Read More >>"> Gunay and His Broken Life (23. Kakak, Ayo ke Kebun Binatang) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Gunay and His Broken Life
MENU
About Us  

Seminggu kemudian, tepatnya di akhir minggu, Addly mengajak Yanli untuk jalan-jalan ke suatu tempat berdua. Menghabiskan waktu bersama menikmati manisnya menjadi pengantin baru.

Namun saat Gunay mendengar rencana itu, dia tiba-tiba datang di antara keduanya dan memaksa untuk ikut.

"Pokoknya Gunay ikut, titik! Takutnya Abang gak bisa jagain Kakak nanti. Gunay harus mastiin keamanan kakak!"

Addly sewot, dia mendelik ke arah Gunay. "Jadi kalau kamu ikut semuanya bakal aman gitu?"

"Ya iyalah!" Gunay melipat tangannya bangga. "Btw, Kakak sama Abang rencana mau pergi kemana?"

"Belum ada rencana, sih," jawab Addly. Dia tak peduli pergi kemana, asal bersama Yanli, semuanya akan terasa indah baginya.

"Oke, gimana kalo ke kebun binatang?" ujar Gunay memberi saran.

Namun, tampaknya saran itu tidak disambut baik oleh Addly. Dia berteriak marah, "Bisa-bisanya ngasih saran gak elit banget! Gak! Mending kita ke pekan raya aja."

"Hilih ... bosan, Bang, udah, ke kebun binatang aja, yah? Gunay kangen sama si Cancipin."

"Cancipin siapa?" tanya Addly heran mendengar nama yang tak biasa itu.

Dari sampingnya tiba-tiba Yanli menjawab, "Cancipin itu nama salah satu monyet yang ada di sana, dia favorit Gunay."

Addly menatap Gunay dengan pandangan aneh. Terbentuk garis-garis hitam yang samar di wajahnya.

"Pokoknya Gunay mau kita kebun binatang!" rengek Gunay lagi. Tingkahnya tidak jauh beda Seperti anak usia tiga tahun yang memaksa dibelikan permen.

"Iya-iya, kita ke kebun binatang. Ajak Dimas juga sekalian." Dengan segera Yanli mengiyakan. Dia memang tak pernah mampu untuk menolak permintaan adik tersayangnya itu.

Mata Addly melotot memandangi Gunay dan Yanli bergantian. Apakah dia sedang diabaikan? Kenapa tak ada yang meminta saran darinya?

Mata Gunay berbinar-binar. Namun sedetik kemudian ia menunduk, lalu mengangkat kepalanya lagi. "Ajak yang lain juga boleh kak?"

"Mau ajak siapa?" tanya Yanli.

"Uhm ... Kanselir sama Yumna, hehe."

Yanli tersenyum lembut."Boleh, tapi kalo mereka mau ya, kalau gak mau jangan dipaksa ya, Nay."

Gunay menggumam senang. "Mm!"

Dengan segera ia pergi ke kamarnya mengambil ponsel untuk menghubungi peliharaan tersayangnya, Dimas.

Setelah beberapa menit penuh cacian dan makian yang terlontar dari mulut suci Dimas di seberang telepon, akhirnya ia pun pasrah dan menyetujui ajakan Gunay.

Dengan semangat, ia pun langsung menghubungi Kanselir.

"Hal—"

"Ke kebun BINATANG, yuk, Sel?"

Belum selesai Kanselir berucap halo, Gunay sudah langsung memotong dan menekankan kata 'binatang' pada ucapannya.

Kanselir di seberang sana mendengus, "Gak! Males. Gue mau marathon nonton drama hari ini."

"Gue gak terima penolakan, ya! Pokoknya lo harus ikut! Ajak Yumna juga! Gue tunggu sampe jam 1."

"Lah, kok maksa?!"

"Ini Kak Yanli yang ajak loh? Tega lo nolak?"

"Tap—"

"Kalo lo gak mau, gue kasih tau Mirza kalo selama ini lo sering foto dia diam-diam!"

"Eh iya-iya, tadi gue mau bilang iya kok!"

Telepon langsung dimatikan.

Kanselir tersenyum kecut. Benar-benar sangat kesal pada orang yang baru saja menelponnya tadi. Bisa-bisanya dia diancam?!

Ya, ya. Dia tahu dia salah. Dia memang suka sekali memotret pemuda tertampan di kelasnya itu diam-diam. Soalnya dia memang tak pernah bisa tahan kalau udah lihat cowo ganteng. Apalagi sedang dalam pose yang 'waw'. Jiwa fangirl Kanselir kan meronta-ronta jadinya.

Tapi, bagaimana Gunay bisa tahu?! Apa bocah tengik itu selalu mengawasinya?

Di tempat lain, Gunay sudah tersenyum puas. Berpikir bahwa hari ini pasti akan jadi hari yang menyenangkan.

Dengan riang dia segera berganti pakaian sembari bersiul penuh kebahagiaan.

Saat ia turun, Yanli bertanya, "Mereka setuju buat ikut?"

"Setuju dong kak, senang banget malah. Apalagi Dimas."

"Gak dipaksa, kan?" tanya Yanli masih kurang yakin.

Gunay dengan semangat menjawab, "Enggak dong, Kak!" Matanya mengembang membentuk bukan sabit. Benar-benar merasa percaya diri dengan jawabannya.

Beberapa jam kemudian, tepat jam satu siang. Kanselir dan Yumna datang berbarengan.

Dimas sudah datang sedari tadi dan duduk sambil mengangkat kaki dengan tak berakhlak di sofa mewah Gunay sambil nyemil kacang polong yang selalu tersedia di meja.

Gunay yang juga sedang melakukan hal yang sama sontak berdiri menyambut keduanya dengan senyum cerah.

Baru saja Gunay akan membuka mulutnya untuk mengucapkan kata-kata ngawur, Kanselir sudah memotongnya dengan bertanya, "Mana Kak Yanli?"

"Oh, lagi di dapur sama Bang Addly siapin bekal. Duduk dulu aja nona-nona manis."

Tepat saat Kanselir hendak berjalan ke arah sofa, Yanli dan Addly sudah datang dari arah dapur sambil membawa beberapa rantang berisi cemilan.

"Kanselir sama Yumna udah datang ya, langsung ke mobil aja, yuk?"

Kedua gadis itu serentak mengangguk.

Selama di perjalanan Gunay tak pernah bisa diam. Mulutnya terus mengoceh dan menjahili Kanselir terus menerus.

Dimas yang duduk di sampingnya cuma memutar bola matanya dengan malas. Sedangkan Yanli dan Addly hanya menggeleng pasrah.

Kebun binatang tak terlalu jauh dari pusat kota, hanya butuh kurang lebih 50 menit perjalanan menggunakan mobil dari rumah Gunay.

Segera setelah mereka sampai. Gunay langsung berjalan mendahului yang lain. Dia menarik serta Dimas di rangkulannya.

"Seru kan Mas, ke kebun binatang?" tanya Gunay semangat. Tanpa melihat kening Dimas yang sudah membentuk perempatan.

Senang mata lo, batin Dimas mencela.

Sedangkan di tempat lain, Addly sudah tenggelam dalam pikirannya. Kenapa berasa lagi bawa anak SD pariwisata, sih?

Sedangkan Yanli di sampingnya hanya tersenyum-senyum melihat kedua adiknya itu. Saat Addly menoleh, dia merasa seolah perutnya sedang terisi begitu banyak kupu-kupu. Tak apa dengan kelakuan menyebalkan adik iparnya itu, yang penting dia bisa terus melihat senyum Yanli yang indah ini saja sudah lebih dari cukup.

Mereka berenam kini sudah memasuki kawasan kebun binatang. Tujuan utama Gunay tak lain adalah monyet favoritnya yang bernama 'Cancipin' itu.

Tangannya masih menarik Dimas erat. "Liat Mas! Mirip sama lo, kan?"

Monyet kecil yang bergelantungan itu menatap Gunay dan Dimas polos.

"Iya mirip, serah lo aja deh," desah Dimas pasrah. Benar-benar lelah dengan kelakuan sahabatnya sekaligus sepupunya itu.

"Eh, kok lo gak ngamuk? Gak asih ah."

Dimas menggigit bibirnya geram.

Kini Gunay beralih ke Kanselir.
"Liat Sel, ini namanya Cancipin."

"Lo tau darimana namanya Cancipin? Gak ada tulisannya tuh di kandangnya."

"Emang gak ada, itu nama yang gue kasih buat dia. Kamu suka kan, Pin?" tanya Gunay ke monyet itu.

Monyet itu tak menjawab. Tangannya tanpa Gunay sadari sudah keluar dari pembatas dan menarik rambut Gunay.

"Aw!" Gunay mengerang. Merasa sakit rambutnya ditarik begitu.

"Tuh berarti dia gak suka sama nama yang lo kasih," ujar Dimas memanas-manasi.

Setelah rambutnya terbebas dari genggaman si monyet, Gunay mendelik marah padanya. "Kamu gak suka? Yaudah bikin nama sendiri aja!"

Gunay masih sibuk-sibuk memaki-maki monyet itu ketika semua orang di belakang diam-diam meninggalkannya sendirian.

Saat Gunay berbalik, tak ada seorangpun di belakangnya. Hanya beberapa pengunjung yang kebetulan lewat.

Gunay mendesah berat. Dia kini benar-benar merasa sudah dicampakkan.

Tak butuh waktu lama sampai akhirnya Gunay menemukan mereka lagi. Dia pura-pura ngambek dengan cara diam beberapa saat tanpa berbicara.

Mereka berkeliling kebun binatang beberapa lama, kemudian memutuskan singgah ke rumah makan untuk sekedar mengisi perut. Cemilan yang dibawa Yanli tadi sudah habis selama di perjalanan, jadinya tak ada lagi yang tersisa untuk mereka makan sekarang.

Hingga mereka berenam berkumpul di rumah makan, Gunay masih memutuskan tetap ngambek dan tak bicara.

Yang lainnya merasa agak ngeri dengan atmosfer sunyi ini. Biasanya hanya Gunay lah yang memecah keheningan di antara mereka.

Dimas tak tahan lagi, dia pun menepuk bahu Gunay cukup kuat. "Lo gak lagi kesurupan hantu monyet, kan?"

Gunay tak menjawab, hanya melirik Dimas sebentar lalu membuang mukanya lagi.

Dalam hati Gunay sebenarnya sudah sangat tak tahan. Mulutnya sudah sangat gatal ingin mengoceh.

Akhirnya ia pun menyerah juga. "Kenapa sih harus ninggalin Gunay tadi?"

"Kamu, sih, asik sendiri sama monyetnya. Jadi Dimas ngajak pergi, deh," jawab Yanli.

Mata Gunay langsung berkilat merah, dia menatap Dimas tajam. "Jadi lo pelopor rencana busuk itu?!"

"Iya, haha." Dimas menjawab santai. Tanpa menyadari bahwa tangan Gunay dari belakang sudah melayang ke kepalanya.

"Sakit woi!" protes Dimas.

Dengan cepat Dimas langsung membalasnya. Dan mereka pun berakhir saling pukul.

Kanselir tak membiarkan satupun momen terlewat. Tangannya dengan cepat memotret kedua pemuda yang sedang adu jotos itu.
Yumna ikut terkikik-kikik melihatnya. Yanli dan Addly pun ikut tersenyum.

Semoga saja kebahagiaan ini akan senantiasa bertahan lama. Pikir mereka.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Tentang Hati Yang Patah
459      335     0     
Short Story
Aku takut untuk terbangun, karena yang aku lihat bukan lagi kamu. Aku takut untuk memejam, karena saat terpejam aku tak ingin terbangun. Aku takut kepada kamu, karena segala ketakutanku.bersumber dari kamu. Aku takut akan kesepian, karena saat sepi aku merasa kehilangan. Aku takut akan kegelapan, karena saat gelap aku kehilangan harapan. Aku takut akan kehangatan, karena wajahmu yang a...
Nightmare
537      374     1     
Short Story
Ketika mimpi buruk datang mengusik, ia dihadapkan pada kenyataan tentang roh halus yang mengahantui. Sebuah 'dreamcatcher' sebagai penangkal hantu dan mimpi buruk diberikan. Tanpa ia tahu risiko sebenarnya. Pic Source : -kpop.asiachan.com/Ash3070 -pexels.com/pixabay Edited by : Picsart Cerita ini dibuat untuk mengikuti thwc18
Seberang Cakrawala
83      78     0     
Romance
sepasang kekasih menghabiskan sore berbadai itu dengan menyusuri cerukan rahasia di pulau tempat tinggal mereka untuk berkontemplasi
MONSTER
5515      1523     2     
Romance
Bagi seorang William Anantha yang selalu haus perhatian, perempuan buta seperti Gressy adalah tangga yang paling ampuh untuk membuat namanya melambung. Berbagai pujian datang menghiasi namanya begitu ia mengumumkan kabar hubungannya dengan Gressy. Tapi sayangnya William tak sadar si buta itu perlahan-lahan mengikatnya dalam kilat manik abu-abunya. Terlalu dalam, hingga William menghalalkan segala...
The Investigator : Jiwa yang Kembali
1762      707     5     
Horror
Mencari kebenaran atas semuanya. Juan Albert William sang penyidik senior di umurnya yang masih 23 tahun. Ia harus terbelenggu di sebuah gedung perpustakaan Universitas ternama di kota London. Gadis yang ceria, lugu mulai masuk kesebuah Universitas yang sangat di impikannya. Namun, Profesor Louis sang paman sempat melarangnya untuk masuk Universitas itu. Tapi Rose tetaplah Rose, akhirnya ia d...
Teacher's Love Story
2740      930     11     
Romance
"Dia terlihat bahagia ketika sedang bersamaku, tapi ternyata ia memikirkan hal lainnya." "Dia memberi tahu apa yang tidak kuketahui, namun sesungguhnya ia hanya menjalankan kewajibannya." Jika semua orang berkata bahwa Mr. James guru idaman, yeah... Byanca pun berpikir seperti itu. Mr. James, guru yang baru saja menjadi wali kelas Byanca sekaligus guru fisikanya, adalah gu...
Dessert
867      443     2     
Romance
Bagi Daisy perselingkuhan adalah kesalahan mutlak tak termaafkan. Dia mengutuk siapapun yang melakukannya. Termasuk jika kekasihnya Rama melakukan penghianatan. Namun dia tidak pernah menyadari bahwa sang editor yang lugas dan pandai berteman justru berpotensi merusak hubungannya. Bagaimana jika sebuah penghianatan tanpa Daisy sadari sedang dia lakukan. Apakah hubungannya dengan Rama akan terus b...
Luka di Atas Luka
399      262     0     
Short Story
DO NOT COPY MY STORY THANKS.
The Soul Of White Glass
411      292     0     
Short Story
Jika aku sudah berjalan, maka aku ingin kembali ke tempat dimana aku sekarang. Bukan hancur tak sengaja
My LIttle Hangga
736      469     3     
Short Story
Ini tentang Hangga, si pendek yang gak terlalu tampan dan berbeda dengan cowok SMA pada umunya. ini tentang Kencana, si jerapah yang berbadan bongsor dengan tinggi yang gak seperti cewek normal seusianya. namun, siapa sangka, mereka yang BEDA bisa terjerat dalam satu kisah cinta. penasaran?, baca!.