Sang surya tenggelam dari ufuk barat, perlahan-lahan kegelapan mulai datang menyelimuti angkasa. Rembulan pun naik ke atas, menggantikan sang mentari bersama puluhan bintang-bintang.
Malam ini, Genandra berencana pergi keluar seperti yang sudah ia janjikan kepada Akira. Ia hanya mengenakan kemeja flanel sebagai outer yang dibalut dengan kaos putih polos, beserta celana jeans hitam dan sepatu sneakers. Tidak terlalu berlebihan untuk digunakan sekedar main keluar, yang terpenting bisa membuat dia nyaman saat memakainya.
"Ciee tumben rapih banget pakaiannya, mau pergi kemana nih?" goda Viola yang tengah duduk-duduk di ruang tamu sambil memainkan handphonenya.
"Kepo banget sama urusan orang," ketus Genandra terus berjalan melangkahkan kakinya menuju pintu rumah.
"KAK GUA NITIP BOBA YAH!!!" teriaknya sangat kencang.
Di luar rumah, Genandra mengendarai sebuah mobil berwarna putih yang terparkir di dalam garasi, menyalakan mesin kendaraan tersebut dan pergi menuju ke rumah Akira terlebih dahulu untuk menjemput gadis itu.
********
"Kakak Arzan, lihat Akira bagus gak pakai baju ini?" Akira mengenakan cropped cardi yang dipadukan dengan rok plisket bermotif pola, serta memakai sepatu sneakers berwarna putih.
"Cantik kok cantik, Adik Kakak pakai apa aja cocok," balas Arzan seraya membelai rambut Akira.
"Hihi, makasih Kak."
Kak Genandra send you a message~
Genandra:
"Gue sudah sampai di depan rumah lo."
Perasaan Akira semakin merasa senang setelah membaca pesan singkat tersebut, bahkan sampai sekarang ia masih sulit untuk percaya.
"Udah sana gih berangkat, pulangnya jangan malem-malem ya!" ujar Arzan mengerti berasal dari siapa pesan singkat itu.
"Iya, Akira berangkat dulu yah Kak," pamit Akira mencium punggung tangan Kakaknya.
"Iya hati-hati!" balas Arzan dan mengantarkan Akira sampai di depan pintu rumah saja.
Akira melambai kepada Arzan sambil berjalan menuju mobil putih yang terparkir di depan pagar rumah mereka.
"Hati-hati ya, pulangnya jangan malem-malem!" teriak Arzan ketika Adiknya sudah masuk ke dalam mobil tersebut, dan perlahan mulai melihatnya berjalan pergi.
********
Di dalam mobil, suasananya terasa sepi dan canggung, Akira tidak mau ketika momen super langka di dalam hidupnya ini sia-sia begitu saja.
"Tumben Kak Genan bawa mobil, memang sepeda motor Kakak kemana?" tanya Akira memulai pembicaraan.
"Di rumah," balas Genandra menghentikan topik pembicaraan begitu cepat.
"Kenapa gak bawa sepeda motor aja?" tanya Akira sekali lagi.
"Ini sudah malam, gak baik cewek boncengan sama cowok pakai sepeda motor kayak gitu, joke motor gue kan tinggi. Lagian gak enak juga dilihat orang, kasihan lo nya juga nanti," jawab Genandra.
"Owh," respon Akira tidak pernah menduga, kalau Genandra bisa berpikiran jauh seperti itu. Rasa kagum kepada laki-laki itu, tumbuh semakin besar di dalam hatinya.
Sekali lagi, keheningan kembali menyelimuti suasana, mereka fokus kepada aktivitasnya masing-masing. Genandra sibuk mengemudikan mobil, sedangkan Akira asik memainkan handphonenya.
Hingga, Genandra melirik Akira melalui kaca spion tengah mobil, dan tiba-tiba saja menepikan mobilnya di pinggir jalan.
"Kak Genan, kenapa berhenti? Kita sudah sampai?" tanya Akira.
"Lihat gue sekarang!" pinta Genandra agar Akira menatap wajahnya, ia pun menuruti kemauan laki-laki tersebut.
Tangan Genandra terangkat ke arah wajah Akira, lebih tepatnya ke arah bibirnya. Jari jempolnya menghapus sapuan liptint di bibir mungil gadis itu.
Akira dapat merasakan bagaimana halusnya jemari Genandra menyentuh bibirnya, ia sama sekali tidak bisa menyembunyikan rasa malu bercampur senang, sekarang pipinya sudah menyemu merah.
"Kan sudah gue bilang gak perlu pakai make up," ujar Genandra mengelap ibu jarinya dengan tisu.
"Kan Akira cuma ingin kelihatan cantik aja, aku takut kalau nanti pergi jalan sama Kakak, malah membuat Kak Genan malu," balas Akira menundukkan kepala.
"Buat apa malu, lo sudah cantik walau tanpa make up pun. Gue lebih suka cewek yang tampil sederhana daripada dandan terlalu berlebihan. Itu malah membuat gue risih," balas Genandra dan kembali melanjutkan perjalanan mereka.
Masih dengan posisi menundukkan kepala, Akira tidak bisa mengontrol jantungnya yang sedari tadi berdegup kencang. Jari-jemarinya perlahan memegang bibirnya yang masih terasa hangat itu.
Beberapa menit kemudian, akhirnya mereka berdua telah sampai di sebuah pasar malam yang sangat ramai. Dari kejauhan saja sudah terlihat banyak sekali lampu warna-warni, wahana-wahana yang menyenangkan, serta orang-orang yang berjualan aneka macam makanan.
"Ayo masuk!" ajak Genandra setelah selesai memarkirkan mobilnya.
"Okey," balas Akira mengangguk semangat.
Ketika melewati pintu masuk pasar malam, iris mata Akira tidak henti-hentinya memandang seluruh pemandangan menakjubkan di sana. Dia sudah merasa tidak sabar untuk merasakan segala keseruan malam ini.
"Wah seru banget," pandangan Akira tertuju pada sebuah bianglala yang sedang berputar, berhiaskan ribuan lampu-lampu yang sangat cantik.
"Kak Genan tahu darimana kalau ada pasar malam di sini?" tanya Akira.
"Ya, gue sudah sering ke sini soalnya," balas Genandra.
"Beneran? Wah keren banget, pasti sama Adik Kakak Viola itu ya?"
"Bukan, tapi Aleena," batin Genandra, pandangannya tertuju kepada komedi putar di depan sana. Itulah salah satu wahana yang sering ia naiki bersama dengan Aleena dahulu.
"Gua beliin lo es krim, mau gak?" tawar Genandra.
"Mau mau," jawab Akira dengan kedua mata berbinar.
"Oke, ayo!" ajak Genandra tersenyum kecil.
"Tempat yang sama, namun dengan orang yang berbeda, ternyata permainan takdir memang sangat mengejutkan."
Semangat kak yok up lagi😗
Comment on chapter Mas fiksi lebih menggoda