dave menghibur dirinya. Pergi dengan cewek-cewek karena kedua orang tuanya terlalu sibuk bekerja. Jalan dengan gadis-gadis yang menuntut perhatian.

“Jujur saja, deh,” Dave berkata dengan suara serak, “Kamu naksir cewek itu, kan? Kalau nggak, kenapa membelanya mati-matian kayak begini? Kamu bahkan berani meninjuku padahal kamu nggak pernah peduli dengan siapa aku kencan sebelumnya.”

Hanz berjengit. Pikiran itu bahkan tidak terlintas di benaknya. Malam itu, dia hanya tahu kalau harus menyelamatkan Violet.

“Atau jangan-jangan,” lanjut Dave, menaikkan sudut bibir dan memandang Hanz dengan tatapan sinis, seolah menang, “Violet Moon mengingatkanmu akan seseorang? Itu sebabnya kamu menolong dia? Untuk menebus rasa bersalahmu di masa lalu?”

“DIAM!” seru Hanz dengan suara meninggi. Lalu mendadak dia tersadar kalau tetangga yang melintas, menengok ke rumahnya dan cowok itu khawatir kalau Mrs. Stephanie bakal melapor ke ibunya.

“Pergilah,” ujar Hanz sambil melangkah ke tangga serambi. “Aku nggak ingin bertengkar denganmu lagi.”

Dave mengerang, terdengar betul-betul marah sekarang. “Jadi kamu nggak meminta maaf karena sudah menghajarku? Baiklah. Aku akan mengingat ini, Hanz.” Lalu cowok itu berbalik dan pergi dan menghilang di balik tikungan.

Hanz memutar kunci dan membuka pintu rumah. Dia segera menyalakan pemanas dan melepas mantel lalu mengaitkannya di paku yang tertempel di dinding. Dia menyalakan lampu dan mencium aroma tomat samar-samar, mungkin saus yang dibuat ibunya sebelum berangkat untuk bekerja.

Cowok itu melangkah ke dapur dan menemukan catatan di lemari es. Ibunya menyuruh Hanz memanaskan makan malam dan tidak perlu menunggunya karena dia akan bekerja sampai agak larut. Hanz memandang dapur yang sepi lalu keluar dari dapur dan berjalan ke kamarnya yang ada di loteng.

Setelah menaruh tas di atas meja belajar, cowok itu merebahkan diri di atas ranjang dan mengembuskan napas. Mata pemuda itu menatap langit-langit yang dipenuhi sketsa. Sebagian besar adalah gedung-gedung bertingkat sementara yang lain berisi gambar rumah-rumah di pedesaan yang kelihatan tenteram. Satu-satunya sketsa yang berbeda dari semuanya, tertempel tepat di bagian tengah. Sekuntum bunga krisan. Ada tulisan kecil di bagian bawah kertas dan meski tidak terlihat, Hanz tahu apa yang terbaca di sana.

Perkataan Dave terlintas di benak Hanz dan itu mengusiknya. Benarkah dia menolong Violet karena gadis itu mengingatkannya akan ….

Tapi mereka sama sekali berbeda, batin Hanz, bangkit dan memandang ke luar jendela. Salju masih menumpuk di sebagian besar rumah. Seorang lelaki paruh baya melintas di pedestrian, memakai mantel hijau mencolok dan membawa tas belanjaan besar. Pria itu tampak berjalan pelan, kelihatan berhati-hati agar tidak terpeleset di atas lapisan es yang licin.

Hanz menarik kacamata dan meletakkan benda itu di atas nakas. Dia memijit batang hidungnya, seolah-olah itu bisa mengeluarkan segala hal yang menyesakkan pikiran dan hati. Sebenarnya, dia sendiri bertanya-tanya kenapa bisa sangat peduli pada Violet.

Apa karena hari itu dia tidak sengaja mendengar percakapan Miss Sonya dan Mr. Robert di koridor? Dokter sekolah itu sedang bertanya soal sikap Violet di kelas dan juga mencari tahu apakah gadis itu mengalami perundungan atau sejenisnya. Menurut Miss Sonya, Violet mengalami kelainan yang disebut self harm disorder dan juga depresi. Mulanya, Mr. Robert terdengar tidak percaya karena Violet Moon adalah salah satu muridnya yang pintar dengan prestasi baik dan kelihatan akrab dengan siapa pun di kelas.

“Mr. Robert, apa yang tampak di luar belum tentu kenyataannya juga seperti itu. Saya sarankan agar Anda bisa bicara dengan orangtua Violet Moon dan mencari tahu apa sebenarnya masalah yang dimiliki anak itu. Kalau tidak ditangani segera, kecenderungan ini bisa sangat fatal.”

Sejak saat itu, Hanz merasa sulit melepas pandangan dari Violet—meski dia berusaha agar tidak terlalu kentara. Dan dia menemukan hal-hal yang menurutnya juga kurang wajar. Violet mungkin tampak ceria saat sedang bersama teman-teman sekelasnya—kecuali Casey dan kelompoknya—tapi tidak begitu ketika dia makan dan duduk sendirian di kafetaria. Hanz bisa melihat tatapan hampa Violet yang menyantap roti lapis dalam diam dan bagaimana cewek itu buru-buru menyingkir saat ada orang yang tidak dikenal mampir ke mejanya. Violet juga kelihatan sering mengenakan baju-baju panjang bahkan dalam ruangan dengan pemanas yang udaranya terasa hangat.

Hanz menggeleng-gelengkan kepala, seolah ingin mengusir semua rasa gelisah dalam dirinya. Cowok itu beranjak dari ranjang dan meraih salah satu album kecil dari rak buku. Tertulis nama sekolahnya di sampul dan Hanz mulai membalik-balik halaman. Tangan cowok itu berhenti di salah satu lembar dan sorot matanya berubah, seolah dipenuhi kepedihan. Hanz memandang potret kecil seorang gadis berusia tiga belas tahun. Anak perempuan yang terlihat manis dengan rambut pirang panjang dan jepit di salah satu sisi kening.

Lalu, Hanz mengenali tulisannya sendiri di bawah foto itu. Berbunyi, ‘Maafkan aku’.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
SI IKAN PAUS YANG MENYIMPAN SAMPAH DALAM PERUTNYA (Sudah Terbit / Open PO)
4623      1689     8     
Inspirational
(Keluarga/romansa) Ibuk menyuruhku selalu mengalah demi si Bungsu, menentang usaha makananku, sampai memaksaku melepas kisah percintaan pertamaku demi Kak Mala. Lama-lama, aku menjelma menjadi ikan paus yang meraup semua sampah uneg-uneg tanpa bisa aku keluarkan dengan bebas. Aku khawatir, semua sampah itu bakal meledak, bak perut ikan paus mati yang pecah di tengah laut. Apa aku ma...
The Arcana : Ace of Wands
140      123     1     
Fantasy
Sejak hilang nya Tobiaz, kota West Montero diserang pasukan berzirah perak yang mengerikan. Zack dan Kay terjebak dalam dunia lain bernama Arcana. Terdiri dari empat Kerajaan, Wands, Swords, Pentacles, dan Cups. Zack harus bertahan dari Nefarion, Ksatria Wands yang ingin merebut pedang api dan membunuhnya. Zack dan Kay berhasil kabur, namun harus berhadapan dengan Pascal, pria aneh yang meminta Z...
Through This Letter (Sudah Terbit / Open PO)
4254      1338     0     
Romance
Dia—pacarku—memang seperti itu. Terkadang menyebalkan, jail, sampai-sampai buatku marah. Dan, coba tebak apa yang selalu dia lakukan untuk mengembalikan suasana hatiku? Dia, akan mengirimkanku sebuah surat. Benar-benar berbentuk surat. Di tengah-tengah zaman yang sudah secanggih ini, dia justru lebih memilih menulis sendiri di atas secarik kertas putih, kemudian dimasukkan ke dalam sebuah a...
Jelek? Siapa takut!
2833      1276     0     
Fantasy
"Gue sumpahin lo jatuh cinta sama cewek jelek, buruk rupa, sekaligus bodoh!" Sok polos, tukang bully, dan naif. Kalau ditanya emang ada cewek kayak gitu? Jawabannya ada! Aine namanya. Di anugerahi wajah yang terpahat hampir sempurna membuat tingkat kepercayaan diri gadis itu melampaui batas kesombongannya. Walau dikenal jomblo abadi di dunia nyata, tapi diam-diam Aine mempunyai seorang pac...
Kala Badai Menerpa
1052      517     1     
Romance
Azzura Arraya Bagaswara, gadis kelahiran Bandung yang mencari tujuan dirinya untuk tetap hidup di dunia ini. Masalah-masalah ia hadapi sendiri dan selalu ia sembunyikan dari orang-orang. Hingga pada akhirnya, masa lalunya kembali lagi untuknya. Akankah Reza dapat membuat Raya menjadi seseorang yang terbuka begitu juga sebaliknya?
Mendung (Eccedentesiast)
6313      1834     0     
Romance
Kecewa, terluka adalah hal yang tidak bisa terhindarkan dari kehidupan manusia. Jatuh, terpuruk sampai rasanya tak sanggup lagi untuk bangkit. Perihal kehilangan, kita telah belajar banyak hal. Tentang duka dan tentang takdir yang kuasa. Seiring berjalannya waktu, kita berjalan maju mengikuti arah sang waktu, belajar mencari celah kebahagiaan yang fana. Namun semesta tak pernah memihak k...
Premium
Aksara yang Tak Mampu Bersuara
5411      1713     0     
Romance
Ini aku. Aku yang selalu bersembunyi dibalik untaian kata indah yang menggambarkan dirimu. Aku yang diam-diam menatapmu dari kejauhan dalam keheningan. Apakah suatu saat nanti kau akan menyadari keberadaanku dan membaca semua tulisanku untukmu?
Teman Berbagi
2843      1117     0     
Romance
Sebingung apapun Indri dalam menghadapi sifatnya sendiri, tetap saja ia tidak bisa pergi dari keramaian ataupun manjauh dari orang-orang. Sesekali walau ia tidak ingin, Indri juga perlu bantuan orang lain karena memang hakikat ia diciptakan sebagai manusia yang saling membutuhkan satu sama lain Lalu, jika sebelumnya orang-orang hanya ingin mengenalnya sekilas, justru pria yang bernama Delta in...
Aku baik-baik saja ¿?
2829      1191     2     
Inspirational
Kayla dituntut keadaan untuk menjadi wanita tangguh tanpa harus mengeluh, kisah rumit dimulai sejak ia datang ke pesantren untuk menjadi santri, usianya yang belum genap 17 tahun membuat anak perempuan pertama ini merasa banyak amanah yang dipikul. kabar tentang keluarganya yang mulai berantakan membuat Kayla semakin yakin bahwa dunianya sedang tidak baik-baik saja, ditambah dengan kisah persaha...
Daybreak
3436      1592     1     
Romance
Najwa adalah gadis yang menyukai game, khususnya game MOBA 5vs5 yang sedang ramai dimainkan oleh remaja pada umumnya. Melalui game itu, Najwa menemukan kehidupannya, suka dan duka. Dan Najwa mengetahui sebuah kebenaran bahwa selalu ada kebohongan di balik kalimat "Tidak apa-apa" - 2023 VenatorNox