— — —


Violin, gadis anti-sosial...Read More >>"> Coneflower (s e c h s :: incident at rest) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Coneflower
MENU
About Us  

"Aku benar-benar nyaman menemukan seseorang yang sangat mengerti diriku, walaupun kamu cuma khayalanku sendiri." 

 

————

 

Kembali ke masa kini.

 

Pintu kelas terbuka sedikit. Violin melirik ke arah luar kelas dengan tatapan mencari tahu. Setelah memastikannya, dia keluar dari kelas sembari menutup pintu kelasnya kembali. Violin berjalan ke arah kursi di depan kelasnya. Di tangannya dia memegang sebuah sketchbook. Selanjutnya, dia duduk di atas kursi, lalu membuka sketchbook miliknya. Di sana terlihat sebuah gambar dari gadis dengan rambut panjangnya yang tergerai, tersenyum manis. 

 

"Wah, apa kau menggambarku, Violin?" Tanya Mytha yang entah datang dari mana. 

 

Violin menoleh, lalu tersenyum kecil. "Iya. Ini kamu dalam gambaranku. Maaf kalau tidak terlalu bagus." 

 

Mytha menunjuk ke arah gambarnya sendiri. "Aku terlihat aneh dengan telunjuk tangan di depan bibir." 

 

Violin menatap ke arah gambarannya sendiri. "Engga kok." Jawabnya. Setelahnya tidak ada jawaban lagi. Violin menoleh ke samping, lalu tidak menemukan siapapun di sampingnya. 

 

Violin tersenyum kecil. Lalu, dia beralih pada gambarannya sendiri. Dia mengambil bolpoin yang dia taruh dengan menyelipkannya pada kertas sketchbook miliknya. Kemudian, dia membalik kertas tersebut. 

 

Violin mulai kembali menggambar. Setelah beberapa menit, gambarannya jadi. Terdapat sebuah sosok yang dibentuk dari beberapa garis oleh bolpoin tersebut. Sekarang, gambar itu menampakkan sosok sebuah pemuda dengan kacamata di wajahnya. Violin memandang gambar itu cukup lama.

 

Namun, lamunannya berakhir saat dia mendengar bel istirahat yang berdering. Violin menghembuskan nafasnya sejenak. Lalu, dia berdiri dan kembali berjalan masuk ke dalam kelasnya. Dia mendekati bangkunya yang ramai dengan Sarah dan teman-temannya. Lalu saat dia sudah duduk, mereka malah beranjak dari sana untuk membeli jajan di kantin. 

 

Violin menundukkan kepalanya sejenak. Lalu, dia berbalik untuk mengambil uang dari tasnya. Setelahnya, dia berdiri lalu beranjak dari sana untuk membeli jajan di kantin. Violin melakukannya sendirian. Tatapannya tertuju pada teman-teman Sarah yang cukup jauh di depannya, mereka tengah berbicara yang terdengar cukup menyenangkan. 

 

Violin memalingkan kepalanya. Hal kemarin sudah cukup untuknya. Dia tidak akan ikut perkumpulan mereka kembali kecuali jika dia butuh. Selanjutnya, dia membeli makanan di sebuah stan. Violin tidak menyerobot seperti yang biasa dilakukan orang-orang, dia tetap mengantri walaupun terkadang diserobot sekalipun. Kemudian setelah mendapatkan makanan, Violin berjalan ke arah jejeran bangku kantin yang ramai. Setelah menemukan tempat yang kosong, dia duduk di sana. Lalu, dia makan mie ayam kesukaannya sembari bermain ponsel. Sampai-sampai tidak sadar dengan orang yang sekarang duduk di depannya. 

 

Violin tersedak terkejut karena tiba-tiba ada seseorang yang duduk di depannya. Itu Cakra. Dia juga membeli makanan sepertinya, lalu memakannya di tempat. Violin menatap ke arah sosok teman yang saat ini tengah makan nasi goreng dengan lahap. Cakra yang sadar karena sedari terus ditatap akhirnya mendongak, dengan cepat Violin langsung memalingkan kepalanya. Dia bahkan kembali makan mie dengan cepat, tetapi justru tersedak. 

 

Cakra tertawa kecil. Apalagi Violin sekarang begitu kebingungan karena terbatuk-batuk. Seperti biasa es teh milik Cakra akan menjadi targetnya. Violin yang terbatuk-batuk langsung meminum es teh miliknya. Lalu, dia menaruhnya dalam kondisi setengah setelah tersedaknya selesai. 

 

"Akhirnya aku berhenti tersedak." Ujar Violin dengan wajah lega. 

 

Cakra mengambil es teh miliknya. "Lain kali beli es teh sendiri gih. Mau sampai kapan terus minum milikku?" Ujarnya dengan senyum yang dipaksakan. 

 

"Teman kan berbagi." Jawab Violin. 

 

"Ini mah namanya mencuri!" 

 

Violin terkikik di tempatnya. "Ya maaf dong, Kra. Salah siapa tiba-tiba noleh ngebuat orang kaget." 

 

"Aku hanya heran kenapa kau terus menatapku seperti itu? Kau terlihat menyeramkan." Balas Cakra dengan kata-katanya yang pedas. 

 

"Siapa ya yang menatapmu?! Oh lalu, apa maksud dengan kata 'kau menyeramkan'? Kau mengataiku, begitu?!" Tanya Violin dengan nada meninggi. 

 

Cakra mengedikkan bahu. "Entahlah. Coba pikir saja sendiri." 

 

Violin memutar bola matanya malas. Lalu, kembali memakan mie nya yang masih tersisa. Cakra menoleh ke arahnya sejenak. Kemudian, melanjutkan aktivitas makannya yang belum selesai. Violin meminum air yang ada di mangkuk, lalu menaruh mangkuk tersebut di meja setelah habis. 

 

"Aku sudah selesai. Ayo segera kembali ke kelas." Ujar Violin sembari beranjak dari tempatnya. 

 

Cakra juga beranjak dari tempatnya. Lalu, mereka berdua mengembalikan piring atau mangkok sisa di stan masing-masing. Setelahnya, Cakra dan Violin berjalan beriringan ke arah kelas. Mereka berbicara dengan suasana yang cukup seru. Entah pembicaraan apa yang terjadi diantara mereka, Violin begitu cukup senang saat berbicara dengan Cakra, begitu pula sebaliknya dengan Cakra sendiri. 

 

Mereka berdua terpisah saat Cakra harus berbelok sementara Violin yang masih berjalan lurus. Setelahnya, Violin menaiki tangga hingga sampai di kelasnya. Dia masuk ke kelasnya, lalu menemukan perkumpulan Sarah di sana. Violin mendekati tempat duduknya, lalu duduk di tempatnya. 

 

"Violin! Kau dekat dengan cowok ya?" Tanya Lina tiba-tiba. 

 

Violin agak terkejut di tempatnya karena tiba-tiba Lina mengajukan pertanyaan aneh seperti itu. Dia melihat ke sekeliling, Sarah dan Bella juga melihatnya. Bahkan, beberapa dari anak kelas juga melihat ke arahnya. Beberapa ada yang tersenyum aneh sembari berbisik-bisik. Semua tatapan itu adalah tatapan yang dia benci. 

 

"Engga, aku engga dekat dengan cowok siapapun." Jawab Violin. 

 

"Heleh! Cakra dari X-3 kamu anggap apa? Cewe? Kamu deket sama dia ya? Apa kalian pacaran?" Tanya Bella dengan pertanyaannya yang menuntut. 

 

Violin tersenyum terpaksa. "Hah, pacaran? Engga. Aku sama dia cuma temenan." 

 

"Kayaknya tiap hari deh kami liat kamu barengan sama dia mulu di kantin. Makan bareng kan kalian? Ih, so sweet sekali!" Ujar Bella dengan wajah salah tingkah. 

 

Violin menggeleng. "Engga. Kami engga pacaran sama sekali." 

 

"Atau jangan-jangan Cakra selama ini suka kamu tapi kamu nya yang engga peka. Engga ada yang ga mungkin, Lin." Ujar Sarah sembari tertawa kecil. 

 

Violin menatapnya bingung. "Dia engga suka aku—" 

 

"Kamu engga pernah nanya perasaan dia ke kamu kan? Coba aja tanya. Kali aja kamu sama dia kejebak friendzone, kasian dia lho Lin." Ujar Bella memotong kata-kata Violin barusan. 

 

"Lihat nih." Ujar Lina sembari menampilkan layar ponselnya. 

 

Di sana ada sebuah foto dimana Violin dan Cakra tengah makan bersama di kantin. Violin langsung mengambil ponsel Lina, lalu menatap foto itu dengan seksama. Tunggu, bukankah ini kejadian barusan? 

 

"Violin.." Itu suara Mytha yang samar-samar ada di pendengarannya. 

 

"Siapa yang memfoto ini?" Tanya Violin. 

 

Lina tersenyum kecil. "Tidak ada yang tahu, Violin. Foto ini sudah menyebar satu angkatan." 

 

Violin melotot terkejut. Jantungnya berdegup kencang. Dia bisa merasakan tangannya bahkan mulai kebas, tidak seluruh tubuhnya. Suara-suara itu datang memenuhi pendengarannya. Kepalanya berubah berat. Membayangkan dirinya yang menjadi bahan pembicaraan bahkan perhatian orang membuatnya tersiksa. Violin menunduk, dia meremat celananya sendiri. 

 

"Lin, Lin, Violin." Panggil Sarah. 

 

Violin beranjak dari tempat duduknya. "Maaf, tapi kayaknya aku harus pergi." Setelahhya, dia keluar dari bangkunya. 

 

"Eh, mau kemana, Violin?" Tanya Sarah. Tetapi tidak digubris oleh Violin. 

 

"Wah! Mau kemana tuh?! Nyamperin X-3 ya?!" Teriak David—ketua kelas—dengan suaranya yang

 

Langkah Violin yang sudah ada di depan kelas terhenti sejenak. Dia menoleh ke arah kelas. Sekarang, seisi kelas memandangnya dengan senyum yang aneh. Penyebabnya karena ketua kelas yang meneriakinya barusan. 

 

"Violin! Kau keren sekali dapat anak dokter! Jangan lupa pj dong!" Teriak Falma di bangku belakang. 

 

"Cie cie Violin udah dapat cowok nih cie!" 

 

"Violin, kamu diam-diam menghanyutkan banget ya. Diam-diam nemuin Cakra, eh." 

 

"Tiap hari saling nyamperin ya. Waduh, sweet sekali deh kalian berdua. Couple goals!" 

 

Violin menundukkan kepalanya. Kedua tangannya tergenggam erat di kedua sisinya. Seluruh anak-anak kelas terus mengoloknya dengan Cakra. Bahkan anak-anak kelas yang tidak pernah berbicara dengannya. 

 

"Aku.. Kami cuma teman!" Teriak Violin di depan.

 

Violet menutup mulutnya. "Cuma teman? Kamu jahat sekali, Violin. Seharusnya kamu tidak menggantungkan perasaan Cakra padamu!" 

 

"Benar tuh! Kasihan Cakra lho Lin. Jangan digantung gitu dong." Mita juga ikut berceloteh. 

 

Violin memalingkan kepalanya. "Siapa yang peduli dengan perasaannya? Toh dia engga pernah suka aku juga." Ujarnya lirih. Setelahnya, Violin berjalan keluar kelas. 

 

"Wih! Nyamperin Cakra tuh! Perhatian banget deh!" Teriak David kembali. 

 

Violin yang sudah di depan kelas hanya menggeleng pelan lalu terus berjalan. Dia berjalan menuruni tangga dengan cepat, berharap segera pergi dari sana. Lalu, saat berjalan menuju kamar mandi. Dia justru berpapasan dengan Cakra dan seluruh kelasnya di depan laboratorium komputer. 

 

"Eh, Violin!" Sapa Cakra sembari melambaikan tangannya. 

 

Seharusnya Cakra tidak menyapanya saat ini karena dia bersama dengan teman-teman sekelasnya. Seluruh murid bahkan guru menatap ke arahnya. Lalu, beberapa murid mulai mengolok-olok mereka. 

 

"Wih! Itu pacarnya Cakra ya?" 

 

"Cakra perhatian sekali, manggil pacarnya gitu." 

 

"Kudengar mereka sering di kantin bareng." 

 

Violin menundukkan kepalanya lagi. Lalu, dia segera berlari menuju ke kamar mandi. Dia menulikan pendengarannya. Dia tidak ingin mendengar apapun. Kemudian, sampailah dia di kamar mandi. Violin membuka pintu kamar mandi dengan perlahan. Matanya langsung tertuju dengan tempat duduk yang terbuat dari semen di depan jejeran toilet. Violin duduk di sana dengan linglung, lalu menundukkan kepalanya. 

 

"Ah.. Kenapa bisa jadi seperti ini?" Violin mengusap wajahnya sendiri. 

 

"Kau tidak apa-apa?" Tanya Mytha yang tiba-tiba muncul di sampingnya. 

 

Violin menoleh. Lalu, menatap Mytha dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Mytha tersenyum kecil. Lalu dia memegang bahu Violin. Dia menepuk-nepuk bahu Violin agar gadis itu lebih tenang. 

 

"Apakah itu sangat mengganggumu?" Tanya Mytha. 

 

Violin mengangguk cepat. "Sangat.. mengganggu." 

 

Mytha hanya terus menatap Violin yang terlihat kebingungan. 

 

"Aku tidak suka dibicarakan orang lain. Kalaupun dibicarakan, aku tidak ingin mendengarnya." Lanjut Violin. Dia menunduk bahkan sampai menutup wajahnya dengan kedua tangan.

 

Mytha menghela nafasnya lalu mengalihkan pandangannya ke depan. "Tapi, kamu emang sering bareng sama dia, Cheryl."

 

Violin menoleh ke arah Mytha dengan mengernyitkan dahi. "Kamu kok.. malah ikut-ikutan yang lain gitu sih, Mytha?" Dia bertanya dengan nada tidak percaya. 

 

Mytha menatap ke arah Violin kembali dengan wajah datar. "Cheryl. Coba sebutkan kapan saja kamu bareng Cakra." 

 

Violin menatap ke arah bawah dengan kosong. Dia tengah berpikir. "Aku lho cuma ketemu dia waktu istirahat!" Jawabnya dengan heboh. 

 

Mytha tersenyum remeh. "Heh, istirahat kedua juga kali, dan itu dilakukan selama setiap hari. Gimana orang-orang ga nyebar rumor aneh-aneh?" 

 

Violin berpikir sembari melirik ke atas. "Setiap hari, setiap istirahat.. Masa sih?" 

 

Mytha mengangguk cepat. "Iya, Cheryl. Setiap hari. Camkan itu, setiap hari."

 

Violin tertawa kecil sembari menggaruk rambut pendeknya tidak gatal. "Masa sih, Tha? Gak ah, ga mungkin." 

 

Mytha melotot sembari mendekatkan wajahnya ke arah Violin. Kedua tangannya berada di dua sisi Violin. Violin menatapnya dengan tatapan terkejut. 

 

"Violin. Jangan sampai kamu tidak bisa mengontrol perasaanmu sendiri." Ujar Mytha dengan nada tajam. 

 

Violin menatapnya bingung. "Apa maksudmu dengan mengontrol? Kamu kira aku suka dia, begitu?" 

 

Mytha menatapnya begitu tajam. "Tidak ada yang tahu ke depannya kau mungkin punya perasaan padanya. Aku ingatkan ini, kontrol perasaanmu. Jangan mengejar seseorang berlebihan, itu seperti orang bodoh." 

 

"Hei! Aku tidak seperti itu! Kau ngomong apaan sih?" Violin naik emosi. 

 

Mytha malah membenturkan dahinya pada Violin. Lalu kembali ke tempatnya semula, sementara Violin merintih kesakitan sembari memegangi dahinya. Mytha kembali pada posisinya dengan wajah yang tajam. Violin yang melihatnya hanya terus kebingungan. 

 

"Mytha. Kamu cemburu kalau aku sama Cakra?" 

 

Mytha menoleh dengan wajah tidak percaya. "Hah?! Apa ya maksudmu?! Ngapain juga aku harus cemburu?!!" Dia mengelak tetapi kata-katanya dia ucapkan dengan nada tinggi. Setelahnya, Mytha kembali menatap ke arah depan dengan wajah yang sama. 

 

Violin tersenyum kecil. "Mytha cemburu aku sekarang bareng sama cowok ya?" 

 

Mytha menatapnya kesal, lalu memalingkan kepalanya. "Berisik!" 

 

Violin menundukkan kepalanya. "Kamu tahu sendiri aku engga punya teman. Makanya aku sering bareng dia sewaktu istirahat." 

 

"Tetep aja kalian cowok cewek, Lin." Jawab Mytha. 

 

Violin menatap ke atas. "Sejujurnya aku engga nganggap dia cowok sih. Dia lebih ke cewek walaupun cowok."

 

Mytha memukul lengan Violin tidak cukup keras. "Tetap aja dia cowok!"

 

Violin tertawa hingga giginya terlihat. Lalu, dia menangkupkan kedua tangannya pada kedua sisi pipi Mytha. "Kamu kok lucu banget sih, Tha. Aku ga percaya alam bawah sadarku bisa buat kamu selucu ini." Ujarnya. 

 

Mytha masih menampilkan wajah tajam. "Jauhi Cakra." 

 

Violin malah memainkan pipi kurus Mytha gemas. "Iya, iya, Mytha sayang. Tapi ku usakan doang ya. Aku gak bisa janji." 

 

Mytha melepaskan kedua tangan Violin. Dia menatapnya bingung. "Kenapa, Lin?" Tanyanya.

 

Violin memiringkan kepalanya sembari tersenyum. "Kamu tahu sendiri kalau Cakra satu-satunya temenku di dunia nyata. Walaupun deketnya di dunia virtual doang sih." 

 

"Iya sih." Jawab Mytha membenarkan.

 

"Dia juga udah tahu banyak hal tentang aku, dan aku juga tahu banyak hal tentang dia. Kita saling percaya, Mytha." 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Selfless Love
3820      1111     2     
Romance
Ajeng menyukai Aland secara diam-diam, meski dia terkenal sebagai sekretaris galak tapi nyatanya bibirnya kaku ketika bicara dengan Aland.
HURT ANGEL
101      78     0     
True Story
Hanya kisah kecil tentang sebuah pengorbanan dan pengkhianatan, bagaimana sakitnya mempertahankan di tengah gonjang-ganjing perpisahan. Bukan sebuah kisah tentang devinisi cinta itu selalu indah. Melainkan tentang mempertahankan sebuah perjalanan rumah tangga yang dihiasi rahasia.
I Hate My Brother
339      237     1     
Short Story
Why my parents only love my brother? Why life is so unfair??
After School
897      614     0     
Romance
Janelendra (Janel) bukanlah cowok populer di zaman SMA, dulu, di era 90an. Dia hanya cowok medioker yang bergabung dengan geng populer di sekolah. Soal urusan cinta pun dia bukan ahlinya. Dia sulit sekali mengungkapkan cinta pada cewek yang dia suka. Lalu momen jatuh cinta yang mengubah hidup itu tiba. Di hari pertama sekolah, di tahun ajaran baru 1996/1997, Janel berkenalan dengan Lovi, sang...
Dialog Tanpa Kata
8806      3148     19     
Romance
Rasi mencintai Sea dalam diam Hingga suatu hari Sea malah dinikahi oleh Nolan kakak dari Rasi Namun pernikahan Sea dan Nolan yang terlihat aneh Membuat Rasi bebas masuk ke kehidupan Sea Bahkan selalu menjadi orang pertama saat Sea membutuhkan bantuan Akankah Sea berpaling pada Rasi atau lagilagi perasaan Rasi hanya sebuah dialog dalam hati yang tak akan pernah terucap lewat kata Sea pada Rasi Ras...
Sunset in February
751      408     6     
Romance
Februari identik dengan sebutan bulan kasih sayang. Tapi bagi Retta februari itu sarkas, Februari banyak memberikan perpisahan untuk dirinya. Retta berharap, lewat matahari yang tenggelam tepat pada hari ke-28, ia dapat melupakan semuanya: cinta, Rasa sakit, dan hal buruk lain yang menggema di relung hatinya.
Something about Destiny
109      93     1     
Romance
Devan Julio Widarta yang selalu dikenal Sherin sebagai suami yang dingin dan kurang berperasaan itu tiba-tiba berubah menjadi begitu perhatian dan bahkan mempersiapkan kencan untuk mereka berdua. Sherin Adinta Dikara, seorang wanita muda yang melepas status lajangnya pada umur 25 tahun itu pun merasa sangat heran. Tapi disisi lain, begitu senang. Dia merasa mungkin akhirnya tiba saat dia bisa mer...
SOSOK
77      68     1     
Horror
Dunia ini memang luas begitu pula seisinya. Kita hidup saat sendiri namun bersama sosok lain yang tak terlihat. SOSOK adalah sebuah cerita yang akan menunjukkan sisi lain dunia ini. Sebuah sisi yang tak terduga dan tak pernah dipikirkan oleh orang-orang
Perverter FRIGID [Girls Knight #3]
1006      395     1     
Romance
Perverter FIRGID Seri ke tiga Girls Knight Series #3 Keira Sashenka || Logan Hywell "Everything can changed. Everything can be change. I, you, us, even the impossible destiny." Keira Sashenka; Cantik, pintar dan multitalenta. Besar dengan keluarga yang memegang kontrol akan dirinya, Keira sulit melakukan hal yang dia suka sampai di titik dia mulai jenuh. Hidupnya baik-baik saj...
Gareng si Kucing Jalanan
5118      2526     0     
Fantasy
Bagaimana perasaanmu ketika kalian melihat banyak kucing jalanan yang sedang tertidur sembarangan berharap ketika bangun nanti akan menemukan makanan Kisah perjalanan hidup tentang kucing jalanan yang tidak banyak orang yang mau peduli Itulah yang terjadi pada Gareng seekor kucing loreng yang sejak kecil sudah bernasib menjadi kucing jalanan Perjuangan untuk tetap hidup demi anakanaknya di tengah...