Sudah sejak sekitar lima menit yang lalu Elisa tiba di stasiun Kiaracondong. Setelah dia mengecek barang bawaannya aman semua kemudian dia berjalan keluar menuju ruang tunggu sambil memesan taxi online untuknya. tetapi saat dia baru saja duduk di kursi tunggu depan stasiun dia dikejutkan dengan suara yang sudah lama dia rindukan.
“Welcome home sayang”
Suara itu tepat dia dengar di samping telinga sebelah kirinya. Membuat Elisa yang tengah sibuk dengan ponselnya pun terkejut bukan main. Tanpa diminta Elisa langsung berbalik ke sebelah kirinya dan langsung dapat melihat siapa yang mengejutkan dirinya barusan.
“Ya ampun kamu kok bisa disini sih?”
“Kenapa? Masa aku nggak boleh jemput pacar aku sendiri” ujar Erlan yang pura-pura cemberut membuat Elisa yang melihat tingkah pacarnya itu menjadi gemas sendiri.
“Ya nggak gitu sayang, maksudnya kan kamu nggak bilang sama aku kalau kamu mau jemput aku. Aku chat aja nggak kamu bales tadi jahat banget ih”
“Kan surprise. Gimana suka nggak? Ya kalau soal chat maafin deh nanti aku traktir es krim gimana mau kan?”
“Suka. Suka banget malah”
“Omygod miss you so bad ma girl”
“Miss you too”
Kemudian mereka berdua melepas rindu mereka dalam pelukan yang cukup lama. Saling memberi kehangatan lewat rasa yang mereka miliki. Apalagi terlalu banyak rindu yang memenuhi hati mereka berdua saat ini.
“Jadi mau pelukan terus gini sampai kapan? Malu dilihatin orang-orang kamu ih”
“Sebentar atuh orang masih kangen juga”
“Aku laper, katanya kamu mau traktir aku es krim tadi ayo buruan”
“Yaudah ayok mau makan apa tuan putri?”
“Apaan deh mana ada tuan putri kok pake celana”
“Ada. Ini buktinya sekarang lagi di samping aku”
“Dih gombal” kekeh Elisa
Setelah itu mereka benar-benar meninggalkan stasiun untuk mencari makan. Setelah cukup lama berfikir akhirnya mereka memutuskan untuk makan di kafe dekat kampus saja mengingat dia juga ada rapat di kampus sore ini. Sedangkan barang-barangnya dia titipkan di mobil Erlan atas permintaan Erlan supaya dia bisa sekalian mengantarnya pulang nanti selepas dia latihan. Hanya perlu waktu sekitar 20 menit saja supaya mereka bisa sampai ke kafe tujuan mereka. Sesampainya disana, mereka langsung mencari tempat duduk yang kosong. Di dekat pintu masuk pojok sebelah kiri tempat yang cukup menenangkan yang mereka dapatkan siang menjelang sore ini. Mengingat suasana kafe yang sedang cukup rame membuat mereka bersyukur karena masih bisa mendapat tempat yang cukup strategis ini. Sambil menunggu pesanan, mereka asyik bercerita tentang apapun yang sudah mereka lewatkan beberapa waktu belakangan ini. Erlan yang memang orang asli Bandung membuatnya tidak perlu repot-repot mudik saat musim liburan tiba.
“Permisi kak dua nasi goreng seafood, 1 orange jus dan 1 milkshake strowberi benar pesananya?”
“Oh iya mbak makasih”
“Apa ada lagi yang lain kak?”
“Udah cukup mbak”
“Baik, permisi kak selamat menikmati”
Setelah itu mereka menikmati makanan mereka sambil sesekali mengobrol.
“Oiya Band kamu jadinya kapan sih performnya?”
“Tanggal 23 besok sayang. Kamu dateng ya”
“Hmm gimana yaaa” Ujar Elisa dengan pura-pura berfikir yang langsung membuat Erlan menampilkan tampang memelasnya.
“Padahal kalau pacarnya bisa dateng pasti tuh cowok bisa lebih semangat performnya. Tapi kayaknya pacarnya nggak peduli sama cowoknya kasian ya”
“Ya ampun aku bercanda sayang. Aku pasti dateng kok. Janji deh”
“Bener yaa janji”
“Iyaa”
Selesai makan mereka langsung bergegas pergi karena sudah jam empat lebih seperempat sore dan Elisa harus segera pergi ke ruang BEM untuk rapat besar dengan anggota BEM dan anggota ORMAWA lain. Erlan mengantarnya sampai ke depan ruangan karena memang ruang himpunan yang tidak cukup jauh dari ruang latihan Bandnya.
“Ya udah aku langsung masuk ya”
“Ya udah sana, kalau udah selesai jangan lupa kabarin” Ujar erlan sambil menepuk pelan kepala Elisa.
“Iya. Kamu semangat latihannya”
“Pastiii” ujar Erlan sebelum mengecup kening Elisa membuat Elisa yang tidak siap itu hanya bisa mematung melihat kelakuan cowoknya barusan.
“Erlan ihhh malu tau kalau ada yang liat gimana”
“Ya nggak apa-apa kan kamu pacar aku”
“Erlan... udah sana ih” ujar Elisa sambil mendorong pelan tubuh pacarnya itu supaya menjauh. Setelah Elisa benar-benar melihat Erlan menjauh dari pandangannya diapun bergegas masuk ke ruang BEM yanng ternyata sudah ada beberapa orang didalam sana termasuk Karin sahabatnya yang juga anggota BEM.
π£π£π£
Selesai rapat Elisa dan Karin langsung beranjak ke kantin kampus karena Karin yang merengek kelaperan sejak pertengahan rapat tadi. Sambil berjalan menuju kantin Elisa mengabari Erlan jika dia sudah selesai rapat dan akan singgah ke kantin terlebih dahulu sebelum pulang. Sesampainya di kantin karin langsung memesan beberapa makanan dan cemilan sedangkan Elisa pergi untuk membeli minuman. Sampai akhirnya mereka kembali bertemu di tempat duduk yang sudah menjadi tempat favorit mereka.
“Gimana liburan lo di Surabaya Ca?” tanya Karin sambil mengunyah batagor miliknya.
“Happy atuh. Kapan lagi coba aku bisa kumpul sama kakak-kakak gue yang pada sok sibuk itu” jawab Elisa setelah berhasil menelan batagor di mulutnya. “Lo sendiri gimana satu minggu tanpa gue? Pasti ngebosenin ya?” selama Elisa di Surabaya mereka memang jarang bertukar kabar lewat telfon chat juga tidak setiap hari.
“Btw kapan-kapan kenalin gue sama kakak lo ya. Coba aja gue nggak punya pacar pasti udah gue gebet tuh” ucap Karin sambil memberikan tatapan genitnya.
“Udah punya cewek dia. Udahlah Aldi masih kurang emangnya?”
“Ya nggak gitu Ca, kenalan doang masa nggak boleh sih” sanggah Karin masih saja keukeuh.
“iya-iya nanti kalau pas kakak gue nikahan lo ikut ke Surabaya aja biar sekalian gue kenalin sama pacarnya juga. Ibu juga kemarin nanyain lo kapan mau main kesana ceunah.
“Duh udah dapet lampu hejo aja dari camer nih gue. Btw Pacarnya ikut juga? Yahh nggak asik atulah”
“Tadi katanya mau kenalan doang? Gue aduin ke Aldi nyaho lo”
“Rese lo ah” bersamaan dengan itu Erlan, Andre dan juga Aldi tiba di hadapan mereka berdua mengejutkan mereka. Apalagi Karin yang sejak tadi heboh membahas Angga yang bukan lain adalah kakak Elisa.
“Belum selesai makannya?” Tanya Erlan sambil duduk disamping Elisa dan mengelus sekilas rambut gadisnya itu. Begitupun dengan Aldi yang langsung memeluk Karin dan duduk dihadapan Elisa dan juga Fathur. Sedangkan Andre duduk disebelah Aldi dengan malas.
“belum, kamu mau?” tanya Elisa sambil mengusap lembut tangan cowoknya itu.
“Suapin punya kamu aja boleh?” ucap Erlan yang langsung mendapat persetujuan dari Elisa yang memang sudah siap akan menyuapkan batagor itu kepada mulutnya.
Nyesel gue ikut lo berdua kesini. Tau gitu langsung cabut aja gue ah elahpada nggak ngertiin perasaan gue banget dah” gerutu Andre melihat pemandangan di depan dan juga sampingnya yang membuatnya iri.
Makanya kalau cari cewek tuh jangan Cuma liat bodynya aja. Btw bukannya lo kemarin cerita lagi deketin adek tingkat ya?” tanya Aldi menanggapi kegalauan sahabatnya.
Susah dia, orang tuanya strict parah” keluh Andre.
“Kenapa sih Beb kok mukanya kayak lemes gitu?” tanya Aldi yang mengabaikan sahabatnya saat menyadari ceweknya tidak seceria biasanya sambil mengelus membut pundak Karin. Melihat itu Karin langsung melirik Elisa yang sepertinya sudah siap akan menjawab pertanyaan dari kekasihnya, Aldi.
“Cuma sedikit capek aja beb” jawab Karin akhirnya sambil menyandarkan kepalanya di lengan kekar Aldi.
“Mau pulang sekrang El?” tanya Erlan yang melihat makanan dihadapanku sudah aku habiskan sedari tadi.
“Boleh deh. Aku juga udah pengen buru-buru mandi sama istirahat” jawabku sambil menatap mata teduhnya yang selalu membuatku tenang dengan tatapannya itu. Setelah itu aku dan Erlan berpamitan dengan Aldi dan juga Karin yang masih menyelesaikan makanan mereka disusul Andre juga yang ikut pamit.
Selama perjalanan cukup sunyi karena mereka sudah sama-sama lelah dengan aktivitas hari ini. Terutama Elisa. Sampai akhirnya mereka tiba di depan kosan Elisa. Diapun turun dan diikuti Erlan yang langsung berjalan membuka bagasi mobilnya untuk mengambil barang-barang Elisa yang masih tersimpan disana. Dia membawakan kopernya sampai ke dalam kamar.
“Makasih sayang” ucap Elisa setelah dia berhasil meletakkan koper di samping tempat tidur. Sebenarnya jarang sekali Elisa menyebutnya dengan kata sayang seperti malam ini.
“My plesure babe” jawab Erlan dengan menggerakkan tangannya ke atas kepalaku. Dia tahu kalau gadisnya ini sangat suka dengan belaian halusnya dikepalaku. Entahlah, rasanya begitu menenangkan.
“Mau aku ambilin minum?” tanyaku melihatnya masih yang masih diam di hadapanku sambil terus menatap wajahku membuat rona merah di kedua pipiku muncul dengan sempurna karena gugup.
“Kayaknya aku harus segera pulang. Sudah malam, kamu juga harus istirahat kan” ucapnya setelah menilik jam yang melekat di pergelangan tangan kirinya.
“Yaudah, kamu hati-hati dijalan. Jangan lupa kabarin kalau sudah sampai”
“Pasti” balasnya sebelum akhirnya dia dengan cepat mendaratkan bibirnya di puncak kepalaku cukup lama sampai aku bisa merasakan deru nafasnya yang teratur menerpa kepalaku. “good night sayang” bisiknya sebelum dia benar-benar pergi meninggalkan kamarku dan dalam sekejap langsung melaju dengan mobilnya. Setelah itu aku juga langsung membersihkan diriku dengan air hangat sebelum istirahat dan memutuskan untuk membereskan pakaian yang ada di kopernya besok saja.
π£π£π£
Pagi ini seperti hari senin biasanya, aku memiliki jadwal pagi yang membuatku harus bangun lebih awal seperti pagi ini. Waktu masih menunjukan pukul 07:40 saat aku tiba di kampus. Tetapi di kelas sudah cukup ramai dengan anak-anak yang hadir termasuk Karin sahabatnya yang terlihat sedang asyik dengan ponsel di tangannya.
“Sepertinya ada yang lagi happy nih” ledekku saat melihat Karin yang masih saja sibuk dengan ponselnya dengan senyum yang tidak juga luntur sedari tadi.
“Eh, morning Icanya Erlan” sapanya setelah melihat kehadiranku disampingnya.
“Apaan deh” balasku singkat sambil mengeluarkan ponsel dan buku dari dalam tas selempangku.
“Sore nanti ada rapat lagi jangan lupa Ca” ingatnya sambil menyimpan ponsel yang sedari tadi ada dihadapannya. Sedangkan aku hanya membalasnya dengan deheman saja karena aku juga sedang melihat isi chat di grup Ormawa yang mengingatkan tentang agenda rapat sore nanti mengingat acara yang akan diadakan kampus hanya tersisa waktu 2 minggu lagi. Dan ya jangan lupakan juga band Aldi dan kawan-kawannya yang akan perform minggu depan di salah satu acara cukup besar dikota ini. Untuk sekelas Band kampus memang Band Aldi dan teman- temannya yang diberi nama The Volve ini cukup terkenal dikalangan anak-anak luar kampus. Maka dari itu Band mereka sudah beberapa kali juga menjadi bintang tamu di beberapa event penting dan ternama seperti yang akan mereka lakukan minggu depan.
“Ca bosen banget nggak sih dengerin Mr. Arnold ceramah. Mending kalau abis ini kita bisa keluar kelas dengan lega, sebentar lagi pasti dia bakal kasih tugas yang sialan banyak nih buat nyiksa kita” gerutu Karin yang entah sudah berapa kali setiap mata kuliah Mr. Arnold. Memang benar yang dikatakan Karin jika cara mengajar Mr. Arnold yang sediki strick dan killer apalagi dengan cara dia yang suka sekali memberikan tugas yang tidak pernah bisa dibilang sedikit setiap minggunya membuat anak-anak tidak sedikit juga yang membencinya sama seperti Karin. Dan benar saja yang dikatakan Karin barusan, sebelum Mr. Arnold meninggalkan ruangan, dia sudah terlebih dahulu memberikan tugas untuk kami yang harus segera dikumpulkan dua hari lagi. Membuat anak-anak di dalam ruangan sontak mendengus kesal selepas kepergian Mr. Arnold dari ruangan tersebut.
Selesai dengan kelas Marketing kami dengan Mr. Arnold aku dan Karin keluar ruangan dan berencana untuk pergi ke kantin karena pagi tadi aku memang belum sempat sarapan. Sesampainya di kantin kami langsung mencari makanan apa yang akan kami santap untuk memenuhi tenaga kami hari ini sebelum bertempur dengan mata kuliah yang lain lagi setelah ini. Selesai dengan pesanan mereka lalu menuju salah satu meja kantin yang masih kosong. Mereka menikmati makanan mereka sambil sesekali mengobrol apapun entah tentang rasa makanan yang sedang mereka santap atau apapun itu yang tiba- tiba saja muncul di otak mereka.
π£π£π£
Seperti yang dikatakan Karin pagi tadi. Selesai dengan kelas terakhirku hari ini aku dan Karin segera pergi ke Ruang BEM untuk mengikuti rapat lanjutan dengan pembahasan yang masih sama yaitu tentang acara kampus yang akan diadakan 2 minggu lagi. Kami sebagai panitia sudah mulai harus disibukkan dengan beberapa roundown acara yang akan diadakan demi menyambut acara hari jadi kampus 2 minggu lagi. Dan disini aku sebagai sekretaris juga tidak kalah sibuknya dengan Sie acara. Aku sudah mulai disibukkan dengan undangan-undangan yang harus aku kirimkan ke beberapa orang penting di Kampus seperti para dosen, rektor dan juga tamu undangan lain yang akan turut mengisi dan meramaikan acara kampus.
“Jadi bagaimana mengenai undangan pengisi acara apa sudah ada konfirmasi mengenai kesanggupan mereka El?” Genta sebagai ketua panitia mulai menanyakan kinerja para anggotanya termasuk aku.
“Ya, sampai saat ini hampir semua tamu undangan sudah mengkonfirmasi mengenai kedatangan mereka. Dan hampir semuanya bisa datang kecuali Rektor 3 yang sedang ada di luar negeri dan juga beberapa dosen lain, nanti mengenai datanya gue follow up di grup. Dan untuk selebihnya akan gue kasih tahu lagi besok lusa setelah mereka konfirmasi semua” jelasku dengan menyampaikan semua yang sudah aku rekap di dalam notes yang aku bawa. Setelah itu Genta kembali menanyakan laporan dari anggotanya yang lain sampai akhirnya tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul enam sore saat rapat selesai. Setelah itu kami berhamburan keluar dari ruangan rapat, ada yang langsung keluar menuju parkiran untuk pulang, ada juga yang masih duduk-duduk di ruang BEM dan ada juga yang langsung pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka yang memang sudah waktunya untuk mendapat amunisi setelah apa yang mereka kerjakan memang cukup menguras pikiran mereka dan membuat cacing-cacing yanga ada dilambung mereka meronta-ronta minta diisi. Termasuk juga aku dan Karin yang juga memilih untuk mengisi perut terlebih dahulu sebelum pulang. Selesai dengan makanan mereka, Karin dan juga Elisa langsung meninggalkan Kantin dan beranjak ke ruang Band yang ada di lantai tiga. Saat mereka di kantin tadi, Karin menelfon Aldi yang ternyata masih ada di ruang Band dan menyuruh mereka kesana setelah kami selesai dari kantin. Jadi disinilah kita sekarang, duduk di sofa sambil melihat cowok-cowok kita latihan. Rasanya melihat Erlan dengan bass yang melingkar di tangannya membuatnya terlihat lebih tampan berkali-kali lipat. Pantas saja setiap mereka perform pasti banyak sekali cewek-cewek yang akan meneriaki namanya. Sungguh menjengkelkan. Tapi Elisa harus terbiasa dengan itu semua mengingat cowoknya yang memang ada didunia yang penuh dengan penggemar-penggemar menyebalkan seperti itu. Toh bagaimanapun juga Erlannya akan selalu kembali kepadanya dan hanya dengan dia Erlan akan menjadi laki-laki yang manja dan menggemaskan. Sungguh Elisa merasa sangat beruntung bisa memiliki cowok sebaik dan sepengertian Erlan ada dihidupnya saat ini. Saking lamanya dia melamun dia sampai tidak sadar jika Erlan sudah selesai latihan dan sekarang sudah duduk disampingnya memanggilnya sedari tadi.
“Are you okay babe?” tanyanya sedikit khawatir melihat aku yang belum juga menjawab pertanyaannya.
“Eh iyaa i’m okay. Sorry tadi aku lagi sedikit melamun” ujarku jujur
“Apa ada masalah di rapat?” tanya Erlan lagi dengan mata yang masih menyiratkan kekhawatiran.
“Enggak kok. Everythink is okay, aku hanya terlalu kagum tadi lihat kamu latihan, kamu keren banget. Pantes aja makin hari makin banyak cewek-cewek yang teriak-teriak minta perhatian kamu, nyebelin” Jujur Elisa akhirnya sambil mencubit gemas hidung mancung Erlan. Membuat tangan Erlan yang sedang merangkul pundaknya beralih menjadi merangkul pinggangnya dan membawa tubuh kecil Elisa menjadi makin menempel dengan tubuh Erlan dan terperangkap didalam pelukannya.
“nggak usah dipikirin soal mereka, toh kamu tahu sendiri kan aku maunya cuma sama kamu. Mending temenin aku makan mau nggak?” tanya Erlan dengan masih memeluk Elisa seakan tidak rela untuk melepaskan pelukannya dari tubuh kecil gadisnya itu.
“Boleh, mau makan apa?” Erlan yang ditanya justru mengalihkan matanya dari Elisa seakan berfikir sebentar sebelum menjawab pertanyaan dari Elisa barusan.
“Gimana kalau pecel lele pak Gondrong? Udah lama juga kan kitanggak kesana” ujar Erlan menyebutkan tempat makan favoritnya itu sekaligus tempat pertama yang dia datangi saat pertama kali kami pergi berdua.
Tanpa menunggu lama lagi aku langsung mengangguk menyetujui ajakannya tersebut. Aku memang sudah makan bersama Karin tadi di kantin tapi menolak ajakan Erlan bukan hal yang mudah dilakukan oleh seorang Elisa, toh disana dia masih bisa memesan minuman untuk menemani Erlan makan dan dia pasti tidak akan keberatan untuk itu.
Tanpa menunggu lama lagi mereka langsung berpamitan dengan Karin dan yang lainnya sebelum pergi dari ruang latihan mereka. Erlan membawaku ke parkiran mobilnya sebelum akhirnya dia membukakan pintu untukku dengan sangat manis tapi juga gentle. Selama didalam mobil kami tidak banyak mengobrol, hanya sesekali saja sambil sesekali juga bersenandung sama-sama menyanyikan lagu yang berputar di radio mobilnya untuk menemani perjalanan mereka yang cukup sunyi. Setelah sekitar 20 menit perjalanan akhirnya mereka sampai juga di tempat tujuan mereka. Sampai disana mereka langsung disambut oleh beberapa pegawai yang sudah mengenal mereka karena memang kita sudah beberapa kali ke tempat ini. Setelah selesai memilih pesanan mereka seperti biasa langsung menuju tempat lesehan supaya lebih leluasa makan dan ngobrolnya.
“Pesanan datang. Selamat menikmati nya kasep, geulis” ucapan dari salah satu pelayan yang membawa pesanan mereka menghentikan obrolan mereka.
“Muhun A’” sahut Erlan sambil menyodorkan minuman Elisa lebih dekat dengan dia karena si pelayan yang menaruh minuman itu di tengah-tengah mereka berdua.
Setelah itu Erlan langsung melahap makanannya sedangkan Elisa hanya sesekali mengamati cowoknya makan sambil tersenyum gemas melihat pemandangan dihadapannya ini.
“Makannya pelan-pelan atuh, kayak lagi balapan aja” ujar Elisa saat melihat Erlan yang melahap makanannya tanpa jeda.
“Atu da keburu laper Yang, tadi siang aku nggak sempet ke kantin soalnya” bela Fathur disela-sela makanan yang sedang dia kunyah.
“Yaudah-yaudah ini makan yang banyak. Kasian banget sih cowok aku sampe kelaperan gini” kekeh Elisa sambil menyuapkan potongan ayam yang ada di piring Erlan. Diapun melahap suapan itu sambil terkekeh melihat kelakuan pacarnya.
“Weekend Besok mau ikut aku nggak?” tanya Erlan disela-sela makan.
“Kemana?”
Ke ulang tahun Oma aku” jawab Fathur dengan masih sibuk menyuapkan makanan ke dalam mulutnya tanpa melihat jika orang yang dia beri jawaban sedang menatapnya terkejut.
“Erlan ih, kalau ngomong bisa sambil liat muka orang yang diajak ngomong nggak sih. Yang kamu obrolin itu bukan hal sepele kamu ngerti nggak?” keluh Elisa melihat Erlan yang masih saja sibuk dengan makanannya seakan ajakan yang dia berikan kepada Elisa barusan adalah ajakan pergi biasa. Sangat menjengkelkan.
“Loh aku salah emangnya? Aku kan cuma ngajak kamu ketemu keluarga aku sayang, kok kamu malah kesel gitu sih?” sepertinya Erlan benar-benar tidak paham dengan apa yang sedang dirasakan oleh Elisa saat ini. Bagaimana bisa Erlan berkata sesantai itu. Berkenalan dengan keluarganya sama dengan menganggap jika hubungan mereka sudah sangat serius. Memang benar mereka berpacaran, tapi Elisa belum membayangkan jika akan dikenalkan dengan keluarga Erlan secepat ini apalagi mengingat dirinya yang juga masih belum terlalu lama mengenal Erlan.
“Tapi aku belum siap, aku takut kalau keluarga kamu nggak suka sama aku gimana?”
“Keluarga aku baik kok El, selama masih ada aku disamping kamu mereka nggak akan gigit kamu. Mau yaa”
“Erlan ih seriusss”
“Iya maaf-maaf. Lagian kamu sih langsung paranoid gitu waktu aku bilang mau ngajak kamu ketemu keluarga aku. Tapi aku serius besok mau ngajak kamu ke ulang tahun Oma aku jadi kamu juga harus siap. Tenang aja aku bakalan selalu disamping kamu kok dan nggak akan ada yang berani macam-macam sama kamu jadi kamu nggak perlu takut atau khawatir mikirin gimana mereka nanti okay”
“Tapi-“ belum juga Elisa selesai dengan ucapannya Erlan sudah lebih dulu menjawabnya.
“Udah nggak ada tapi-tapi an. Kamu cukup dandan yang cantik aja besok biar orang-orang iri sama aku karena bisa dapetin bidadari secantik kamu” jawab Erlan berusaha meyakinkan Elisa.
“Sekarang udah malem mending kita pulang istirahat yang nyenyak oke” sambung Erlan lagi yang melihat Elisa masih saja bergeming dengan pikirannya sendiri.
Tanpa menunggu respon dari Elisa, Erlan sudah lebih dulu menggandeng tangannya menuju parkiran setelah membayar makanan mereka dan langsung pergi menuju kos Elisa.