Di dalam perjalanan, Genandra dan Akira saling diam satu sama lain, laki-laki itu hanya sibuk menyetir, sedangkan di sisi lain Akira memilih untuk menikmati pemandangan jalan dengan sepoi-sepoi angin sejuk menyapu wajahnya.
Terdapat rasa bersalah timbul di dalam benak Akira, mungkin Genandra kesal karena dia Adik perempuannya tidak bisa pulang bersama dengannya. Sedangkan, Akira bertindak egois hanya mengedepankan soal perasaannya saja.
Kedua tangan Akira mulai terasa penat dan pegal, karena sedari tadi ia hanya berpegangan pada belakang besi motor saja. "Tahan Akira, gue tahu ini capek," batin Akira merasakan kedua telapak tangannya mulai berkeringat.
Tiba-tiba saja Genandra mengegas sepeda motornya, sontak Akira langsung berpegangan pada pundak Genandra karena terkejut. "Pegangan yang bener," ucap Genandra, ternyata tanpa Akira sadari dari awal mereka berangkat, diam-diam Genandra mencuri pandang melalui kaca spion motor.
"Pegangan di pundak gue aja, jangan di situ. Gue gas dikit melayang nyawa lo."
"I-iyah," balas Akira gugup, wajahnya sudah merah seperti kepiting rebus.
"Gak perlu dibawa perasaan, gue ngelakuin ini bukan karena suka sama lo. Adik gue yang minta buat nganterin lo sampai ke rumah dengan selamat." Mendengar jawaban seperti itu, seakan-akan memberitahu kepada Akira agar tidak terlalu berharap lebih kepada dirinya.
Suasana kembali senyap, tidak terdengar lagi perbincangan antara mereka.
"Kak Genan," lirih Akira memanggil.
"Hm?" deham Genandra.
"Boleh anterin aku ke toko alat tulis sebentar gak? Aku mau beli bolpoin soalnya."
"Oke," balas Genandra sesuai permintaan dari Akira, ia membelokkan kemudi motornya menuju ke toko alat tulis.
Sesampainya di sana....
"Lo masuk aja, gue tunggu di sini jangan lama-lama."
"Oke," balas Akira lalu berjalan memasuki toko tersebut.
Di dalam sana, Akira langsung menuju ke tempat di mana peralatan tulis berada, karena sudah terbiasa datang ke toko ini jadi Akira tahu dimana letak-letak barang di dalam toko tersebut.
"Ck kok lama banget sih, ngapain itu anak," batin Genandra karena sudah lima belas menit lamanya dia menunggu di luar, akan tetapi Akira belum kembali juga.
Akhirnya, Genandra pun memutuskan untuk ikut masuk ke dalam toko tersebut menemui Akira. Sesampainya di dalam, Genandra terpaksa berkeliling terlebih dahulu untuk mencari keberadaan gadis itu, tempatnya yang cukup besar membuat dirinya harus ekstra lebih sabar.
Sepasang manik mata elangnya melihat seorang gadis berdiri membelakangi dirinya, ia terlihat sibuk tengah memilih-milih sesuatu. Genandra yang mengira bahwa itu adalah Akira, dia pun segera menghampirinya.
"Lama banget sih!" ucap Genandra sontak membuat tubuh gadis itu berputar menghadap ke arahnya.
"Kak Genan," ujar Akira sambil memegang dua buah bolpoin dengan motif beruang di kedua tangannya.
"Maaf Kak, Akira lagi sibuk milih bolpoin nih. Aku bingung mau beli yang mana," jawab Akira menatap bingung, ke arah dua buah bolpoin yang memang sama-sama lucu.
"Pilih begituan aja butuh waktu lima belas menit," cibir Genandra kesal, untuk yang kesekian kalinya dia dibuat heran dengan sifat perempuan. Pilih satu barang aja apa susahnya?
"Hm," Genandra langsung mengambil dua buah kotak bolpoin yang sama seperti yang Akira pegang, langsung meninggalkan perempuan itu menuju kasir.
"Kak! Ngapain kotaknya dibawa juga?" teriak Akira namun laki-laki itu tidak menghiraukannya.
"Ini Mbak," Genandra menaruh dua buah kotak bolpoin tersebut di atas meja kasir.
"Baik," jawab Mbak kasir.
"Kak," panggil Akira yang sudah berada di samping tubuh Genandra.
"Akira gak beli dua kotak Kak, satu bolpoin aja udah cukup. Aku gak bawa uang lebih," bisik Akira pelan agar tidak terdengar oleh penjaga toko.
"Gue yang bayarin," balas Genandra dingin.
"Ta-tapi kak-"
"Kalau gak begini gak bakalan selesai, gue juga punya urusan lain gak cuma nunggu lo di sini."
"Owh," balas Akira tertunduk, sekali lagi perasaan bersalah memenuhi isi kepalanya, sudah dua kali Akira membuat Genandra kerepotan.
Pelan-pelan kedua bola mata Akira melihat ke arah boneka pinguin yang begitu imut terpajang di sana, benda empuk itu sangat menarik perhatiannya. "Lucu banget," batin Akira merasa gemas, ingin sekali dia memeluk boneka itu.
"Cukup Akira, jaga mata lo!" batin Akira langsung memalingkan pandangannya, jangan sampai dia tergoda oleh benda lucu tersebut.
"Mbak," panggil Genandra kepada Mbak kasir yang baru saja selesai menghitung barang belanjaannya.
"Iyah?" tanya Mbak kasir.
"Harga bonekanya berapa?" balas Genandra seketika membuat mata Akira melotot.
"Owh yang itu, lima puluh ribu, kita lagi ada diskon soalnya," jawab Mbak kasir.
"Saya mau satu yang warna biru."
"Baik saya ambilkan," Mbak kasir segera mengambilkan boneka pinguin berwarna biru tersebut, dan ikut memasukkannya ke dalam kantong kresek lalu diberikan kepada Genandra.
"Ini Mbak uangnya," Genandra memberikan beberapa selembar uang kepada Mbak kasir.
"Baik, terima kasih."
"Nih bawa!" titah Genandra memberikan kantong kresek berisi dua buah kotak bolpoin serta satu boneka pinguin kepada Akira.
"K-Kak, bo... bonekanya?" bingung Akira yang masih merasa tidak percaya, dia ini cenayang atau apa? Bisa tahu isi hati orang.
"Kenapa? Gak suka? gue kembalikan lagi nih ke kasir."
"Suka kok suka," jawab Akira cepat.
"Haha, kalian berdua ini pasangan ya? Romantis banget lihatnya, jadi iri saya," ujar Mbak kasir yang hanya bisa tersenyum melihat tingkah kedua remaja itu.
"Bukan Mbak, dia teman saya," jawab Genandra lalu mengajak Akira untuk segera pergi keluar.
-Di luar toko alat tulis.
"Kenapa tadi Kak Genan gak iyain aja omongan dia," sebal Akira.
"Gue emang gak punya hubungan apa-apa sama lo," balas Genandra lalu memakai helm full face nya.
"Cepetan naik, gue tinggal nih!"
"Iya-iya yang sabar. Emosian banget jadi cowok, untung Akira suka," balas Akira dan segera naik ke atas motor Genandra.
Semangat kak yok up lagi😗
Comment on chapter Mas fiksi lebih menggoda