Loading...
Logo TinLit
Read Story - Aku baik-baik saja ¿?
MENU
About Us  

Dear my self, aku tau kamu kuat, kamu hebat dan kamu adalah sosok wanita yang tegar meski sering kali berlebur dengan air mata, jangan kalah sebelum berjuang, jangan menyerah hanya karena hubungan yang tak pasti, kamu berhak atas semua ini.

.................................................

 

 

Surabaya, 02-September 2023.

Pagi ini aku bersiap untuk masuk kampus, hari pertama menjadi mahasiswa dimana dulu aku sangan memimpikan kehidupan kuliah seperti saat ini, langit kota….. sangat cerah, sepertinya juga bersiap untuk mewarnai dunia kuliahku hari ini, sengaja aku tidak ikut kegiatan Ospek krn sudah terlambat dan akan ikut tahun depan sepertinya.

“pagi Kay” sapa mas Arsya yang baru keluar dari kamarnya, kami memutuskan untuk pisah kamar sementara, karena aku tidak mau kefokusanku terhadap kuliah jadi berantakan dikarenakan dering telfon mas Arsya yang sering mengganggu, dan itu tak lain panggilan dari Alinda, aku mencoba memberi ruang untuk mas Arsya ngomong ke Alinda terlebih dahulu, setelah mereka memutuskan untuk berpisah baru kita mau sekamar lagi, semoga saja.

“pagi mas, aku berangkat dulu ya, sarapannya sudah kusiapkan di meja makan” pamitku,

“loh kamu ga mau bareng aku Kay, kita searah ini” tawarnya yang bisa saja kuterima,

“gapapa mas, Kayla mau jalan kaki aja, lumayan dekat” aku menolaknya secara halus dengan alasan ga terlalu jauh dan emmang benar, namun sebenarnya aku tidak ingin anak kampus tahu tentang hubungan kami terlebih dahulu, karena takut di kemudian hari mereka juga akan melihat suamiku dengan Alinda yang nantinya mereka juga akan bertanya kepadaku.

“oke kalau gitu, nanti pulang jam berapa? Aku pulang jam 5 dari kantor, palingan sampe depan kampus kamu jam 17.30, biar sekalian pulangnya” aku tetap menggeleng dan bilang tidak usah dulu, mas Arsya menyetujui akan hal itu.

“Kayla berangkat duluan mas, Assalamualikum”

“waalaikumussalam, hati-hati Kay” pesannya yang simple namun mampu membuat detak jantung itu lebih kencang.

###

Aku melihat wajah-wajah baru disini, mereka yang tentu saja lebih memilih untuk melanjutkan kuliah tepat waktu, wajah dengan aura yang lebih muda dariku namun bukan berarti wajahku sangat tua, aku juga berkenalan dengan dua anak yang angkatan MA nya ternyata sama dengan aku, dan disitulah kami merasa cocok hingga akhirnya memutuskan untuk duduk bersebelahan.

Namnya Dewi sama Dita, Dewi memiliki mata sipit dan memilih untuk tidak berhijab, rambutnya sedikit bergelombang, hitam dan lebat, namun dia Islam. Dita berhijab, sama denganku, namun hijabnya modern alias tidak syar’ie dalm artian hijabnya dililit ke belakang, hidungnya mancung dan matanya lebar dengan bulu mata lentik tanpa maskara, bola matanya yang sedikit berwarna coklat membuat Dita terlihat semakin anggun.

“semoga kita menjadi teman baik di kampus ini ya” ucap Dita,

“Aamiin” jawab kami berdua

“oh iyya aku dari sebelah, Bangkalan Madura, sebelah jembatan Suramadu maksudnya hehe Dita dari mana?” tanyaku supaya tidak kaku,

“Aku dari jogja, ibuk bapakku ke Singapur untuk bekerja dan aku tidak punya keluarga lagi di Jogja, akhirnya aku ke Surabaya dititip ke nenek dan tanteku disini”

“oalah padahal di Jogja banyak loh kampus bagus, aku aja pengen banget”

“iyya tapi aku ga punya siapa-siapa disana, dulu ke jogja juga kerena pekerjaan Kay”

“hhmm iya juga sih, kalau kamu Dew” pandanganku kualihkan ke Dewi

“aku asli Surabaya, Surabaya pusat, Tegal sari”

“ohh berarti disini ngekos atau bolak balik ke rumah”

“ngekos Kay, karena kau juga mau belajar mandiri” jawabnya dengan gaya Dewi.

Kami mengobrol banyak hal, mereka tipikal anak yang extrovert, berbanding terbalik denganku yang introvert, berada diantara mereka membuatku semakin mengerti bahwa kita butuh orang lain untuk sekedar tertawa.

“kamu ngekos atau bolak balik Kay” tanya Dita dan Dewi yang tanpa sengaja menanyaiku secara serentak,

“hmm aku ngekos juga diarea belakang kampus”

“ohh aku lumayan jauh sih, diseberang jalan sana, karena aku bawa motor sendiri dari rumah” kata Dewi,

“kalau gitu boleh lah kita main ke kosannya Kayla, iyya ndak Kay”

“ohh jangan dulu” larangku panik, membuat raut muka Dita jadi berubah,

“eh maksud aku jangan sekarnag, aku kan baru sampe jadi belum sempat bongkar-bongkar koper dan juga beres-beres, lain kali aja” jelasku sambil mengerlingkan mata di akhir kata, semoga mereka tidak tersinggung dengan perkataannku yang tiba-tiba melarang barusan.

“ohh kirain ada rahasia nih” ledek Dita,

“hari ini sepertinya dosen terakhir ga ada, jadi kita boleh pulang cepat guys”

“oh iya kah, siapa emang” tanya Dewi ke Dita,

“hayo.. pasti ga lihat jadwal di sistem, kan sudah lengkap say, ini jaman udah modern”

“hahhahha” kami tertawa serentak dengan lelucon dan cara bicara Dita yang sok lebay.

“Nur Alinda Permata Sari” nada bacaku seakan seperti nada bertanya, dan emmang aku sedang bertanya kepada diriku sendiri, apa iyya ini Alinda pacarnya mas Arsya, Alinda adalah kakak kelas mas Arsya dan sudah menyelesaikan S2 nya, dan mungkin saja jika dia menjadi dosen disini, oh Allah.

“kenapa Kay, iyya itu miss Alinda, dosen pelajarn bhs Inggris kita nanti, lulusan luar negeri lohh” jelas Dewi

“kamu kenal sama dosen ini Dew” tanyaku heran,

“enggak juga sih, aku cuma dengar-dengar dari cerita teman disini” pungkasnya

“kenapa dia tidak masuk hari ini, kamu tau juga kah?”

“iyya ga gitu konsepnya Kay, meskipun aku suka update tapi ya ga tau juga itu dosen cantik kemana hahhahha, tapi ini di email dia bilang ga bakal masuk dan meminta maaf kepada kita karena tidak bisa bertemu di hari pertama pelajaran”

“ohh iyya Dew makasih infonya, aku ga ngantifin internet dari tadi, makanya ga ada notif email masuk hehe” kataku berpura-pura

“berarti kita bisa apulang dong, ya udah ayuk pulang aja biar bsa istirahat di rumah kuy” ajak Dita, mereka memutuskan untuk kembali ke rumah dan kos masing-masing, sedangkan aku masih ingin berkunjung ke perpustakaan kampus, ingin banyak tahu tentang tempat ini yang insya Allah akan menjadi teman baikku selama 4 tahun ke depan.

Hari sudah semakin sore, kuputuskan untuk pulang meski hati sedikit tak tenang, berjalan menyosori jalan setapak dengan lampu temaram yang sudah menyala sebab sebentar lagi waktu petang tiba, harusnya aku bertanya terlebih dahulu tentang kediaman dan pekerjaan Alinda kepada mas Alfin, ah tapi apa urusanku, sekalipun dia benar dosenku ya hubungan kami hanya sebatas murid dan guru, tidak usah di lebih lebihkan.

Motor mas Alfin belum terlihat di teras rumah, menandakan bahwa dia belum pulang, harusnya dia sudah sampai duluan karena aku pulang terlambat, ku cek hpku namun tidak ada satupun pesan darinya, beruntung kami sengaja membawa kunci rumah masing-masing, tapi kemanakah dia, ingin ku telfon namun rasa enggan begitu saja menghampiri.

Setelah masuk kamar, aku langsung mandi untuk menghilangkan bakteri dari luar, aku mendengar suara motor mas Alfin meski samar, segera kuselesaikan ritual mandiku, takut jika ia akan memanggil dan mencariku, toh bagaimanapaun juga dia adalaha suami sahku dan aku harus berbakti kepadanya.

“Assalamualaikum” ucapnya dari depan pintu,

“waalaikumussalam mas” jawabku setengah berteriak dari dalam kamar sebab masih sibuk memakai hijab,

Aku menyalami tangannya seperti seorang isteri pada umumnya yang menyambut suaminya datang, “mas kenapa ga bilang ke Kayla kalau Alinda…”

“maaf Kay kalau aku ndak bilang, tapi tujuanku bertemu Alinda tadi karena ingin bilang kalau hubungan ini tidak benar” jelas mas Arsya memotong perkataanku, hakikatnya bukan itu yang ingin aku katakan, ‘mas kok ga bilang kalau Alinda menjadi dosen di kampusku’ itulah kalimat sebenarnya, dan mas Arsya jujur sebab dia duga aku mengetahuinya,

“mas, bukan itu yang ingin aku bilang, tapi alhamdulillah mas Arsya bisa jujur, sebenarnya kau tidak apa-apa kalau mas Arsya bertemu dengan wanita itu” wajah mas Arsya terlihat bingung,

“oh iyya mas, terus jawaban Alinda gimana, apa jawaban dia?” tanyaku lagi untuk mengalihkan kebingungan mas Arsya,

“aku belum bisa mengatakannya Kay, sulit rasanya untuk bilang “kita udahan ya”, aku tidak tega melihat rawut wajahnya jika harus sedih di depanku” tuturnya,

“kalau begitu bagaimana jika aku yang bilang mas” aku mencoba untuk menawarkan diri meski sebenarnya aku tidak begitu berani,

“jangan Kay, itu masalahku, jadi aku harus menyelesaikannya sendiri” jawaban yang sudah kutebak akan menolak,

“tapi mas Arsya bawa masalah itu ke keluarga kita mas, otomatis itu juga menjadi boomerang untuk diriku sendiri, belum nanti aku akan bertemu tatap muka dengan Alinda” terlihat jelas mata mas Arsya melotot, sepertinya dia juga belum tahu kalau Alinda bekerja sebagai dosen di kampusku,

“maksudmu apa Kay”

“Alinda itu bekerja di kampusku mas, dan dia adalah dosesn bahasa Inggrisku, pantas tadi pelajarannya di cancel, karena kalian lagi pengen ketemu” jawabku semakin ketus,

“astaghfirullah, maaf lagi-lagi aku tidak tahu tentang ini Kay, aku tidak bermaksud mempertemukan kamu dengan Alinda, aku tau Alinda pasti akan bersikap tidak selayaknya ke kamu” pernyataannya yang justru semakin membuatku ingin marah,

“dengan alasan apa dia akan melakukanku seperti itu mas” mas Arsya mengalihkan pandangan sembari menjawab, “karena dia pikir kamulah yang merebutku dari dia” pungkasnya,

“maaf aku tidak pernah merebutmu dari siapapun, kita dipertemukan atas takdir dan aku tidak akan menyesali hal itu, asal mas tahu, menjadi isteri sepertiku itu tidak mudah mas, ketika semua isteri bisa tenang di istananya dengan pangeran yang selalu ada untuknya, aku lebih memilih bertahan di dalam istana yang didalamnya banyak luka, meski kenyataan sang pangeran tidak sepenuhnya ada, aku pernah marah sampe seperti ini mas? Tidak pernah kan mas, aku hanya ingin mempertegas, jika mas Arsya merasa perkataan Alinda itu benar perihal aku merebut mas darinya, tak apa jika mas harus memilihnya”

“Kay aku tidak bermaksud seperti itu” katanya mencoba mendekatiku dan ingin memegang bahuku yang mulai terguncang sebab isak tangis yang tak bisa kutahan,

“apapun maksudmu mas itu tidak penting, yang penting hanyalah bagaimana kamu memilih diantara kami, selesaikan masalahmu atau tinggalkan aku” ucapanku membuat mas Arsya semakin menunduk dan duduk di kursi dengan kedua tangan yang memegang kepalanya, aku masih berdiri didepan pintu yang entah sampai kapan, kakiku sudah mulai merasa lemas,

“kenapa kamu sampai berani bilang seperti itu Kay” tegurnya melirikku,

“karena aku capek mas, aku salah membiarkan rasa sayang ini tumbuh begitu cepat hanya karena perhatianmu yang tidak bisa aku kontrol, aku salah memaknai sikap hangatmu yang bisa juga kau berikan kepada Alinda mas, dan mungkin aku salah ketika aku mengangguk untuk mengiyakan tawaran pak de waktu itu, dan bodohnya aku tidak merasakan penyesalan akan hal itu” aku menangis semakin tersedu-sedu, belum lagi akan kuhadapi hari-hari bertemu dengan Alinda, bagaimana bisa aku bertemu dengan wanita itu ketika hubungan kalian belum selesai dan masih merekah hingga sekarang,

“aku sholat maghrib dikamar aja mas, maaf” pamitku sebab sudah tidak tahan jika harus berdiri lebih lama, aku berlalu ke kamar dan menenggelamkan isak tangisku dalam bantal, ini juga menjadi alasan kenapa aku ingin pisah rumah dengan ibu, karena akan ada dimana masa amarahku memuncak seperti saat ini, aku tidak ingin ibuk dan tetangga tahu akan hal ini.

Sungguh aku terguncang dengan pahitnya kenyataan, ternyata tak semua pernikahan yang dijalani tanpa perkenalan lama itu baik-baik saja, perjodohan ini memang tidak salah, aku yang salah sebab tidak banyak mencari tahu sosok tentang suamiku, hingga aku harus mengetahui tentang hubungan mereka ketika kami sudah sah menjadi suami isteri, kukira aku akan sekuat Alina Suhita yang memperjuang mati matian hanya untuk mendapatkan cintanya Gus Birru, tapi aku tidak sesakit Alina yang bahkan sempat dibentak oleh Gus Birru, suaminya sendiri, aku tidak sesakit Alina yang ditolak saat malam pertama karena kami sudah saling menyepakati dari awal, dan aku masih beruntung diperlakukan layaknya seorang isteri yang selalu diberi perhatian, meskipun aku harus menelan pahitnya kenyataan kalau mas Arsya juga memberikan perhatian sama kepada Alinda.

###

“Mas, sarapannya udah ada di meja makan ya, aku berangkat dulu, Assalamualaikum” pamitku tanpa sedikitpun menoleh ke mas Arsya yang sedang merapikan bajunya di depan sofa,

“Waalaikumussalam” jawabnya samar,

Ada rasa takut setiapkali perjalanan ke kampus, takut jika aku harus menghadapi Alinda, takut jika teman-temanku pada akhirnya akan tahu dan banyak bertanya ini itu, dan masih banyak ketakutan-ketakutan lainnya yang selalu aku tepis begitu saja.

“Hari ini akan ada matkul tambahan di akhir pelajaran, yakni pelajaran bhs Inggris” pesan masuk di grup WA dari salah satu teman kelas, tak bisa dipungkiri bahwa hari ini aku akan bertemu dengan Alinda, ada rasa belum siap ketika aku harus benar-benar bertemu dan melihat langsung sosok kekasih suamiku sendiri.

“Pagi Kay, kok mukanya ditekuk gitu” sapa Dewi,

“matamu juga bengkak Kay, habis nangis ya” Dita ikut nimbrung

Aku menggeleng seraya menanggapi “iyya nangis gegara drakor tadi malam, makanya ini uadah ngantuk pagi-pagi” aku berbohong,

Mereka berdua akhirnya mengangguk dan percaya, syukur dosen kami sudah datang hingga perbincangan ini berhenti.

###

“aku kok pusing ya Dit, kayaknya aku pulang aja ya” kataku pada Dita yang lagi sibuk dengan gadgetnya, hari sudah mulai sore, pertanda sebentar lagi matkul Bhs.Inggris akan segera dimulai,

“Kamu kayaknya kurang tidur Kay, sabar dikit ya masa guru udah mau datang kamu malah mau pulang, katanya kemaren penasaran sama miss Alinda hayoo” ledeknya berbarengan dengan pintu kelas yang dibuka oleh seseorang, wanita dengan sepatu high heels berwarna coklat susu, memakai rok span panjang berwarna hitam, diikuti kemeja dengan dengan warna senada dihiasi dengan pita berwarna putih, rambutnya sebahu sengaja digerai begitu saja, elegan dan tinggi menjuntai layaknya model di televisi, pantas jika mas Arsya sulit untuk melepaskannya, tapi apa iyya yang dirasakan mas Arsya adalah cinta ataukah hanya nafsu belaka?.

“waahh keren juga miss Alinda” celetoh Dewi,

“aku juga keren kok tinggal pakainku dan rambutku aja dirapihin dikit hahaha” Dita bercanda dengan sedikit menyenggol tanganlengan Dewi,

“Hello everyone, good evening, how are you guys” sapa Alinda dengan suara merdunya, aku harap dia tidak mengenali wajahku, tapi rasanya tidak, matanya menyorot ke tempat dudukku dibarisan no 2 dari depan, seketika dia alihkan tatapannya seolah tidak ada siapa-siapa, dia sangat profesional rupanya.

Semua murid dikelas ini menjawab dengan serentak selain aku yang sedari tadi teras beku, fokus mengamati gegark gerik Alinda yang entah apa hikmahnya, hanya membuat hati ini semakin luka bukan.

“ sorry what is your name? Can I have your attention please, you didn’t answer my quition like your friend, are you okay” tangannya menunjuk ke arahku yang sontak langsung menjawab, “oh I’m sorry miss, I’m okay but I think not really because I have a headache”, “ohh I know, what is your name, because your face is familiar for me, maybe have we met?” tanyanya lagi, tuntu saja kami menjadi sorotan seruang kelas, jangan ditanya betapa malunya aku, “no we haven’t met, my name is Kayla Putri, you can call me Kayla miss” jawabanku membuat raut wajahnya berubah, ibarat orang yang lagi kehausan, Alinda langsung menepuk jidatnya sendiri dan tidak bertanya lagi, melanjutkan pelajaran seperti biasa diselingi komedi ala dia, namun aku tidak menghayati sedikitpun sehingga aku tidak bisa tertawa, yang ada dipikiranku hanyalah sosok Alinda yang hingga saat ini masih menjalin hubungan dengan suamiku sendiri.

“oke pelajaran selesai ya, kalian bisa pulang” anak-anak berhambur keluar sedangkan Alinda masih merapikan barang-barangnya, dan aku juga sedikit memperlambat langkahku agar bisa bertegur sapa,

"Kayla” sapa Alinda ketika aku hampir mendekati pintu keluar, akupun menghampirinya dan menatapnya datar

“iyya miss… Alinda” responku dengan sengaja menjauhkan kalimat miss dan Alinda,

“kamu Kayla isterinya…” , “iyya isterinya mas Arsya, kalian masih pacaran? Kapan putus” potongku sambil melirik ke arah pintu untuk memastikan tidak ada orang disana,

“maaf aku belum siap kehilangan mas Arsya Kay, kamu tahu sendirikan hubungan kami itu bertahun-tahun lamanya” sorot matanya menunjukkan bahwa ia sangat sedih,

“mau sampai kapan? Sampai semua orang tau kalau kalian pacaran, maaf Alinda aku cuma mau mengingatkan sesama muslimah, hubungan kalian itu haram hukumnya, mau seberapa lama kalian bersama tetap saja kalian bukan menjalin hubungan yang diridhoi Allah, apalagi pacaran dengan pria yang sudah beristeri, jangan rendahkan dirimu sebagai wanita, masih banyak lelaki yang sholeh diluar sana Alinda” kataku sedikit berbisik dengan kalimat penuh penekanan,

“tapi suami juga tidak melepaskanku Kay, lantas siapa yang berhak membersamai disini?” lawannya tak kalah kuat,

“asal kamu tahu tentang pertemuan kalian kemarin, mas Arsya sudah berniat untuk menyudahi dan ngomong baik-baik ke kamu, hanya saja dia tidak tega jika harus melihatmu bersedih dan aku tahu itu bakal terjadi, maaf aku buru-buru pulang takut dicari suamiku, pikirkan baik-baik ya, ga semua yang kamu cintai itu harus kamu miliki, Assalamualikum” aku berjalan dengan hati lebih damai sebab bisa berbicara dengan Alinda tanpa harus kasar, semoga Allah lekas bukakan pintu hatinya untuk kesadaran mereka.

“Kay tunggu” cegahnya berjalan ke arahku, “aku mau nitip buku ini ke mas Arsya, sampein salamku makasih banyak” tanpa basa basi lagi aku ambil buku tersebut dari tangan Alinda, hakikatnya aku tidak ingin membicarakan tentang pertemuanku dengan Alinda ini, tapi dengan titipan Alinda secara tidak langsung mas Arsya akan tahu jika kami berkomunikasi.

Warna jingga diujung barat sudah mulai menghilang, gelap akan segera menyelimuti bumi ini, langkah kakiku semakin cepat kala tiba dilantai bawah kampus hingga menuju ke gerbang keluar,beruntung  jalan setapak dengan lampu temaramnya kini tak sesepi kemarin, aku bisa lebih santai tanpa harus takut sebab banyak mahasiswa/wi yang juga sedang berlalu lalang menuju kosan mereka.

Didepan rumah, terlihat mas Arsya sedang berdiri menatapku dari kejauhan, senyumnya semakin terlihat kala jarak diantara kami mulai mendekat, andai ia tidak memebrikan senyuman yang sama kepada wanita lain, mungkin aku akan menjadi wanita paling beruntung.

“Assalamualaikum mas” salamku ketika sudah tiba didepan teras rumah sembari menyalami tangannya,

“Waalaikumussalam, kok sampe jam segini Kay”

“ada pelajaran tambahan mas, maaf lupa gak ngasih tahu” aku tersenyum ke arahnya menganggap masalah tadi malam sudah selesai, toh mas Arsya juga sudah bersikap seperti biasa,

“maaf ya Kay atas kejadian kemarin” ia merangkul bahuku dan mangajak masuk kerumah, akupun membalas kata maaf dengan kalimat yang sama sebab aku juga merasa salah,

“oh iyya mas, ini ada titipan buku, katanya makasih banyak” sontak matanya terbelalak kaget melihat ke arah buku yang kusodorkan,  “iyya mas, aku ketemu sama Alinda, kami juga sempat ngobrol” jelasku sebelum mas Arsya bertanya,

“maaf ya Kay, aku janji akan segera menyudahi hubungan ini, tapi beri aku waktu ya” akupun mengangguk dan langsung pamit ke kamar untuk beberes karena adzan maghrib sudah berkumandang.

Setelah sholat maghrib berjmaah di mushollah, mas Arsya kembali mengajakku bicara, dan aku menyetujuinya, “Kay, dalam hubungan itu bisa dibilang 80% adalah komunikasi, jadi kalau kamu ada yang ingin disampaikan padaku, sampaikan saja jangan dipendam”

“soal apa mas, aku baik-baik saja kok” jawabku berbohong,

“begitulah perempuan, ia selalu bilang baik-baik saja padahal tidak, aku tahu kamu sedang lelah dengan semua ini, apalagi kamu harus berpapasan langsung dengan Alinda tadi”,

“aku juga sedang tidak mengerti dengan perasaanku sendiri mas, kadang merasa sakit hati kadang merasa baik-baik saja, itulah hati perempuan yang sudah kebal” sindirku,

“ya sudah apa maumu sekarang” tanyanya yang semakin membuatku kesal, bukannya pengertian malah nanya balik ke aku,

“mas sayang ga ke aku? Ada rasa cinta ga mas ke aku?” tanyaku dengan kedua mata menyipit layaknya peneliti,

“ada Kay, dan aku ga tau rasa tersebut tumbuh sejak kapan” jawabnya santai,

“masih ada rasa cinta ke Alinda” bodoh memang memberi pertanyaan yang jelas sudah bisa kutebak apa jawabannya,

“aku akan segera menyudahi hubungan tidak benar ini Kay, secepatnya, aku janji” jawabannya secara tidak langsung mengisyaratkan bahwa masih ada benih cinta dihati mas Arsya,

“mas, aku nggak papa kalau mas Arsya masih mencintai Alinda, aku juga tidak papa kalau mas Arsya ingin menikahinya, asalkan lepaskan aku dulu mas, karena aku bukan ibukku yang berani menjadi saksi ketika bapakku menikah lagi, aku juga bukan ibuku yang sempat dimadu meski pada akhirnya diceraikan, ibuku selalu terlihat baik-baik saja didepan keluarga kami, namun aku tahu bahwa beliau sangat sakit dengan semua itu, jadi aku mohon sama mas Arsya sebagai imam dirumah ini, berilah keterangan dalam hubungan ini mas, aku sudah tau siapa nahkodanya namuan aku belum tahu akan berlayar kemana” jelasku sambil menitiskan air mata mengingat kepedihan ibu yang juga bisa kau rasakan saat ini, dan aku tidak sekuat beliau,

Mas Arsya mencium ubun-ubunku lalu mengusap air mataku, mencium kedua tanganku seakan rasa sesal tergambarkan diraut wajah beningnya, “maafkan aku Kay” ucapnya tepat ditelingaku, aku semakin terguncang ketika ia memelukku erat, “maaf sudah membuat kamu menderita sejak pertama mengenalku” ucapnya lagi.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Kala Badai Menerpa
1361      648     1     
Romance
Azzura Arraya Bagaswara, gadis kelahiran Bandung yang mencari tujuan dirinya untuk tetap hidup di dunia ini. Masalah-masalah ia hadapi sendiri dan selalu ia sembunyikan dari orang-orang. Hingga pada akhirnya, masa lalunya kembali lagi untuknya. Akankah Reza dapat membuat Raya menjadi seseorang yang terbuka begitu juga sebaliknya?
EPHEMERAL
137      123     2     
Romance
EPHEMERAL berarti tidak ada yang kekal, walaupun begitu akan tetap kubuktikan bahwa janji kita dan cinta kita akan kekal selamanya walaupun nanti kita dipisahkan oleh takdir. Aku paling benci perpisahan tetapi tanpa perpisahan tidak akan pernah adanya pertemuan. Aku dan kamu selamanya.
A Freedom
149      129     1     
Inspirational
Kebebasan adalah hal yang diinginkan setiap orang. Bebas dalam menentukan pilihan pun dalam menjalani kehidupan. Namun sayang kebebasan itu begitu sulit bagi Bestari. Seolah mendapat karma dari dosa sang Ayah dia harus memikul beban yang tak semestinya dia pikul. Mampukah Bestari mendapatkan kebebasan hidup seperti yang diinginkannya?
KELANA [Kenzie - Elea - Naresh]
5283      1854     0     
Fan Fiction
Kenzie, Elea, Naresh, tiga sahabat yang ditakdirkan menjadi seorang bintang. Elea begitu mengagumi Naresh secara diam-diam, hingga dia amat sangat peduli terhadap Naresh. Naresh yang belakangan ini sering masuk lambe turah karena dicap sebagai playboy. Bukan tanpa sebab Naresh begitu, laki-laki itu memiliki alasan dibalik kelakuannya. Dibantu dengan Kenzie, Elea berusaha sekuat tenaga menyadarka...
Nyanyian Burung di Ufuk Senja
3695      1327     0     
Romance
Perceraian orangtua Salma membuatnya memiliki kebimbangan dalam menentukan suami masa depannya. Ada tiga pria yang menghiasi kehidupannya. Bram, teman Salma dari semenjak SMA. Dia sudah mengejar-ngejar Salma bahkan sampai menyatakan perasaannya. Namun Salma merasa dirinya dan Bram berada di dunia yang berbeda. Pria kedua adalah Bagas. Salma bertemu Bagas di komunitas Pencinta Literasi di kampu...
Marry
1494      738     0     
Fantasy
Orang-orang terdekat menghilang, mimpi yang sama datang berulang-ulang, Marry sempat dibuat berlalu lalang mencari kebenaran. Max yang dikenal sebagai badut gratis sekaligus menambatkan hatinya hanya pada Orwell memberi tahu bahwa sudah saatnya Marry mengetahui sesuatu. Sesuatu tentang dirinya sendiri dan Henry.
The Maiden from Doomsday
10671      2383     600     
Fantasy
Hal yang seorang buruh kasar mendapati pesawat kertas yang terus mengikutinya. Setiap kali ia mengambil pesawat kertas itu isinya selalu sama. Sebuah tulisan entah dari siapa yang berisi kata-kata rindu padanya. Ia yakin itu hanya keisengan orang. Sampai ia menemukan tulisan tetangganya yang persis dengan yang ada di surat. Tetangganya, Milly, malah menyalahkan dirinya yang mengirimi surat cin...
ASA
5053      1626     0     
Romance
Ketika Rachel membuka mata, betapa terkejutnya ia mendapati kenyataan di hadapannya berubah drastis. Kerinduannya hanya satu, yaitu bertemu dengan orang-orang yang ia sayangi. Namun, Rachel hanya diberi kesempatan selama 40 hari untuk memilih. Rachel harus bisa memilih antara Cinta atau Kebencian. Ini keputusan sulit yang harus dipilihnya. Mampukah Rachel memilih salah satunya sebelum waktunya ha...
DI ANTARA DOEA HATI
1252      635     1     
Romance
Setelah peristiwa penembakan yang menewaskan Sang mantan kekasih, membuat Kanaya Larasati diliputi kecemasan. Bayang-bayang masa lalu terus menghantuinya. "Siapapun yang akan menjadi pasanganmu akan berakgir tragis," ucap seorang cenayang. Hal tersebut membuat sahabat kecilnya Reyhan, seorang perwira tinggi Angkatan Darat begitu mengkhawatirkannya. Dia berencana untuk menikahi gadis itu. Disaa...
Lebih dari Cinta Rahwana kepada Sinta
3147      1591     0     
Romance
Pernahkan mendengarkan kisah Ramayana? Jika pernah mendengarnya, cerita ini hampir memiliki kisah yang sama dengan romansa dua sejoli ini. Namun, bukan cerita Rama dan Sinta yang akan diceritakan. Namun keagungan cinta Rahwana kepada Sinta yang akan diulas dalam cerita ini. Betapa agung dan hormatnya Rahwana, raksasa yang merajai Alengka dengan segala kemewahan dan kekuasaannya yang luas. Raksas...