"Gak bisa dibiarin nih," Akira naik pitam, dengan buru-buru ia menyeberang jalan untuk menghampiri Genandra yang tengah bersama seorang gadis di sisinya.
"Heh," ucap Akira menepis kasar tangan Genandra agar menjauh dari kepala perempuan itu. "Kamu siapa? Berani-beraninya berduaan di sini sama Kak Genan," sambungnya meluapkan amarah.
"Eh lo ngapain sih? Dateng-dateng bikin ribut," sebal Genandra turun dari atas joke motornya, menatap tajam iris mata Akira.
"Kok Kak Genan marahnya sama aku sih? Akira tanya, ngapain Kakak berduaan di sini sama dia," balas Akira sembari menunjuk kepada gadis tersebut, yang berdiri di samping tubuh Genandra.
"Dengar ya Kak, Kak Genan itu milik Akira, aku gak suka lihat Kakak dekat-dekat sama cewek lain," pungkas Akira terlihat serius.
"He... hei su-sudah ya tenang," sahut gadis itu mulai merasa takut, ia seperti berada ditengah-tengah pertengkaran antara sepasang kekasih. "Gue bisa jelasin kok."
"Jadi lo yang namanya Akira."
"Iya, emang kenapa?" ketus Akira, perasaan cemburu tumbuh begitu besar di dalam hatinya.
"Salam kenal gue Viola, Adik kandung Genandra," ucap Viola mengulurkan jabatan tangan kepada Akira.
"A-apa," batin gadis itu terbelalak, "ja-jadi dia."
"Maafin gue ya sudah buat lo marah. Tenang aja kok, gue gak punya hubungan apa-apa sama dia, kita berdua kan saudara. Masa iya sih, Adik pacaran sama Kakaknya sendiri," sambung Viola tersenyum ramah.
"I-iya, aku yang seharunya minta maaf karena sudah salah paham," balas Akira tiba-tiba gugup mencoba melirik sedikit kepada Genandra, nyatanya laki-laki itu sudah sangat malas untuk menatap Akira.
"Gawat Akira, Kak Genan semakin benci sama lo," batinnya menyesal.
"Udahlah Dek, ngapain lo harus bersikap baik sama cewek gila macam dia. Ayo, gue anterin lo pulang!" ujar Genandra kepada Viola, tidak memperdulikan keberadaan Akira.
"Sebentar Kak!" tahan Viola.
"Mmmm, lo gak pulang? Udah sepi banget loh di sini, kalau kita berdua pergi nanti lo sendirian," ujar Viola merasa kasihan.
"Iya sih, daritadi aku coba telepon Kakak aku buat jemput, tapi nomornya gak aktif," balas Akira membuat Viola khawatir.
"Mmm gimana ya?" Gumam Viola berpikir.
"Nah gini aja, lo pulangnya diantar sama Kakak gue aja ya!"
"Gak!" tolak Genandra cepat, "Kalau gue anterin dia pulang, terus lo gimana Dek? Lagipula gue juga ogah bonceng dia," ketus Genandra, membuat Akira semakin merasa bersalah.
"Enggak apa-apa kok, aku bakal coba buat telepon Kakak aku sekali lagi, siapa tahu diangkat. Kalian berdua pulang aja," balas Akira merasakan sakit di dadanya.
"Eh jangan gitu, Kakak gue sebenarnya mau kok, cuman gengsi aja."
"La-"
"Diem!" suruh Viola melotot kepada Genandra.
"Ya mau ya! Dianter Kakak gue pulang," mohon Viola memegang kedua telapak tangan Akira.
"Lo suka kan sama dia? Ini kesempatan kalian berdua biar bisa makin deket satu sama lain," pinta Viola terus-menerus dan akhirnya gadis itu pun mau menerima ajakan tersebut.
"Nah gitu dong, ayo cepetan naik!" Viola menyuruh agar dua anak itu segera naik ke atas motor dan memberikan sebuah helm kepada Akira.
"Ck, terus lo nya gimana La?" decak Genandra mengkhawatirkan Viola.
"Gue enggak apa-apa kok Kak, lagian dia juga kasihan. Lo gak pekaan banget sih jadi cowok," bisik Viola mencubit pinggang Genandra.
"Cepetan gih berangkat, gue udah kasih tahu Bunda kok suruh jemput di halte bus depan."
"Beneran gak masalah La? Ya udah gue berangkat dulu ya, kalau ada sesuatu telepon gue aja langsung," ucap Genandra lalu menyalakan mesin motor tersebut.
"Akira pegangan yang erat ya, Kak Genan kadang suka ngebut soalnya," ujar Viola hanya dibalas senyum tipis oleh anak itu.
Motor Genandra pun melaju meninggalkan Viola, ia bisa melihat punggung Kakaknya beserta Akira mulai menjauh. "Hati-hati ya! Jagain calon Kakak iparnya Viola!" teriak Viola.
Bunda is calling you~
"Viola, kamu beneran mau dijemput di halte bus dekat sekolah Kakak kamu sayang?" tanya Nyonya Sena dalam panggilan telepon.
"Hehehe, iya Bunda tadi Viola ada tugas kerja kelompok di rumah temen, kebetulan tempatnya deket sama sekolahnya Kakak," balas Viola.
"Kenapa gak bareng sama Kakak kamu aja? Dia belum pulang kayaknya."
"Kak Genan lagi kencan Bun."
"WHAT? KENCAN???"
"Ish, biasa aja dong Bun, telinga aku jadi sakit nih," kesal Viola merasakan telinganya berdenging.
"Kencannya sama cewek kan?"
"Enggak Bun sama Om-om India, ya sama cewek lah Bun. Emang Bunda pikir Kak Genan gay apa? Aneh Bunda."
"Bunda kan cuman memastikan aja, soalnya Kakak kamu itu anti banget sama cewek, diajak ngobrol sama anaknya temen Bunda waktu itu aja diem terus, dingin banget deh pokoknya," curhat Bunda.
"Denger kan kata Viola ya Bun, sedingin dinginnya kutub Utara pasti bakal meleleh juga. Cewek nya Kak Genan itu diibaratkan seperti matahari, yang sudah ditakdirkan untuk hadir mencairkan hati seorang Genandra."
"Halah gaya mu La. Ya udah, Bunda jemput ya sekarang, tunggu di sana jangan kemana-mana," ucap Nyonya Sena lalu menutup panggilan telepon.
"Siap Bunda!" balas Viola.
Semangat kak yok up lagi😗
Comment on chapter Mas fiksi lebih menggoda