---
"Dia adalah wanita terfavoritku yang pernah singgah di dalam hatiku" -Aldy Rifaldan
---
-Hubungannya sudah kandas, tapi kenangannya masih berbekas-
---
Nasyila Azzahra atau sebut saja Syila, Wanita cantik pindahan dari Bandung yang memikat banyak hati lela...Read More >>"> Memories About Him (11. Ungkapan rasa suka) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Memories About Him
MENU
About Us  

"Ayok pulang!" ajak Aldy yang sudah selesai makan. 

Terlihat Syila yang menampilkan wajah cemberutnya, "Yah, kok pulang?" tanya Syila

"Kan udah malem, tadi bilangnya mau jam 8 aja pulangnya," jelas Aldy kepada Syila. 

Syila terdiam, "Tapi, gue mau naik wahana yang lain juga. Pulangnya jam 9 aja deh."

Aldy menghela nafasnya. Aneh sekali wanita yang ada di depannya ini. Tadi, Ia ingin pulang jam 8, tapi sekarang, Ia ingin pulang jam 9.

"Ya udah. Mau naik kora-kora lagi?" tanya Aldy dengan kekehan.

Syila langsung menggeleng kuat, "Enggak. Nggak mau! Bisa muntah lagi gue." 

"Ya udah, mau nya naik apa?"

"Naik haji."

Aldy kembali menghela nafasnya, "Kalau naik haji, semua orang juga mau kali," ucap Aldy yang langsung di balas cengiran khas dari Syila.

"Itu. Mau naik itu," ucap Syila sembari menunjuk tangannya ke arah wahana komedi putar.

"Oke."

Dan akhirnya, mereka menaiki wahana tersebut dengan secara bersamaan. 

...

"Gimana? seru nggak?" tanya Aldy sehabis menaiki wahana tersebut.

Syila pun menggangguk dengan penuh semangat, "Seru banget, Al. Makasih banyak ya," ucapnya dengan senyuman manisnya.

Aldy gugup seketika, "O-oh i-iya, sama-sama " 

Mereka pun masih berjalan dengan santai. Entah, mereka juga bingung harus pergi kemana. Pulang atau tetap berada di pasar malam tersebut.

Jam sudah menunujukkan pukul 20:15 dan ternyata Syila belum mau pulang. Dia masih betah di sini. 

"Mau pulang atau lanjut main yang lain?" tanya Aldy.

Syila yang di tanya seperti itu pun langsung sangat antusias menjawabnya. Tapi, Ia masih berusaha untuk biasa saja. 

"Kalau gue jawab, emangnya bakal lo turutin?" tanya Syila yang mengode.

Aldy langsung menyilangkan kedua tangannya ke dada. Dan berpura-pura seperti orang yang sedang berfikir, "Turutin nggak ya?" 

Syila pun menoleh ke Aldy, "Ya udah, kalau nggak mau nurutin, kita pulang aja!" 

"Ehh, enggak. Gue turutin kok, gitu aja ngambek," ucap Aldy. "Dasar tukang ngambek."

"Ish, yang bener. Lo bakal turutin gak?"

"Gue turutin, asal jawabannya bukan 'terserah', sih," ucap Aldy yang sedetik kemudian langsung tertawa.

"Nggak kok, enggak," balasnya.

Aldy pun menunduknya kepalanya agar sejajar dengan Syila, "Kalau gitu, mau naik wahana apalagi, wahai Gadis Bandung?"

Deg

Jarak mereka yang tampak lumayan dekat, membuat nafas Syila seolah-olah berhenti sejenak. Dan itu membuatnya harus menetralkan jantungnya.

"N-nggak naik wahana," ucap Syila sembari membuang muka ke arah kanan.

"Saltingnya lucu, jadi pengen gue nikahin," ucap batin Aldy.

Aldy yang seolah-olah paham kalau wanita di depannya ini sepertinya salting, maka Ia pun kembali menjauhkan kepalanya dari wajah Syila.

"Terus naik apa?" tanya Aldy. "Naik pelaminan?"

"HAH?!" kaget Syila. "Apa sih, enggak ya. Itu mah wisata masa depan."

Aldy pun mengangguk, "Iya betul, dan masa depan gue ada di samping gue sekarang."

Syila langsung reflek menoleh ke arah Aldy. Tadi nya Ia berfikir kalau yang di maksud Aldy adalah dirinya, namun Ia tidak mau terlalu percaya diri.

"Siapa?" tanya Syila yang pura-pura tidak tahu. 

Aldy langsung menoleh, "Siapa lagi kalau bukan lo?" 

Blush

Pipi Syila langsung memerah, entah karena apa. Apakah Ia salting dengan kata-kata manis yang baru saja di lontarkan oleh Aldy?

"Cieee, salting," ledek Aldy kepada Syila yang berada di sampingnya.

"H-hah? e-enggak. Ngapain juga salting?" ucap Syila yang sepertinya berbohong.

"Yakin?" 

Syila langsung berdeham, "Ekhem. Yakin lah, ngapain salting karena janji manis?" ucapnya. "Oh iya, gue mau main pencapit boneka," lanjutnya yang mengalihkan pembicaraan.

Aldy langsung mengedarkan pandangannya ke arah sekitar guna mencari tukang pencapit boneka.

"Emangnya ada?" tanya Aldy yang tak menemukan tukang pencapit boneka.

"Ada. Makanya, ayok cari!" ajak Syila 

...

"Kan, apa gue bilang. Ada, kan," ucap Syila. "Makanya, apa-apa tuh di cari dulu. Cari nya juga pakai mata."

"Iya-iya," pasrah Aldy.

Karena mau bagaimana pun, berdebat dengan wanita tidak akan ada gunanya, pikirnya.

"Gue dulu atau lo dulu?" tanya Syila kepada Aldy.

"Gue sih gimana lo aja," ucapnya.

"Oke. Lo dulu, tapi ambil bonekanya sesuai dengan boneka yang gue mau," ucap Syila.

Aldy pun mengangguk mantap, "Oke. Begitu juga sebaliknya."

"Oh iya, yang kalah karena nggak bisa ambil bonekanya harus beli ice cream. Dan rasa nya harus sesuai sama apa yang pemenangnya mau," ucap Syila yang mulai bertaruh. "Percobaan ambil boneka cuman 3 kali."

Aldy berpikir sejenak, "Nantangin nih ceritanya?" tanya Aldy yang di angguki langsung oleh Syila.

"Oke, siapa takut." balas Aldy.

"Dasar cewek, bilang aja kalau mau ice cream, ini pakai nantangin segala," batinnya.

Tantangan pun di mulai. 

Aldy mulai mengarahkan pencapitnya ke boneka yang Syila mau. Tapi, saat Ia ingat kalau yang gagal harus membelikan ice cream, maka Aldy pun langsung pura-pura tidak bisa mengambil boneka tersebut agar bisa membelikan Syila ice cream.

Setelah 3 kali percobaan dan Aldy tetap gagal. Maka, Aldy di nyatakan kalah sehingga harus membelikan ice cream yang Syila mau.

"Yeayyy... lo kalah. Dan lo harus beli dua ice cream buat gue," ucap Syila yang langsung membuat Aldy terkejut.

"Dua?" 

Syila mengangguk, "Gue mau nya dua ice cream."

Seketika Aldy langsung terkekeh, "Oke, permintaan di terima, wahai Gadis Bandung." 

Dan giliran Syila yang memainkan pencapit bonekanya.

"Dapett, pliss dapett..."

"Yahh, jatoh lagi."

"Ihhh dikit lagi, dikit lagi..."

"Pliss jangan jatoh lagi..."

Itulah pekikan-pekikan dari Syila yang sibuk sendiri dengan mainan pencabit boneka tersebut. Ya walaupun banyak sekali ocehan-ocehan yang di lontarkan oleh Syila, tapi pada akhirnya Syila pun bisa mendapatkan boneka yang Di pinta oleh Aldy.

"Yeyy dapet." 

Syila pun senang, tetapi di sisi lain Ia juga sedikit sedih. Karena, boneka yang di ambil nya saat ini adalah boneka yang Ia mau tadi, tapi, ternyata Aldy juga menginginkan boneka yang sama.

"Dengan berat hati, gue kasih boneka yang gue incar tadi ke lo," ucap Syila dengan nada yang pelan.

Aldy menatap Syila dengan intens. Syila sudah sedari tadi menyodorkan bonekanya ke Aldy, tapi Aldy tak kunjung menerima boneka tersebut.

"Kok nggak di ambil bonekanya?" tanya Syila 

Lagi-lagi Aldy kembali mensejajarkan kepala nya ke wajah Syila. Syila pun langsung terdiam tanpa kata karena sudah terlanjur deg-degan.

"K-kenapa?" tanya Syila yang gugup.

"Gue cowok. Yakali gue mau boneka," ucap Aldy.

Syila langsung membolakkan matanya, "Terus kenapa lo suruh gue buat ambil boneka ini?" tanya Syila 

"Karena itu yang lo mau. Jadi, pilihan lo..."

"... pilihan gue juga" ucap Aldy sembari menoel hidung Syila.

Blush

Lagi-lagi Aldy membuatnya salting dan merubah pipi nya menjadi kepiting rebus. Syila terkejut, dan entah apa lagi yang Ia rasakan. Ia tidak bisa mendeskripsikan perasaannya saat ini karena sudah terlanjur salting di buatnya.

"Maksud lo?" tanya Syila kepada Aldy.

"Ini buat lo, cantik," ucap Aldy dengan mencubit pipi Syila.

Dan...

Lagi-lagi Syila salting di buatnya. 

"K-kenapa buat gue?" tanya Syila.

"Karena gue gak mau boneka," jelas Aldy yang membuat Syila terkejut.

"Terus, lo mau nya apa? yang lain? nanti gue ambilin, deh," ucap Syila yang merasa bersalah.

Aldy menggeleng, "Gue nggak mau yang lain, gue cuman mau lo, bahagia."

Syila terdiam, selalu ada kata-kata Aldy yang membuat dirinya diam tak berkutip lagi.

"A-apaan, sih," ucap Syila yang tengah salting sekarang. "Udah ah, beliin gue ice cream sekarang. Karena tadi, lo kalah."

Aldy pun mengangguk mantap, "Siap, wahai Gadis Bandung."

Aldy dan Syila pun beranjak dari sana. Mereka pun mencari tukang ice cream berada.

"Itu ice cream," tunjuk Syila.

Aldy pun menajamkan matanya ke arah yang Syila tunjuk, "Tajam banget mata lo kalau soal jajanan," ucapnya sambil terkekeh.

"Oh iya dong. Gue 'kan doyan jajan" 

Dan pada akhirnya, mereka membeli tiga ice cream. Satu untuk Aldy, ice cream rasa coklat. Dan dua nya lagi untuk Syila, Si tukang jajan, satu rasa coklat dan satu rasa strawberry.

"Lo suka banget sama ice cream, ya?" tanya Aldy yang langsung di angguki oleh Syila.

"Iya, gue suka banget sama ice cream," ucapnya. "Tapi, bukan ice cream aja. Jajanan yang lain juga gue suka."

Aldy pun hanya mengangguk-angguk saja sembari menikmati ice cream rasa coklatnya. 

Dan tak lupa juga Ia menatap Syila yang terus menikmati salah satu ice cream nya.

"Bakal abis itu?" tanya Aldy.

Syila mengangguk, "Abis lah. Gue kan suka banget sama ice cream. Kalau lo? suka apa?"

"Suka lo!" tegasnya.

"HAH?!"

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Dear Diary
592      388     1     
Short Story
Barangkali jika siang itu aku tidak membongkar isi lemariku yang penuh buku dan tumpukan berkas berdebu, aku tidak akan pernah menemukan buku itu. Dan perjalanan kembali ke masa lalu ini tidak akan pernah terjadi. Dear diary, Aku, Tara Aulia Maharani umur 25 tahun, bersedia melakukan perjalanan lintas waktu ini.
Chrisola
589      345     3     
Romance
Ola dan piala. Sebenarnya sudah tidak asing. Tapi untuk kali ini mungkin akan sedikit berbeda. Piala umum Olimpiade Sains Nasional bidang Matematika. Piala pertama yang diraih sekolah. Sebenarnya dari awal Viola terpilih mewakili SMA Nusa Cendekia, warga sekolah sudah dibuat geger duluan. Pasalnya, ia berhasil menyingkirkan seorang Etma. "Semua karena Papa!" Ola mencuci tangannya lalu membasuh...
Surat untuk Tahun 2001
3064      1710     2     
Romance
Seorang anak perempuan pertama bernama Salli, bermaksud ingin mengubah masa depan yang terjadi pada keluarganya. Untuk itu ia berupaya mengirimkan surat-surat menembus waktu menuju masa lalu melalui sebuah kotak pos merah. Sesuai rumor yang ia dengar surat-surat itu akan menuju tahun yang diinginkan pengirim surat. Isi surat berisi tentang perjalanan hidup dan harapannya. Salli tak meng...
Why Joe
1043      540     0     
Romance
Joe menghela nafas dalam-dalam Dia orang yang selama ini mencintaiku dalam diam, dia yang selama ini memberi hadiah-hadiah kecil di dalam tasku tanpa ku ketahui, dia bahkan mendoakanku ketika Aku hendak bertanding dalam kejuaraan basket antar kampus, dia tahu segala sesuatu yang Aku butuhkan, padahal dia tahu Aku memang sudah punya kekasih, dia tak mengungkapkan apapun, bahkan Aku pun tak bisa me...
Dramatisasi Kata Kembali
648      324     0     
Short Story
Alvin menemukan dirinya masuk dalam sebuah permainan penuh pertanyaan. Seorang wanita yang tak pernah ia kenal menemuinya di sebuah pagi dingin yang menjemukan. \"Ada dalang di balik permainan ini,\" pikirnya.
In Your Own Sweet Way
387      270     2     
Short Story
Jazz. Love. Passion. Those used to be his main purpose in life, until an event turned his life upside down. Can he find his way back from the grief that haunts him daily?
RIUH RENJANA
338      258     0     
Romance
Berisiknya Rindu membuat tidak tenang. Jarak ada hanya agar kita tau bahwa rindu itu nyata. Mari bertemu kembali untuk membayar hari-hari lalu yang penuh Renjana. "Riuhnya Renjana membuat Bumantara menyetujui" "Mari berjanji abadi" "Amerta?"eh
Sebuah Kisah Tentang Dirinya
856      494     0     
Romance
Setiap orang pernah jatuh cinta dan mempunya ekspetasi tinggi akan kisah percintaannya. Namun, ini adalah kehidupan, tak selalu berjalan terus seperti yang di mau
KSATRIA DAN PERI BIRU
128      109     0     
Fantasy
Aku masih berlari. Dan masih akan terus berlari untuk meninggalkan tempat ini. Tempat ini bukan duniaku. Mereka menyebutnya Whiteland. Aku berbeda dengan para siswa. Mereka tak mengenal lelah menghadapi rintangan, selalu patuh pada perintah alam semesta. Tapi tidak denganku. Lalu bagaimana bisa aku menghadapi Rick? Seorang ksatria tangguh yang tidak terkalahkan. Seorang pria yang tiba-tiba ...
Cinta Tiga Meter
457      290     0     
Romance
Fika sudah jengah! Dia lelah dengan berbagai sikap tidak adil CEO kantor yang terus membela adik kandungnya dibanding bekerja dengan benar. Di tengah kemelut pekerjaan, leadernya malah memutuskan resign. Kini dirinya menjadi leader baru yang bertugas membimbing cowok baru dengan kegantengan bak artis ibu kota. Ketika tuntutan menikah mulai dilayangkan, dan si anak baru menyambut setiap langkah...